PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS
KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA
SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN
SIAK
PROPOSAL TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi
Tugas-tugas
Dan Persyaratan Guna Mencapai
Gelar Magister
Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
SULURI
NIM. 1004 S2 1258
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2013
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER
DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I
SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK
Oleh : Suluri
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan Karakter merupakan struktur
antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia secara
terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang mempunyai
keutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan seperti
keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya.1
Hal ini karena jiwa manusia bisa dirubah dengan pendidikan, dan ini bisa dilakukan di sekolah.
Di sekolah tersebut dapat diterapkan lima macam metode pendidikan karakter, yaitu :
(1)Mengajarkan pengetahuan tentang nilai, (2) Memberikan keteladanan, (3)Menentukan
prioritas, (4) praksis prioritas dan (5) refleksi.2
Upaya pembentukan karakter merupakan fungsi
dan tujuan Pendidikan Nasional, di mana dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dikatakan sebagai berikut
:
Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Berdasarkan Undang-undang SISDIKNAS
tersebut, terdapat dua kata kunci yaitu pembentukan karakter dan pengembangan
potensi peserta didik agar berakhlak
mulia yang merupakan dua bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari
fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional. Karakter dirumuskan sebagai cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu, yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.4 Rumusan ini sejalan dengan terminologi akhlak
sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang mendorong lahirnya
perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa pertimbangan dan pemikiran yang
mendalam.5 Ruang lingkup akhlak ditinjau dari segi
objeknya mencakup: (1) Akhlak kepada Allah SWT, (2)Akhlak kepada Kedua
orangtua, (3) Akhlak kepada sesama manusia/ masyarakat, dan (4) Akhlak kepada
Makhluk lain, dan ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, maka akhlak terbagi
kepada : (1) Akhlak Terpuji/Mulia (Akhlaq al-Karimah/al-Mahmudah), dan
(2) Akhlak Tercela (Akhlaq al-Sayyi’ah).6
Akhlak yang mulia tidak akan terwujud pada seseorang tanpa adanya pendidikan,
pembinaan dan latihan yang dilakukan, oleh karena itu, pembinaan akhlak mulia
perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pendidikan.7
Berdasarkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional
sebagaimana dijelaskan di atas, maka pada setiap jenjang pendidikan di seluruh
Indonesia, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara
sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan
pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral,
sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam buku Desain Induk
Pengembangan Karakter, dijelaskan sebagai berikut :
Pendidikan
sebagai suatu upaya sadar mengembangkan potensi peserta didik (siswa), tidak
dapat dilepaskan dari lingkungan mereka berada, utamanya lingkungan budaya,
karena pendidikan yang tidak dilandasi
prinsip budaya menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya,
dan ketika hal itu terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dan akan menjadi asing dalam
lingkungan budaya (masyarakat)nya, kondisi demikian menjadikan siswa cepat
terpangaruh oleh budaya luar. Kecenderungan itu terjadi karena ia tidak memiliki norma
dan nilai budaya yang dapat digunakan untuk melakukan pertimbangan (valueing).8
Proses pengembangan nilai-nilai yang
menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan,
dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sejalan
dengan hal tersebut, Ellen G. White sebagaimana dikutip R.I. Sarumpaet,
menjelaskan:
Pembangunan
karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar
biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun
pendidikan dalam sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan
tabiat yang agung adalah tugas mereka.9
Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa,
kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting,
kesadaan tersebut hanya dapat terbangun
dengan baik melalui pencerahan masa lalu, masa kini dan akan datang tentang
bangsanya.10 Pendidikan karakter
merupakan bagian esensial tugas sekolah dalam hal ini sebagai proses
pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan
pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Dalam
konteks ini, Zubaedi menyatakan:
Pendidikan karakter adalah upaya penanaman
kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam
bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya,
diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan
lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kemandirian, sopan
santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan
intelektual, dan berfikir logis. Pendidikan memiliki beberapa tujuan utama
yaitu; pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia
sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan perlaku peserta didik yang
terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab, mengembangkan peserta
didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan,
mengembangkan lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan
persahabatan.11
Pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.12 Pendidikan karakter pada
tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai
yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya
sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
mata masyarakat luas.13
Sasaran pendidikan karakter adalah semua
lembaga pendidikan di Indonesia negeri maupun swasta dalam berbagai jenjang
pendidikan. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru,
karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini.
Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter
dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh
untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan
lulusan sekolah memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu,
sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya
Indonesia.14 Pada tataran yang lebih
luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah. Keberhasilan
program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh
peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMA, yang
antara lain meliputi sebagai berikut:
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut
sesuai dengan tahap perkembangan remaja,
2. Memahami kekurangan dan kelebihan
diri sendiri,
3.
Menunjukkan sikap percaya diri,
4.
Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam
lingkungan yang lebih luas,
5.
Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan
golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional,
6.
Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan
sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif,
7.
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif,
dan inovatif,
8.
Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai
dengan potensi yang dimilikinya,
9.
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari,
10. Mendeskripsikan gejala alam dan social,
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung
jawab,
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan
dalam negara kesatuan Republik Indonesia,
13. Menghargai karya seni dan budaya
nasional,
14. Menghargai tugas pekerjaan dan
memiliki kemampuan untuk berkarya,
15. Menerapkan
hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik,
16. Berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan santun,
17. Memahami hak dan kewajiban diri dan
orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat,
18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
naskah pendek sederhana;
19. Menunjukkan keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
sederhana,
20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan
untuk mengikuti pendidikan menengah,
21. Memiliki
jiwa kewirausahaan.15
Mengingat pentingnya karakter dalam mambangun sumber daya
manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan
dengan tepat sehingga dapat dikatakan bahwa pembetukan karakter merupakan
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan
karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan.
Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek
kehidupan sekolah. Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah :
(1) Melakukan berbagai aktivitas yang
dapat menjadi contoh atau teladan orang lain, mahasiswa, peserta didik baik
kegiatan akademiki maupun kegiatan non-akademik; (2) Turut secara aktif dan
peduli melakukan upaya-upaya pembentukan karakter, baik di dalam pembelajaran
maupun di luar pembelajaran; dan (3) Dalam melakukan pembelajaran hendaknya
dapat menginternalisasikan atau mengintegrasikan nilai-nilai karakter.16
Melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pemerintah menetapkan :
“Setiap kelompok mata pelajaran
dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata
pelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik.” “Kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/ SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan,
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan
kesehatan. Hal yang sama juga dilakukan untuk kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian.” 17
Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak sejak tahun 2007 tercatat
sebagai salah satu lembaga pendidikan telah menerapkan pembelajaran berbasis
karakter, yaitu dengan menggunakan kurikulum berkarakter atau “Kurikulum
Holistik Berbasis Karakter” (Character Based Integrated Curriculum).18 Kurikulum ini merupakan kurikulum
terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak, tidak terkotak-kotak dan
dapat merefleksikan dimensi, keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang
menarik dan kontekstual. Untuk itu, para guru dalam melaksanakan pendidikan
secara holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik, mengembangkan
aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara
optimal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh para guru SMA Negeri 1
Sungai Apit Kabupaten Siak dalam menerapkan pembelajaran berbasis karakter,
yaitu :
1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan
partisipasi aktif siswa, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi siswa
karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi
pelajaran yang kongkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya, (student
active learning, contextual learning, inquiry-based learning, integrated
learning).
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
(conducive learning community) sehingga anak dapat belajar dengan
efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman,
dan memberikan semangat.
3.
Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan
dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good, and acting the
good.
4.
Metode
pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing siswa, yaitu menerapkan
kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan manusia, yang mencakup: kecerdasan
musical, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal (sosial),
kecerdasan visual spasial, kecerdasasan natural (alamiah), kecerdasan
kinestetik tubuh, kecerdasan verbal linguistik dan kecerdasan logika
matematika.19
Pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak telah dilakukan secara terpadu dengan cara : integrasi melalui
mata pelajaran, integrasi melalui muatan lokal, dan pengembangan diri.20 Namun demikian, berdasarkan studi
pendahuluan, penulis menemukan adanya kesenjangan yang menjadi indikasi bahwa
pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak tersebut belum dapat diterapkan secara maksimal. Hal ini antara
lain dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut :
1. Masih adanya guru SMA Negeri 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak yang kurang memahami makna pendidikan karakter di sekolah
sehingga antara guru yang satu dengan lainnya belum sependapat dalam menerapkan
model pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan. Akibatnya, penerapan
pendidikan karakter pada siswa belum dapat dilakukan secara maksimal.
2. Belum adanya acuan penilaian yang baku dari
pihak SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak terhadap internalisasi nilai
karakter dalam pembelajaran sehingga tingkat keberhasilan dan upaya tindak
lanjut dalam penerapan pendidikan karakter.
3. Alokasi angraran/dana dalam penerapan nilai-nilai
pendidikan karakter SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak masih dinilai
kurang sehingga beberapa kegiatan tidak dapat terlaksana, di samping itu
beberapa sarana dan prasarana pendukung seperti tempat wudhu, WC dan mushalla
dinilai masih kurang layak, akibatnya pelaksanaan kegiatan belum sesuai dengan
rencana kegiatan sekolah.21
Bertitik fenomena di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dalam upaya
membentuk akhlak siswa perlu dilakukan evaluasi. Bertitik tolak dari
gejala-gejala di atas pada gilirannya mendorong penulis untuk melakukan satu
studi berjudul : PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA
PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Melihat kepada permasalahan yang ada, penulis
berpendapat bahwa studi ini merupakan kajian yang sangat menarik.
B.
Permasalahan
1.
Identifikasi Masalah
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran
berbasis karakter di SMA 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak, ada beberapa permasalahan yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
a.
Bagaimana perencanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke
dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
b. Bagaimana pengorganisasian
pembelajaran berbasis karakter dalam upaya
pembentukan akhlak mulia
secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
c. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter
dalam upaya pembentukan akhlak mulia
secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
d. Bagaimana evaluasi pembelajaran berbasis karakter dalam
upaya pembentukan akhlak mulia
secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
e. Apa saja faktor
pendukung pelaksanaan
pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata
pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai
Apit Kabupaten Siak?
f. Apa saja faktor
penghambat pelaksanaan
pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke
dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
2.
Batasan Masalah
Mengingat
banyaknya masalah yang mengitari kajian ini sebagaimana yang dikemukakan dalam
identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan penelitian
ini tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata
pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai
Apit Kabupaten Siak.
3.
Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, paling
tidak ada dua pokok permasalahan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
- Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ?
- Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai
dan diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berbasis
karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata
pelajaran pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten
Siak,
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak
mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada
siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
D.
Kegunaan
Penelitian
Adapun kegunaan yang ingin dicapai dan diharapkan
dari penelitian ini adalah untuk :
1.
Memberi masukan bagi praktisi pendidikan tentang upaya
yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan,
2.
Menjadi dasar bahan kajian bagi penelitian yang terkait
pada masa yang akan datang,
3.
Menambah dan memperkaya kuantitas hasil penelitian
keilmuan di bidang pendidikan.
E. Penelitian
Terdahulu
Winarno (2006), Pendidikan
Kewarganegaraan Persekolahan Standarisasi dan Pembelajarannya. Pendidikan
kewarganegaraan paradigma baru memiliki misi membentuk "warga negara yang
baik" nampaknya misi ini sama pula dengan pendidikan kewarganegaraan
sebelumnya. Dewasa ini misi pendidikan kewarganegaraan paradigma baru
adalahmenciptakan kompetensi siswa agar mampu berperan aktif dan bertanggung
jawab bagi kelangsungan pemerintahan demokratis yang diimplementasikan melalui
pendidikan kewarganegaraan, pengembangan pengetahuan, karakter dan ketrampilan
kewarganegaraan.
Ratna Megawangi (2007) dalam bukunya Semua
Berakar Pada Karakter, mencontohkan bagaimana kesuksesan Cina dalam
menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya pendidikan
karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the
good, loving the good, and acting the good (suatu proses pendidikan
yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga berakhlak mulia).
Djuherman (2007), Pendidikan Demokratis
dalam Kurikulum KTSP. Pembelajaran KTSP merupakan perwujudan demikratisasi
dalam bidang pendidikan, karena di sana ditanamkan penghargaan,
menjunjung tinggi kreatifitas, dan menyenangkan peserta didik.
Wuri Wuryandani (2010), Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Dalam Pembelajaran Untuk Menanamkan Nasionalisme Di Sekolah Dasar. Salah satu cara yang dapat ditempuh guru di
sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam
proses pembelajaran di sekolah. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan
lokal ke dalam pembelajaran diharapkan nasionalisme siswa akan tetap kukuh
terjaga di tengah-tengah derasnya arus globalisasi.
F. Tinjauan
Teori
1. Pendidikan Berbasis Karakter
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan
sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran
merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar.
Menurut Corey sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah, pembelajaran adalah suatu
proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu.22 Senada
dengan pengertian di atas Gagne, Birggs, dan Wager sebagaimana dikutip Udin S.
Winata Putra, berpendapat bahwa Instruction is a set of event that affect
leaners is such a way that learning is facilitated.23 Pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.24 Suprapto berpendapat bahwa
pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan
subjek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi
secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien.25
Karakter secara harfiah berarti kualitas
mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi
kepribadian khusus, pendorong dan penggerak, serta pembeda satu individu dengan
lainnya. Menurut Gunarto :
Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, budaya dan
nilai kebangsaan yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-sehari menjadi
suatu pembiasaan yang melekat.26
Menurut Koesoema, Pendidikan Karakter merupakan
struktur antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia
secara terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang
mempunyai keutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan
seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya.27 Hal ini karena Koesoema menganggap
bahwa jiwa manusia bisa dirubah dengan pendidikan, dan ini bisa dilakukan di sekolah.
Di sekolah tersebut dapat diterapkan lima macam metode pendidikan karakter, yaitu :
(1) Mengajarkan pengetahuan tentang nilai, (2)Memberikan keteladanan, (3) Menentukan
prioritas, (4) praksis prioritas dan (5)refleksi.28 Di samping itu dapat diterapkan lima macam pendekatan, yaitu : (1)Pendekatan
penanaman nilai (inculcation approach); (2) Pendekatan perkembangan moral
kognitif (cognitive moral development approach); (3)Pendekatan analisis
nilai (values analysis approach); (4) Pendekatan klarifikasi nilai (values
clarification approach); dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action
learning approach).29
Menurut Raka, Pendidikan Karakter di
Indonesia pada saat ini diperlukan semua orang, untuk 250 juta rakyat
Indonesia.30 Menurut Azzet,
Pendidikan karakter di Indonesia saat ini adalah kebutuhan yang mendesak, sebab
karakter adalah kekuatan yang membentengi diri kita dari segala macam godaan
yang mendorong pada tingkah laku tidak terpuji.31
Karakter merupakan cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk
hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.32
Dalam rangkaiannya dengan identitas atau
jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi
acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal berbagai karakter
dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar; kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility),
kasih sayang (love), tanggung jawab (responssibility),
kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance) dan persatuan (unity).33
Karakter religius teraplikasi dalam wujud kehidupan
berprilaku yang baik; penuh dengan kebajikan; yakni berprilaku baik terhadap
pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri
sendiri. Dalam dunia modern ini, manusia cenderung melupakan the virtuous life atau kehidupan yang
penuh kebajikan, termasuk di dalamnya self-oriented
virtuous atau kebajikan terhadap diri sendiri, seperti self control and moderation atau pengendalian diri dan kesabaran;
dan other-oriented virtuous atau
kebajikan terhadap orang lain, seperti generousity
and compassion atau kesediaan berbagi dan merasakan kebaikan.34
Karakter moral dalam menurut
Dewantara, adalah mendukung perkembangan hidup anak, lahir dan batin dari sifat
kodratinya menuju kearah suatu peradaban.35
Di sini jelas pendidikan moral essensinya adalah mengembangkan kecerdasan moral
(building moral intelligence) atau
mengembangkan kemampuan moral anak, sehingga mampu menentukan benar dan salah,
baik dan buruk, yang wajar dan tidak wajar, yang pantas atau tidak pantas,
serta yang patut atau tidak patut untuk dikerjakan seseorang.
Karakter kemandirian adalah suatu karakter
yang menunjukan adanya rasa percaya diri dan bertanggungjawab dalam menentukan
sikap; atau kemampu untuk mengambil keputusan dan menentukan tepat tidaknya
tindakan yang diambilnya. Menurut Khan, pendidikan karakter mengajarkan
kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan
bekerja sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara, membantu mereka membuat
keputusan dan yang dapat dipertanggungjawabkan.36
Karakter nasionalisme (kebangsaan) yaitu suatu bentuk kesadaran akan masyarakat dan
bangsanya sendiri. Zubaedi, mengatakan Pendidikan karakter
akan memastikan siswa merenungkan etika pribadi mereka dan bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang di sekitar mereka.
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the
deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character
develompment (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan
sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal).37 Hal ini berarti bahwa untuk mendukung
perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen sekolah
baik dari aspek kurikulum (the content of
the curriculum), proses pembelajaran the
procces of instruction), kualitas
hubungan ( the quality of
relationship), penanganan mata pelajaran ( the handling of discipline), pelaksanaan aktifitas ko-kurikuler,
serta etos seluruh lingkungan sekolah.38
Menurut Muslich, Pendidikan Karakter di
sekolah dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang berkaitan dengan norma dan
nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang dieksplisitkan melalui pengaitan
antara mata pelajaran dengan nilai kehidupan sehari-hari dalam masyarakat
sekitarnya, sehingga pembelajaran yang diisi dengan nilai-nilai karakter
tidak hanya pada tataran kognitif,
tetapi pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik
sehari-hari di masyarakat.39 Menurut
Umi Kalsum, Pendidikan Karakter sangat cocok diterapkan dalam pendidikan
formal (sekolah) karena tujuannya
menanamkan karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran ataui kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.40
LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN KARAKTER
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Standar
Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta
didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang
akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
dan
d. menyampaikan cakupan
materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Contoh alternatif :
a. Guru datang tepat
waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
b. Guru mengucapkan salam
dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang
ditanamkan: santun, peduli)
c. Berdoa sebelum membuka
pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
d. Mengecek kehadiran
siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
e. Mendoakan siswa yang
tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh nilai yang
ditanamkan: religius, peduli)
f. Memastikan bahwa
setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
g. Menegur siswa yang
terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, santun, peduli)
h. Mengaitkan
materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
i. Dengan merujuk pada
silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak
dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
2. KEGIATAN INTI
Sesuai permen 41 tahun
2007 Pembelajatan melalui 3 tahapan yakni :
a. Eksplorasi (peserta
didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan
mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa)
1) Melibatkan peserta
didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang
dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif,
kerjasama)
2) Menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh
nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3) Memfasilitasi
terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan:
kerjasama, saling
menghargai, peduli lingkungan)
4) Melibatkan peserta
didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang
ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
5) Memfasilitasi peserta
didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai
yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
b. Elaborasi (peserta
didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap
lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya
sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan
dalam.)
1) Membiasakan peserta
didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang
bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2) Memfasilitasi peserta
didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan
baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif,
percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3) Memberi kesempatan
untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa
takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
4) Memfasilitasi peserta
didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang
ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5) Memfasilitasi peserta
didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh
nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6) Memfasilitasi peserta
didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis,
secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur,
bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7) Memfasilitasi peserta
didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai
yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
8) Memfasilitasi peserta
didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan
(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,
kerjasama)
9) Memfasilitasi peserta
didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri
peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama)
c. Konfirmasi (peserta
didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau
keberterimaan dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa)
1) Memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah
terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling
menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2) Memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber
(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3) Memfasilitasi peserta
didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
4) Memfasilitasi peserta
didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap, antara lain dengan guru:
a) berfungsi sebagai
narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh
nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
b) membantu menyelesaikan
masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
c) memberi acuan agar
peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang
ditanamkan: kritis);
d) memberi informasi
untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
e) memberikan motivasi
kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai
yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
2. PENUTUP
Dalam kegiatan penutup,
guru:
a. bersama-sama dengan
peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran (contoh nilai
yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);
b.melakukan penilaian
dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten
dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan
kekurangan);
c. memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang
ditanamkan: saling
menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
d.merencanakan kegiatan
tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok
sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
e.menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar internalisasi nilai-nilai terjadi dengan lebih intensif
selama tahap penutup.
a. Selain simpulan yang
terkait dengan aspek pengetahuan, agar peserta didik difasilitasi membuat
pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari pengetahuan/keterampilan
dan/atau proses pembelajaran yang telah dilaluinya untuk memperoleh pengetahuan
dan/atau keterampilan pada pelajaran tersebut.
b. Penilaian tidak hanya
mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pada
perkembangan karakter mereka.
c. Umpan balik baik yang
terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut baik kompetensi maupun
karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa.
d. Karya-karya siswa
dipajang untuk mengembangkan sikap saling menghargai karya orang lain dan rasa
percaya diri.
e. Kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok diberikan dalam rangka
tidak hanya terkait dengan pengembangan kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.
f. Berdoa pada akhir
pelajaran.
Faktor lain yang perlu
diperhatikan:
1. Guru harus merupakan
seorang model dalam karakter. Dari awal hingga akhir pelajaran, tutur kata,
sikap, dan perbuatan guru harus merupakan cerminan dari nilainilai karakter
yang hendak ditanamkannya.
2. Guru harus memberikan
reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang dikehendaki dan pemberian
punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang tidak
dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa ungkapan verbal
dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan
peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat yang baik
bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.
3. Hindari mengolok-olok
siswa yang datang terlambat atau menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat
kurang tepat/relevan. Pada sejumlah sekolah ada kebiasaandiucapkan ungkapan Hoo
… oleh siswa secara serempak saat ada teman mereka yang terlambat dan/atau
menjawab pertanyaan atau bergagasan kurang berterima.
Kebiasaan tersebut harus
dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati, kritis,
kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.
4. Guru memberi umpan
balik dan/atau penilaian kepada siswa, guru harus mulai dari aspek-aspek
positif atau sisi-sisi yang telah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau
sikap siswa.
5. Guru menunjukkan
kekurangan-kekurangannya dengan ‘hati’.Dengan cara ini
sikap-sikap saling
menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri, santun, dan
sebagainya akan tumbuh subur.
“Tentang Pendidikan”40
Dalam konteks implementasi pendidikan
karakter di sekolah, maka agar guru harus memiliki karakter terlebih dahulu. Dalam
konteks ini, Hidayatullah menulis:
Guru berkarakter, bukan hanya
mampu mengajar tetapi ia juga mampu mendidik. Ia bukan hanya mampu mentransfer
pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi ia juga mampu
menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi hidupnya. Ia (guru)
bukan hanya memiliki kemampuan bersifat intelektual tetapi memiliki kemampuan
spiritual sehingga mampu membuka hati peserta didik untuk belajar; yang
selanjutnya adalah kemampuan interpersonal sehingga mampu hidup dengan baik di
tengah-tengah masyarakat.41
2. Pembentukan Akhlak Mulia
Pembentukan berasal dari akar kata bentuk
yang mempunyai makna proses, perbuatan, cara membentuk.42
Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak"
berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "khuluqun"
( خلق
) yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalqun"
( خلق
) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan "khaliq" ( خالق ) yang berarti pencipta
dan "makhluq" (مخلوق ) yang berarti yang
diciptakan.43 Pengertian akhlak di
atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antara Khaliq
(Pencipta) dengan makhluq (yang diciptakan) secara timbal balik, yang
kemudian disebut sebagai hablum min Allah. Dari produk hamlum min Allah yang
verbal biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan
hablum min annas (pola hubungan antar sesama makhluk).44 Dengan demikian dapat diketahui bahwa
akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik,
disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai
dengan pembinaannya.45
Secara terminologi, Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin,
menyatakan :
الْخُلُقَ
عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِي النَّفْسِ يَصْدُرُ عَنْهَا الْفِعْلُ بِسُهُولَةٍ
مِنْ غَيْرِ رَوِيَّةٍ وَتَكَلُّفٍ
“Khuluk yakni sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa pertimbangan
dan pemikiran yang mendalam.”46
Menurut Imam al-Ghazali, adanya
perubahan-perubahan akhlak bagi seseorang adalah bersifat mungkin, misalnya
dari sifat kasar kepada sifat kasihan. Di sini ia membenarkan adanya perubahan-perubahan
keadaan terhadap beberapa ciptaan Allah, kecuali apa yang menjadi ketetapan
Allah sepertai langit dan bintang-bintang. Sedangkan pada keadaan yang lain
seperti pada diri sendiri dapat diadakan kesempurnaannya melalui jalan
pendidikan. Menghilangkan nafsu dan kemarahan dari muka bumi sungguh tidaklah
mungkin namun untuk meminimalisir keduanya sungguh menjadi hal yang mungkin
dengan jalan menjinakkan nafsu melalui beberapa latihan rohani.47 Menurut Ibnu Maskawaih dalam Kitab
Tahdzib al-Akhlak menyatakan bahwa :
Khuluk ialah keadaan gerak
jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan
pemikiran”. Bahwa keadaan gerak jiwa dipengaruhi oleh dua hal. Pertama,
bersifat alamiah dan bertolak dari watak seperti marah dan tertawa karena hal
yang sepele. Kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan.”48
Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam
Islam yang menjelaskan kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah
al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW.49
Barnawie Umary menambahkan bahwa dasar akhlak adalah al-Qur'an dan al-Hadits
serta hasil pemikiran para hukama dan filosof.50
Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara
keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang
buruk. Dalam al-Qur'an diterangkan dasar akhlak pada QS. al-Qalam ayat 4 : وَاِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٌ(Dan sesungguhnya
kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung), dan Hadis Nabi
SAW: “Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (budi pekerti).51
Islam adalah agama rahmat bagi umat
manusia. Ia datang dengan membawa kebenaran dari Allah SWT dan dengan tujuan
ingin menyelamatkan dan memberikan kebahagiaan hidup kepada manusia di manapun
mereka berada. Agama Islam mengajarkan kebaikan, kebaktian, mencegah manusia
dari tindakan onar dan maksiat.52 Pembentukan Akhlak perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari kepada
peserta didik karena tujuan pendidikan moral adalah agar peserta didik memiliki
sensitivitas moral, sehingga dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Perbuatan yang buruk adalah perkelahian, perusakan, perkosaan, minuman-minuman
keras, dan bahkan pembunuhan. Keadaan seperti itu, terutama krisis akhlak
terjadi karena kesalahan dunia pendidikan atau kurang berhasilnya dunia pendidikan
dalam menyiapkan generasi muda bangsanya.53
G. Konsep Operasional
Berdasarkan tinjauan teori di atas, maka secara
operasional “pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam
upaya pembentukan akhlak mulia secara
terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa
SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak” dapat dijelaskan sebagai berikut :
TABEL 1.1
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER
DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SECARA
TERINTEGRASI KE DALAM SEMUA MATA PELAJARAN PADA SISWA SMA 1
SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK
VARIABEL
|
INDIKATOR
|
NILAI AKHLAK MULIA YANG
DIBENTUK
|
Perencanaan pembelajaran berbasis
karakter
|
- Guru menyusun silabus pembelajaran
berbasis karakter,
- Guru menyusun RPP berbasis karakter,
-
Guru memilih dan menyiapkan media pembelajaran berbasis,
- Guru memilih dan
menyiapkan sumber belajar karakter,
|
-
-
-
-
|
Penerapan pembelajaran berbasis karakter
|
- Guru datang tepat
waktu,
- Guru mengucapkan salam
dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas,
- Berdoa sebelum membuka
pelajaran,
- Mengecek kehadiran
siswa,
- Mendoakan siswa yang
tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya,
- Memastikan bahwa setiap
siswa datang tepat waktu,
- Menegur siswa yang
terlambat dengan sopan,
- Melibatkan peserta
didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang
dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar
dari aneka sumber,
- Menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain,
- Memfasilitasi
terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya,
- Melibatkan peserta
didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran,
- Memfasilitasi peserta
didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan,
- Membiasakan peserta
didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang
bermakna,
- Memfasilitasi peserta
didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis,
- Memberi kesempatan
untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa
takut,
- Memfasilitasi peserta
didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,
- Memfasilitasi peserta
didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar,
- Memfasilitasi peserta
didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis,
secara individual maupun kelompok,
- Memfasilitasi peserta
didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok,
- Memfasilitasi peserta
didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan,
- Memfasilitasi peserta
didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri
peserta didik,
- Memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah
terhadap keberhasilan peserta didik,
- Memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
- Memfasilitasi peserta
didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
dilakukan,
- Memfasilitasi peserta
didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap,
- Bersama-sama dengan
peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran,
|
- Disiplin,
- Santun, peduli,
- Religius,
- Disiplin, rajin,
- Religius, peduli,
- Disiplin,
- Disiplin, santun,
peduli,
- Mandiri, berfikir
logis, kreatif, kerjasama,
- Kreatif, kerja keras,
- Kerjasama, saling
menghargai, peduli lingkungan,
- Rasa percaya diri,
mandiri,
- Mandiri, kerjasama, kerja
keras,
- Cinta ilmu, kreatif,
logis,
- Kreatif, percaya diri,
kritis, saling menghargai, santun,
- Kreatif, percaya diri,
kritis,
- Kerjasama, saling
menghargai, tanggung jawab,
- Jujur, disiplin, kerja
keras, menghargai,
- Nilai jujur,
bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerja sama,
- Percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama,
- Percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama,
- Percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama,
- Memberikan umpan saling
menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis,
- Percaya diri, logis,
kritis,
- Memahami kelebihan dan
kekurangan,
- Keterampilan, dan sikap
kritis,
- Mandiri, kerjasama,
kritis, logis,
- Jujur, mengetahui
kelebihan dan kekurangan,
|
Evaluasi Pembelajaran Berbasis Karakter
|
- Menetapkan indikator ketercapaian
- Melakukan penilaian
dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten
dan terprogram,
- Memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran,
- Merencanakan kegiatan
tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling dan/ atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok
sesuai dengan hasil belajar peserta didik,
- Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
|
- Saling menghargai, percaya diri, santun,
kritis, logis,
|
H. Metode Penelitian
- Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini dalam jenis penelitian yang menggunakan metode
kualitatif, di mana dalam pelaksanaan dilakukan secara
alamiah, apa adanya,
dalam situasi yang
normal sesuai dengan keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi
secara alami.54 Dari objek data yang dianalisis,
penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan langkah-langkah : melakukan
reinterpretasi objek tentang
keadaan fenomena sosial
yang terdapat pada permasalahan yang diteliti kemudian
dihubungkan dengan teori yang ada.
- Lokasi
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
- Subjek dan
Objek Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah para pelaksana pembelajaran
berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia Siswa SMA Negeri 1
Sungai Apit Kabupaten Siak yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah dan 27
orang Guru, sedangkan objeknya adalah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Karakter Dalam
Upaya Pembentukan Akhlak Mulia Siswa SMAN 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
- Responden/Informan
Penelitian
Responden dalam penelitian
ini sebanyak 28 orang, yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Sungai Apit Kabupaten Siak, dan 27 orang
Guru.
- Jenis dan
Sumber Data
Data yang akan dikumpulkan
dan diperoleh dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kepada :
a.
Data Primer ; Data yang diperoleh langsung dari responden
melalui informasi dari hasil wawancara tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis
karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia di SMA Negeri 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b.
Data Sekunder ; Data yang diperoleh melalui dokumentasi
atau sumber lainya untuk menunjang objek yang diteliti, terutama terkait dengan
di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, termasuk data skunder dalam
penelitian adalah profil sekolah.
- Teknik
Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh
dengan teknik pengumpulan data yaitu:
a.
Pengamatan Terlibat (Partisipan Observation);
Dilakukan dengan cara mengamati dan melibatkan diri secara langsung pelaksanaan
pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA
Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak,
b.
Wawancara Mendalam (Indept Intervew); Melakukan
tanya jawab secara langsung dengan responden untuk memperoleh data tentang pelaksanaan
pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA
Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
c.
Studi Dokumentasi; Dilakukan penulis dengan cara
dokumen yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam
upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak,
mencakup ; dokumentasi profil sekolah, keadaan siswa dan guru SMA Negeri 1
Sungai Apit Kabupaten Siak dan dokumentasi Sillabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
- Tehnik
Analisis Data
Setelah data-data diperoleh, kemudian data dikelompokkan berdasarkan jenis
dan sumbernya, penganalisaan data menggunakan metode deskriptif, yaitu
menguraikan dengan fakta yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan teori yang
ada. Data yang telah terkumpul dianalisis setiap waktu secara induktif selama
penelitian berlangsung dengan mengolah bahan empirik, supaya dapat
disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dipahami dan
diinterpretasikan. Data diinterpretasikan untuk memperoleh makna dan implikasi
hubungan yang ada. Analisis induktif dimulai dengan terlebih dahulu merumuskan
sejumlah permasalahan ke dalam beberapa pertanyaan yang dijadikan tujuan
penelitian. Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan utama telah
dikemukakan dalam perumusan masalah, akan tetapi pertanyaan-pertanyaan yang
lain dapat digali melalui wawancara, atau observasi di lokasi penelitian
sehingga dapat mengumpulkan ungkapan kognitif, emosional atau intuisi dari para
pelaku yang terlibat.
Data yang ada dirangkum secara deskriptif untuk membantu menemukan
konsep-konsep keaslian yang diungkapkan oleh subjek penlitian sendiri sesuai
dengan kenyataannya. Dengan cara ini tetap akan dapat menyajikan realitas
senyatanya (emik) sebagaimana yang diharapkan dalam penelitian
kualitatif. Dalam melakukan analisis, diterapkan cara pentahapan, yaitu
mereduksi data, memaparkan data empirik, menarik kesimpulan dan
memverifikasikan. Mereduksi data dimaksudkan sebagai penyederhanaan,
pengabstrakkan dan mentransformasikan data yang masih kasar dari beberapa
catatan lapangan. Dengan tahap ini dimaksudkan dapat mengklasifikasikan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu hingga dapat mengorganisir data yang
sangat diperlukan.
Pemaparan maksudnya menyajikan data yang telah direduksi dalam bentuk bahan
yang diorganisir melalui ringkasan terstruktur, diagram, bagan maupun sinopsis
dan beberapa teks. Cara ini dapat membantu menyusun analisis yang dikehendaki,
serta diarahkan kepada upaya merumuskan temuan konsep. Tahap penarikan
kesimpulan serta verifikasi, dimaksudkan membuat penafsiran makna dari data,
kemudian memverifikasinya. Hasil verfikasi ini tentu saja perlu diperiksa ulang
dengan melihat kembali ke lokasi penelitian.
- Triangulasi Data Penelitian
Dalam
pengecekan keabsahan data penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi,
yakni teknik pemeriksaan data memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagai
bahan pembanding terhadap data tersebut. Untuk pengecekan data melalui pembandingan terhadap data dari sumber
lainnya.55 Pengecekan keabsahan data dengan triangulasi ini, paling tidak ada 3
bentuk triangulasi yaitu:
a. Triangulasi Sumber ; Cara meningkatkan
kepercayaan penelitian adalah dengan mencari data dari sumber data yang beragam
yang masih terkait satu sama lain. Seperti menguji kredibilitas data tentang
perilaku kepemimpinan kepala Sekolah, maka pengumpulan
data dan pengujiannya dilakukan ke Kepala
Sekolah, wakil Kepala Sekolah, Guru, TU, dan
Siswa.
b. Triangulasi Teknik ; Triangulasi
teknik adalah
penggunaan beragam
teknik pengungkapan
data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas
data dengan triangulasi teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya mengungkapkan data tentang aktifitas
siswa di kelas dengan teknik wawancara, lalu
dicek dengan observasi ke Kelas langsung melihat aktifitas siswa, kemudian dengan dokumentasi. Pengujian ini dilakukan melalui Informan, teknik, wawancara, observasi, dokumen.
c. Triangulasi Waktu; Untuk menguji
kredibilitas data dengan menggunakan triangulasi waktu dilakukan dengan cara
mengumpulkan data pada waktu yang berbeda. Peneliti yang melakukan wawancara di
sore hari, bisa mengulanginya di pagi hari dan mengeceknya kembali di sore
hari. Pengujian ini dilakukan
melalui Informan, pagi hari, siang hari, dan sore hari.56 Triangulasi waktu juga sering
mempengaruhi kredibilitas data. Data dengan teknik wawancara di pagi hari pada
saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data valid
dan lebih kredibel.
H. Sistematika Penulisan
Keseluruhan penulisan isi skripsi ini disusun dengan
membagi ke dalam 5 (lima )
bab, yang masing-masing berisikan hal-hal sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan, di dalamnya berisi : latar belakang masalah, alasan
pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II berisi Tinjauan Teoretis tentang Pendidikan
Karakter.
Bab
III Tinjauan Lokasi Penelitian, yang
mencakup pembahasan tentang profil SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
Bab IV Hasil
Penelitian dan Pembahasan tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis
karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab V Penutup; Kesimpulan dan Saran-saran.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abrasyiy,
Muhammad Athiyah al-. Ruh al-Tarbiyah wa
al-Ta’lim, (Saudi Arabiah : Dar al-Ihya’, tt).
Abuddin
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997).
Arikunto, Ny. Suharsimi, Prosedur
Penelitian; Suatu Pengantar, Jakarta, Bina Aksara, 2009.
Ashraf, Syed Sajjad Husain dan Syed Ali. Krisis
Pendidikan Islam, Terj. Rahmani Astuti, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
1986).
Attas, Syed Muhammad al-Naquib al-. Konsep
Pendidikan Dalam Islam, Terj. Haidar Baqir, (Bandung : Mizan, 1994).
Azzet, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia:
Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan
Bangsa, (Jakarta: Arruz
Media, 2011).
Bastani dkk, Karim al-. al-Munjid fi al-Lughat wa al-‘Alam, (Beirut
: Dar al-Masyriqi, 1975).
Daradjat,
Zakiah. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,
1995).
----------, ---------.
Pengantar Psikologi Remaja, (Jakarta : Bulan Bintang, 1990).
Dewantara, Ki Hajar. Karja Ki Hadjar
Dewatara Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta:
Pertjetakan Taman Siswa 1962).
Diknas RI, Tim Penyusun. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang (SISDIKNAS), (Bandung :
Penerbit Citra Umbara, 2007).
Gunawan, Ary H. Kebijakan-kebijakan
Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2005).
Hasbullah, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2005).
John, Alfred. Membangun
Karakter Tangguh: Mempersiapkan Generasi Anti Kecurangan, Terjemahan oleh Sandiantoro
dan Ari Kristanti, (Surabaya : Portico
Publishing, 2011).
Kemendiknas
RI, Tim
Penyusun. Desain
Induk Pengembangan Karakter, (Jakarta: Dikti, 2010).
Khan, Yahya, M.Pd., DR., Pendidikan
Karakter Potensi Diri; Mendongkrak Kualitas Pendidikan, (Yokyakarta : Pelangi Publishing,
2010).
Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global,
(Jakarta : Kompas Gramedia, 2011).
Langgulung, Hasan.
Manusia dan Pendidikan ; Suatu Analisa Antara Psikologi Dan Pendidikan, (
Jakarta : pustaka al-Husna, 1986).
Marimba, Ahamad D. Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam, (Bandung : Maktabah al-Ma’rif, 1980).
Mastuhu, Memberdayakan
Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999).
Moleong, Lexi J. Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000).
Mudyahardjo, Filsafat
Ilmu Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001).
Mujib,
Muhaimin dan Abdul. Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993).
Raka, dkk., Gede. Pendidikan
Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan, (Jakarta : PT. Alex Media Komputindo,
Kompas Gramedia, 2011).
S. Nasution, Pedoman
Penulisan Disertasi, Tesis, Skripsi dan Makalah Ilmiah, Jakarta, Bina
Aksara, 1994.
Saat,
(Ed.), Ibrahim. Isu Pendidikan di Malaysia, (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa
dan Pustaka, 1982).
Samani, Hariyanto. Konsep dan Model
Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya
2011).
Sarwono, Sarlito Wirawan.
Psikologi Remaja ; Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1994), hlm. 75.
Subarsono, Kebijakan
Publik, (Jakarta : Pustaka Setia, 2003).
Syaibany,
Omar Mohammad al-Toumy al-. Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979).
Uhbiyati, Abu Ahmadi dan
Nur. Ilmu Pendidikan; Suatu Pengantar, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2001).
Usman, Syafruddin Nurdin
dan Basyiruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Pers,
2004).
Wahab, Solichin Abdul. Evaluasi
Kebijakan Publik, (Malang : Penerbit FIA. UNIBRAW dan IKIP Malang, 1997).
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan
Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011).
Furqon Hidayatullah,M.
2009. Guru sejati: Meembangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Soemarno Soedarsono.
2008. Membangun Kembali Jati diri Bangsa. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Kemendiknas. 2010. Pembinaan
Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Ratna Megawangi. 2007. Semua
Berakar Pada Karakter. Jakarta : FE-UI.
1Doni Koesoema, Pendidikan
Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta : Kompas
Gramedia, 2011), hlm. 58.
3Tim Penyusun Diknas RI, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang (SISDIKNAS), (Bandung :
Penerbit Citra Umbara, 2007), hlm. 3. Ary H.Gunawan, Kebijakan-kebijakan
Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2005), hlm. 163.
4Secara harfiah karakter menurut
Hornby dan Pornwell, sebagaimana dikutip Kartini Kartono dan Dali Gulo,
diartikan sebagai “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau
reputasi.” Sementara menurut Kartini
Kartono dan Dali Gulo, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak
etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap.
Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung : Pioner Jaya,
1987), hlm. 29.
6Lihat Imam Mujiono dkk, Ibadah dan
Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press Indonesia, 1998), hlm.
94.
7Lihat Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak
Anak Usia Pra Sekolah, (Yogyakarta:
Belukar, 2006), hlm. 54.
Belukar, 2006), hlm. 54.
8Tim Penyusun Kemendiknas
RI, Desain Induk Pengembangan Karakter, (Jakarta: Dikti 2010), hlm. 5.
11Zubaedi, Desain
Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 11.
12Ibid., hlm. 12.
13Ibid.
14Ibid., hlm. 13.
15Tim Penyusun Kemendiknas RI, op. cit., hlm.
26-27.
16M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati:
Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. (Surakarta :
Yuma Press,
2010), hlm. 4.
17Lihat Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 200, Pasal 6 Ayat 4,
Pasal & Ayat 1 dan 2. Kebijakan ini juga terjadi untuk pembelajaran di
Perguruan Tinggi. Dua mata kuliah (Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan) yang termasuk mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK)
diarahkan untuk pembentukan karakter para mahasiswa sehingga melahirkan para
sarjana yang berakhlak mulia dan pada akhirnya akan menjadi para pemimpin
bangsa yang juga berakhlak mulia.
18Wahidin, Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum - SMA Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, Wawancara, Sungai
Apit Kabupaten Siak, Juni 2012.
19Ober Sitorus, Wakil Kepala Sekolah
SMA Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, Wawancara, Sungai Apit
Kabupaten Siak, Juni 2012.
20Sumber Data, Dokumentasi, SMA
Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, 2012. Ober Sitorus, Wakil Kepala Sekolah
SMA Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, Wawancara, Siak, Juni 2012.
21Sumber Data, Pengamatan Langsung, SMA
Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, 2012.
22Nyimas Aisyah, Pengembangan
Pembelajaran Matemática Sekolah Dasar, (Jakarta : Direktorat Jendral
Pendidikan Nasional, 2007), hlm. 3.
23Udin S. Winata Putra, Teori
Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka 2007), hlm.
19.
24Oemar Hamalik, Kurikulum
dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1999), hlm. 57.
25Suprapto, Pengembangan Pembelajaran
Sekolah Dasar, (Bandung: Angkasa, 2003), hlm. 9.
26Gunarto, Implementasi Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 22. Doni Koesoema, op. cit., hlm. 52.
29D.P, Ahrens, C., Hedstrom, J.E., Ford,
L.J. & Johnson, P.L. Superka,
Values Education
Sourcebook, (Colorado : Social Science Education Consortium, Inc. University of California ,
Berkeley , 2006), hlm. 78. dalam www.eric.ed.gov/.../recordDetail?accno...diakses Tanggal 17 Desember 2012.
30Gede Raka, dkk., Pendidikan
Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan, (Jakarta : PT. Alex Media
Komputindo, Kompas Gramedia,
2011), hlm. 6.
31Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia:
Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan
Bangsa, (Jakarta: Arruz
Media, 2011), hlm. 15, Alfred John, Membangun Karakter Tangguh: Mempersiapkan Generasi Anti
Kecurangan, Terjemahan
oleh Sandiantoro dan Ari Kristanti, (Surabaya
: Portico Publishing, 2011), hlm. vii.
32Hariyanto Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya 2011), hlm. 41.
35Ki Hajar Dewantara,
Karja Ki Hadjar Dewatara Bagian Pertama:
Pendidikan, (Jogjakarta:
Pertjetakan Taman Siswa 1962), hlm. 484.
36Yahya Khan, Pendidikan Karakter Potensi Diri;
Mendongkrak Kualitas Pendidikan, (Yokyakarta
: Pelangi Publishing, 2010), hlm. 1.
37Zubaedi, op. cit., hlm. 14.
39Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2011), hlm. 86.
40Umi Kalsum, Implementasi Pendidikan Karakter Paikem, (Jakarta : Gema Pratama Pustaka, 2011), hlm. 6.
40http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
41Hidayatullah, Pendidikan Karakter : Membangun Peradaban
Bangsa, (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), hlm. 25.
42Tim Penyusun Diknas RI, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005),
hlm. 751
43Zahruddin AR, dan
Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm. 1.
46Abu Hamid al-Ghazali, Ihya
Ulum al-Din, (Beirut ; Dar al-Fikr, 1994), hlm. 56.
47Ibid., hlm. 57. Lihat Husein Bahreisy, Ajaran-ajaran
Akhlak, (Surabaya: al-Ikhlas, 1981), hlm. 41.
48Ibnu Maskawaih, Tahzib al-Akhlak, (Beirut
; Dar al-Fikr, 1995), hlm. 56. Mujiono dkk, op. cit., hlm. 86.
49Hamzah Ya’kub, Etika
Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), (Bandung: CV
Diponegoro, 1993), hlm. 49.
50Barnawie Umary, Materia Akhlak, (Solo:
Ramadhani, 1995), Cet. 12, hlm. 1.
52Hasan Basri, Remaja
Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2004), hlm. 145.
53M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2003), hlm. vii.
54Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta : Bina Aksara, 2009), hlm. 11.
56Ibid., hlm. 170-171.