Sabtu, 01 Desember 2012

KHUTBAH JUM'AT





R I Z Q I
DAN KEHIDUPAN





 
 
Khutbah Vol : 401/3-12/B                                                                    9 Maret 2012 / 16 R.Tsani 1433 H
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
Ma’asyiral Jum’ah As’adakumullah ;
Marilah segala puji dan syukur kita persembahkan kehadirat Allah Swt. karena atas curahan nikmat iman dan islam kepada kita, sehingga kita dapat melaksanakan tugas-tugas kita dengan baik. Tidak lupa sholawat beriring salam marilah kita sampaikan kehadirat junjungan Nabi besar Muhammad Saw. seorang utusan Allah yang telah membawa risalah haq kepada manusia, demi keselamatan dan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.

Kaum Muslimin sidang Jum’at yang dirahmati Allah; 
Rizqi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Allah telah menciptakan dan memberikan rizqi itu untuk manusia dan setiap makhluk-Nya, sesuai dengan firman Allah ta'ala:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhulmahfuz). (QS.11/Hud:6).
Rizqi itu dimaksudkan agar manusia dapat hidup terhormat, tidak menundukkan kepalanya kecuali kepada Allah sebagai pencipta dan pemberi rizqi itu. Dan secara umum, rizqi yang diberikan Allah itu diberikan agar kehidupan makhlukNya berjalan dengan baik dan bahagia.
Seorang ulama Mesir, Mutawwali Sya’rawi dalam kitabnya al-Rizq pernah menulis, sebagai berikut: “Tak seorangpun mengetahui darimana sumber rizqi tersebut. Adakalanya orang pergi ke berbagai tempat, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa. Namun sesungguhnya rizqi itu senantiasa mengetahui alamat pemiliknya, dan memahami jalan-jalan ke sana, bahkan sedikitpun tidak pernah salah alamat, karena rizqi itu ditentukan oleh Yang di langit, dan ditakdirkan oleh Allah SWT”.
Itulah sebabnya kadangkala manusia merasa heran bagaimana caranya sehingga rizqi tersebut sampai ke tangan mereka. Karena rizqi itu merupakan pemberian Allah SWT, bahkan merupakan takdir-Nya, maka siapa saja yang menginginkan rizqi, hendaklah ia menyadari bahwa peran Allah SWT sangat besar dalam penganugerahan rizqinya, bukan semata-mata karena usaha sendiri. Itulah sebabnya Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita agar berdo’a Allah SWT agar dilapangkan rizqi dan meluaskanNya, seperti terdapat dalam do’a:
اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا رِزْقًا وَاسِعًا  وَ ارْزُقْنَا رِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا
“Ya Allah, anugerahilah kami rizqi yang luas (banyak)”. “Ya Allah, anugerahilah  kami rizqi yang halal lagi baik”.

 

Kaum muslimin rahimakumullah;

Kata rizqi berasal dari bahasa Arab (razaqa, yarzuqu, razqan), yang telah terekam dalam bahasa Indonesia. Dan dalam buku Ensiklopedia Al-Qur’an disebutkan bahwa di dalam Al-Qur’an, kata rizqi disebut sebanyak 123 kali dalam berbagai bentuk dan fariasinya, yang menggambarkan betapa luasnya makna kata rizqi itu, bisa berupa makanan  (QS.5/al-Ma’idah:88 dan al-An’am:142), air yang menghidupkan (QS. Yunus: 31), hasil usaha, binatang ternak, isteri dan anak-anak (QS. an-Nahl:72) ilmu pengetahuan, keahlian.
Fakhruddin al-Razi mengartikan kata rizqi setiap orang tidak sama bagiannya. Ini menyadarkan kita bahwa kadar rizqi itu berbeda pada setiap orang. Allah swt mengingatkan kita agar tetap bersyukur atas rizqi yang telah diperoleh, dan tidak mengeluh atau iri atas apa yang lebih baik yang dimiliki orang lain, firman Allah:
وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain”. (QS.An-Nisa’:32)

Sidang jum’at rahimakumullah;
Mutawwali sya’rawi mengartikan rizqi sebagai apa yang dapat dimanfaatkan sedangkan bila tidak bisa dimanfaatkan meskipun dimiliki, maka itu bukanlah rizqinya tapi rizqi orang lain. Karena sesuatu hal bisa saja rizqi itu beralih menjadi bagian orang lain karena tidak bisa memanfaatkan atau menggunakannya.
Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia telah menyiapkan dua macam karunia. Yakni: Pertama, karunia rububiyyah yakni pemberian Allah kepada sekalian alam, tanpa terkecuali, apakah dia mukmin atau kafir; apakah dia baik atau jahat. Seperti udara, matahari, bumi tempat manusia berpijak atau apapun yang bisa dimanfaatkan makhluk-Nya. Kedua, karunia uluhiyyah, yaitu pemberian Allah berdasarkan keadilan dan kasih sayang-Nya. Yaitu Rizqi berupa keberkahan, ketenangan dan kebahagiaan, yang dapat dinikmati di dunia dan kelak diseberang kehidupan dunia. Karunia uluhiyyah ini diberikan berkat ketundukan dan kepatuhan seorang mukmin kepada Allah Pencipta dan Pemberi rizqi.

Kaum muslimin rahimakumullah:

Paling tidak ada tiga metode pemberian rizqi itu kepada manusia.
Pertama, bila manusia telah berusaha sungguh-sungguh. Hal ini dapat dipelajari dari petunjuk Allah pada surah Hud ayat 6; Kata “dabbah" dalam ayat tentang rizqi, artinya adalah “binatang melata”, yang mewakili makhluk paling lemah dengan segala keterbatasannya tanpa kaki, tetapi tetap mendapat jaminan rizqi karena kesungguhannya. Maka dengan demikian kunci diperolehnya rizqi itu adalah kesungguhan karena dimanapun tempat, pasti disitu ada rizqi Allah sebagaimana firman Allah :
وَفِي السَّمَاء رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
“Dan di langit ada rizqimu, dan apa-apa yang dijanjikan kepadamu”. (QS.Al-Dzariyat:22)
Kedua, Rizqi dapat diperoleh dengan penguasaan ilmu dan managemen yang baik. Dalam dunia manajemen dikenal istilah: “ Organisasi yang Jahat dengan manajemen yang baik dapat mengalahkan Organisasi yang Baik dengan organisasi yang lemah”. Oleh itu setiap upaya perolehan rizqi harus ditunjang oleh aspek pendukung berupa manajemen dan penguasaan ilmu.
Berkata pula Mutawalli Sya’rawi: “Apakah Allah akan mengirimkan senjata rahasia kepada kaum muslimin ? tidak. Apakah Allah akan mengirimkan lampu aladin ? atau ilmu “bim salabim”? juga tidak, akan tetapi Dia mengirimkan untuk mereka metode yang mampu membuatnya menjadi manusia seutuhnya, lahir bathin, dunia dan akhirat. Mereka diberi karunia nilai-nilai yang memungkinkan mereka menguasai alam raya ini”.
Ketiga, Dalam pencarian rizqi itu hendaklah dijalankan atas dasar ketaqwaan kepada Allah, sebab Allah adalah pencipta dan pemberi rizqi itu. Sehingga bagi siapa yang bertaqwa akan memperoleh rizqi di luar dugaannya, firman Allah swt:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا ..وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rizqi dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (QS. At-Thalaq:2-3)

Ma'asyiral muslimin sidang jum'at yang dirahmati Allah;
Rizqi yang bisa dimanfaatkan pemiliknya untuk melanjutkan dan mempertahankan hidup disebut rizqi material, sedangkan rizqi yang bisa dimanfaatkan untuk keselamatannya di akhirat kelak adalah rizqi spiritual. Rizqi material yang dimanfaatkan disamping untuk kepentingan dan ‘kekayaan’ hidup pemiliknya, dapat menjadi rizqi spiritual apabila kekayaannya itu digunakan untuk membantu orang lain. Itulah sebabnya Allah menyuruh manusia agar menafkahkan sebagian rizqinya kepada orang lain. Sebab rizqi kita sangat terkait dengan kehidupan orang lain, dan sebaliknya rizqi orang lain terkait dengan kehidupan kita.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآياَتِ وّالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah ke-II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ ... أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ ,رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. وَغَافِرَ الذُّنُوْبِ وَالْخَطِيْئَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن………. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar