PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS
KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA PADA SISWA SMAN I SUNGAI
APIT KABUPATEN SIAK
PROPOSAL TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi
Tugas-tugas
Dan Persyaratan Guna Mencapai
Gelar Magister
Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
SULURI
NIM. 21094101258
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2013
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER
DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I
SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK
Oleh : Suluri
A.
Latar Belakang Masalah
Karakter
sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu, yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.1 Upaya pembentukan karakter merupakan
salah satu tujuan Pendidikan Nasional, di mana dalam pasal 1 Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dikatakan sebagai
berikut :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Amanat
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS tersebut bermaksud agar
pendidikan tidak hanya membentuk manusia Indonesia yang cerdas, namun juga
berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa
yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa
serta agama. Berdasarkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, maka pada
setiap jenjang pendidikan di seluruh Indonesia, termasuk Sekolah Menengah Atas
(SMA) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal
tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu
bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam buku Desain Induk
Pengembangan Karakter, dijelaskan
sebagai berikut :
Pendidikan
sebagai suatu upaya sadar mengembangkan potensi peserta didik (siswa), tidak
dapat dilepaskan dari lingkungan mereka berada, utamanya lingkungan budaya,
karena pendidikan yang tidak dilandasi
prinsip budaya menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya,
dan ketika hal itu terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dan akan menjadi asing dalam
lingkungan budaya (masyarakat)nya, kondisi demikian menjadikan siswa cepat
terpangaruh oleh budaya luar.
Kecenderungan itu terjadi karena ia
tidak memiliki norma dan nilai budaya yang dapat digunakan untuk melakukan
pertimbangan (valueing).3
Proses pengembangan nilai-nilai yang
menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan,
dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sejalan
dengan hal tersebut, Ellen G. White sebagaimana dikutip R.I. Sarumpaet, menjelaskan:
Pembangunan
karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang
benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah, orang tua dan
guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas mereka.4
Dalam mengembangkan pendidikan karakter
bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat
penting, kesadaan tersebut hanya dapat
terbangun dengan baik melalui pencerahan masa lalu, masa kini dan akan datang
tentang bangsanya.5 Pendidikan karakter
merupakan bagian esensial tugas sekolah dalam hal ini sebagai proses
pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan
pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Dalam
konteks ini, Zubaedi menyatakan:
Pendidikan karakter adalah upaya penanaman
kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam
bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya,
diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan
lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kemandirian, sopan
santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan intelektual,
dan berfikir logis. Pendidikan memiliki beberapa tujuan utama yaitu;
pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia
sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan perlaku peserta didik yang
terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab, mengembangkan peserta
didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan,
mengembangkan lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan
persahabatan.6
Pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.7 Pendidikan karakter pada
tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai
yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya
sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
mata masyarakat luas.8
Sasaran pendidikan karakter adalah semua
lembaga pendidikan di Indonesia negeri maupun swasta dalam berbagai jenjang
pendidikan. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru,
karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini.
Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter
dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh
untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan
lulusan sekolah memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu,
sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya
Indonesia.9 Pada tataran yang lebih luas,
pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah. Keberhasilan
program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh
peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMA, yang
antara lain meliputi sebagai berikut:
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut
sesuai dengan tahap perkembangan remaja,
2. Memahami kekurangan dan kelebihan
diri sendiri,
3.
Menunjukkan sikap percaya diri,
4.
Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam
lingkungan yang lebih luas,
5.
Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan
golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional,
6.
Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan
sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif,
7.
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif,
dan inovatif,
8.
Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai
dengan potensi yang dimilikinya,
9.
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari,
10. Mendeskripsikan gejala alam dan social,
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung
jawab,
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan
dalam negara kesatuan Republik Indonesia,
13. Menghargai karya seni dan budaya
nasional,
14. Menghargai tugas pekerjaan dan
memiliki kemampuan untuk berkarya,
15. Menerapkan
hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik,
16. Berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan santun,
17. Memahami hak dan kewajiban diri dan
orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat,
18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
naskah pendek sederhana;
19. Menunjukkan keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
sederhana,
20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan
untuk mengikuti pendidikan menengah,
21. Memiliki
jiwa kewirausahaan.10
Mengingat pentingnya karakter dalam mambangun sumber daya
manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan
dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembetukan karakter merupakan sesuatu yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter
harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya
pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan
sekolah. Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah :
(1) Melakukan berbagai aktivitas yang
dapat menjadi contoh atau teladan orang lain, mahasiswa, peserta didik baik
kegiatan akademiki maupun kegiatan non-akademik; (2) Turut secara aktif dan
peduli melakukan upaya-upaya pembentukan karakter, baik di dalam pembelajaran
maupun di luar pembelajaran; dan (3) Dalam melakukan pembelajaran hendaknya
dapat menginternalisasikan atau mengintegrasikan nilai-nilai karakter.11
Melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pemerintah menetapkan :
“Setiap kelompok mata pelajaran
dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata
pelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik.” “Kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket
B, SMA/MA/ SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu
pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan. Hal
yang sama juga dilakukan untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian.” 12
Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak sejak tahun 2007 tercatat
sebagai salah satu lembaga pendidikan telah menerapkan pembelajaran berbasis
karakter, yaitu dengan menggunakan kurikulum berkarakter atau “Kurikulum
Holistik Berbasis Karakter” (Character Based Integrated Curriculum).13 Kurikulum ini merupakan kurikulum
terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak, tidak terkotak-kotak dan
dapat merefleksikan dimensi, keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang
menarik dan kontekstual. Untuk itu, para guru dalam melaksanakan pendidikan
secara holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik, mengembangkan
aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara
optimal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh para guru SMA Negeri 1
Sungai Apit Kabupaten Siak dalam menerapkan pembelajaran berbasis karakter,
yaitu :
1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan
partisipasi aktif siswa, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi siswa
karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi
pelajaran yang konkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya, (student
active learning, contextual learning, inquiry-based learning, integrated
learning).
2. Menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif (conducive learning community) sehingga anak dapat belajar
dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa
ancaman, dan memberikan semangat.
3.
Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan
dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good, and acting the
good.
4.
Metode
pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing siswa, yaitu menerapkan
kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan manusia, yaitu : kecerdasan
musical, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal (sosial),
kecerdasan visual spasial, kecerdasasan natural (alamiah), kecerdasan
kinestetik tubuh, kecerdasan verbal linguistik dan kecerdasan logika
matematika.14
Pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak telah dilakukan secara terpadu dengan cara : integrasi melalui
mata pelajaran, integrasi melalui muatan lokal, dan pengembangan diri.15 Namun demikian, berdasarkan studi
pendahuluan, penulis menemukan adanya kesenjangan yang menjadi indikasi bahwa
pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak tersebut belum dapat diterapkan secara maksimal. Hal ini antara
lain dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut :
1. Masih adanya guru SMA Negeri 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak yang kurang memahami makna pendidikan karakter di sekolah
sehingga antara guru yang satu dengan lainnya belum sependapat dalam menerapkan
model pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan. Akibatnya, penerapan
pendidikan karakter pada siswa belum dapat dilakukan secara maksimal.
2. Belum adanya acuan penilaian yang baku dari
pihak SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak terhadap internalisasi nilai
karakter dalam pembelajaran sehingga tingkat keberhasilan dan upaya tindak
lanjut dalam penerapan pendidikan karakter.
3. Alokasi anggraran/dana dalam penerapan nilai-nilai pendidikan
karakter SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak masih dinilai kurang sehingga
beberapa kegiatan tidak dapat terlaksana, di samping itu beberapa sarana dan
prasarana pendukung seperti tempat wudhu, WC dan mushalla dinilai masih kurang
layak, akibatnya pelaksanaan kegiatan belum sesuai dengan rencana kegiatan
sekolah.16
Bertitik Perilaku-perilaku tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dalam
upaya membentuk akhlak siswa perlu dilakukan evaluasi. Bertitik tolak dari
gejala-gejala di atas pada gilirannya mendorong penulis untuk melakukan satu
studi berjudul : PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA
PEMBENTUKAN NILAI LUHUR BANGSA PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Melihat kepada permasalahan yang ada, penulis
berpendapat bahwa studi ini merupakan kajian yang sangat menarik.
B.
Permasalahan
1.
Identifikasi Masalah
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran
berbasis karakter di SMA 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak, ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan
sebagai berikut :
a.
Bagaimana perencanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
b. Bagaimana pengorganisasian
pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1
Sungai Apit Kabupaten Siak?
c. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter
dalam upaya pembentukan nilai luhur bangsa pada siswa SMA 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak?
d. Bagaimana evaluasi pembelajaran berbasis karakter
dalam upaya pembentukan nilai luhur bangsa pada siswa SMA 1 Sungai Apit
Kabupaten Siak?
e. Apa saja faktor
pendukung pelaksanaan
pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan nilai luhur bangsa pada
siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
f. Apa saja faktor
penghambat pelaksanaan
pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan nilai luhur bangsa pada
siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
2.
Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang mengitari kajian ini sebagaimana yang
dikemukakan dalam identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi
permasalahan penelitian ini tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis
karakter dalam upaya pembentukan nilai luhur bangsa pada siswa SMA 1 Sungai
Apit Kabupaten Siak.
3.
Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, paling
tidak ada dua pokok permasalahan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
- Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan nilai luhur bangsa pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ?
- Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan nilai luhur bangsa pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai
dan diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berbasis
karakter dalam upaya pembentukan nilai luhur bangsa pada siswa SMA 1 Sungai
Apit Kabupaten Siak,
2.
Untuk mengetahui factor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan nilai luhur
bangsa pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
Adapun kegunaan yang ingin dicapai dan diharapkan
dari penelitian ini adalah untuk :
1.
Memberi masukan bagi praktisi pendidikan tentang upaya
yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan,
2.
Menjadi dasar bahan kajian bagi penelitian yang terkait
pada masa yang akan datang,
3.
Menambah dan memperkaya kuantitas hasil penelitian
keilmuan di bidang pendidikan.
D. Penelitian
Terdahulu
Winarno (2006), Pendidikan
Kewarganegaraan Persekolahan Standarisasi dan Pembelajarannya. Pendidikan
kewarganegaraan paradigma baru memiliki misi membentuk "warga negara yang
baik" nampaknya misi ini sama pula dengan pendidikan kewarganegaraan
sebelumnya. Dewasa ini misi pendidikan kewarganegaraan paradigma baru
adalahmenciptakan kompetensi siswa agar mampu berperan aktif dan bertanggung
jawab bagi kelangsungan pemerintahan demokratis yang diimplementasikan melalui
pendidikan kewarganegaraan, pengembangan pengetahuan, karakter dan ketrampilan
kewarganegaraan.
Ratna Megawangi (2007) dalam bukunya Semua
Berakar Pada Karakter, mencontohkan bagaimana kesuksesan Cina dalam
menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya pendidikan karakter
adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good,
loving the good, and acting the good (suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan
fisik, sehingga berakhlak mulia).
Djuherman (2007), Pendidikan Demokratis
dalam Kurikulum KTSP. Pembelajaran KTSP merupakan perwujudan demikratisasi
dalam bidang pendidikan, karena di sana ditanamkan penghargaan,
menjunjung tinggi kreatifitas, dan menyenangkan peserta didik.
Wuri Wuryandani (2010), Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Dalam Pembelajaran Untuk Menanamkan Nasionalisme Di Sekolah Dasar. Salah satu cara yang dapat ditempuh guru di
sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam
proses pembelajaran di sekolah. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan
lokal ke dalam pembelajaran diharapkan nasionalisme siswa akan tetap kukuh
terjaga di tengah-tengah derasnya arus globalisasi.
E. Tinjauan
Teori
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran
adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk
memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Menurut Corey sebagaimana
dikutip Nyimas Aisyah, pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.17 Senada dengan pengertian di atas
Gagne, Birggs, dan Wager sebagaimana dikutip Udin S. Winata Putra, berpendapat
bahwa Instruction is a set of event that affect leaners is such a way that
learning is facilitated.18 Pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.19 Suprapto berpendapat bahwa
pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan
subjek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi
secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien.20
Karakter secara harfiah berarti kualitas
mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi
kepribadian khusus, pendorong dan penggerak, serta pembeda satu individu dengan
lainnya. Menurut Gunarto :
Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, budaya dan nilai kebangsaan yang diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-sehari menjadi suatu pembiasaan yang melekat.21
Menurut Koesoema, Pendidikan Karakter merupakan
struktur antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia
secara terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang
mempunyai keutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan
seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya.22 Hal ini karena Koesoema menganggap
bahwa jiwa manusia bisa dirubah dengan pendidikan, dan ini bisa dilakukan di sekolah.
Di sekolah tersebut dapat diterapkan lima macam metode pendidikan karakter, yaitu :
(1) Mengajarkan pengetahuan tentang nilai, (2) Memberikan keteladanan, (3) Menentukan
prioritas, (4) praksis prioritas dan (5) refleksi.23 Di samping itu dapat diterapkan lima macam pendekatan, yaitu : (1) Pendekatan
penanaman nilai (inculcation approach); (2) Pendekatan perkembangan
moral kognitif (cognitive moral development approach); (3) Pendekatan
analisis nilai (values analysis approach); (4) Pendekatan klarifikasi
nilai (values clarification approach); dan (5) Pendekatan pembelajaran
berbuat (action learning approach).24
Menurut Raka, Pendidikan Karakter di
Indonesia pada saat ini diperlukan semua orang, untuk 250 juta rakyat
Indonesia.25 Menurut Azzet,
Pendidikan karakter di Indonesia saat ini adalah kebutuhan yang mendesak, sebab
karakter adalah kekuatan yang membentengi diri kita dari segala macam godaan
yang mendorong pada tingkah laku tidak terpuji.26
Karakter merupakan cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk
hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.27
Dalam rangkaiannya dengan identitas atau
jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi
acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal berbagai karakter
dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar; kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility),
kasih sayang (love), tanggung jawab (responssibility),
kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance)
dan persatuan (unity).28
Karakter religius teraplikasi dalam wujud kehidupan
berprilaku yang baik; penuh dengan kebajikan; yakni berprilaku baik terhadap
pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri
sendiri. Dalam dunia modern ini, manusia cenderung melupakan the virtuous life atau kehidupan yang
penuh kebajikan, termasuk di dalamnya self-oriented
virtuous atau kebajikan terhadap diri sendiri, seperti self control and moderation atau pengendalian diri dan kesabaran;
dan other-oriented virtuous atau
kebajikan terhadap orang lain, seperti generousity
and compassion atau kesediaan berbagi dan merasakan kebaikan.29
Karakter moral dalam menurut
Dewantara, adalah mendukung perkembangan hidup anak, lahir dan batin dari sifat
kodratinya menuju kearah suatu peradaban.30
Di sini jelas pendidikan moral essensinya adalah mengembangkan kecerdasan moral
(building moral intelligence) atau
mengembangkan kemampuan moral anak, sehingga mampu menentukan benar dan salah,
baik dan buruk, yang wajar dan tidak wajar, yang pantas atau tidak pantas,
serta yang patut atau tidak patut untuk dikerjakan seseorang.
Karakter kemandirian adalah suatu karakter
yang menunjukan adanya rasa percaya diri dan bertanggungjawab dalam menentukan
sikap; atau kemampu untuk mengambil keputusan dan menentukan tepat tidaknya
tindakan yang diambilnya. Menurut Khan, pendidikan karakter mengajarkan
kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan
bekerja sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara, membantu mereka membuat
keputusan dan yang dapat dipertanggungjawabkan.31
Karakter nasionalisme (kebangsaan) yaitu
suatu bentuk kesadaran akan masyarakat dan bangsanya sendiri. Zubaedi,
mengatakan Pendidikan karakter akan
memastikan siswa merenungkan
etika pribadi mereka dan bagaimana
tindakan mereka mempengaruhi orang di sekitar mereka. Pendidikan karakter dapat diartikan
sebagai the deliberate us of all
dimensions of school life to foster optimal character develompment (usaha
kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu
pengembangan karakter dengan optimal).32
Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus
melibatkan seluruh komponen sekolah baik dari aspek kurikulum (the content of the curriculum ), proses pembelajaran
( the procces of instruction ),
kualitas hubungan ( the quality of relationship ), penanganan mata pelajaran ( the handling of discipline ),
pelaksanaan aktifitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.33
Menurut Muslich, Pendidikan Karakter di
sekolah dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang berkaitan dengan norma dan
nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang dieksplisitkan melalui pengaitan
antara mata pelajaran dengan nilai kehidupan sehari-hari dalam masyarakat
sekitarnya, sehingga pembelajaran yang diisi dengan nilai-nilai karakter
tidak hanya pada tataran kognitif,
tetapi pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik
sehari-hari di masyarakat.34 Menurut
Umi Kalsum, Pendidikan Karakter sangat cocok diterapkan dalam pendidikan
formal (sekolah) karena tujuannya
menanamkan karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran ataui kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.35
Dalam konteks implementasi pendidikan
karakter di sekolah, maka agar guru harus memiliki karakter terlebih dahulu.
Menurut Hidayatullah, Guru berkarakter, bukan hanya mampu mengajar tetapi ia
juga mampu mendidik. Ia bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi ia juga mampu menanamkan nilai-nilai yang
diperlukan untuk mengarungi hidupnya. Ia (guru) bukan hanya memiliki kemampuan
bersifat intelektual tetapi memiliki kemampuan spiritual sehingga mampu membuka
hati peserta didik untuk belajar; yang selanjutnya adalah kemampuan
interpersonal sehingga mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat.36
F. Konsep Operasional
Berdasarkan tinjauan teori di atas, maka secara
operasional “pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam
upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak” adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan, dengan
indikator : guru menyusun silabus
dan RPP berkarakter, guru memilih dan menyiapkan media pembelajaran dan sumber
belajar karakter,
2.
Implementasi, dengan
indikator : guru menerapkan langkah-langkah penerapan pembelajaran berbasis
karakter sebagai berikut :
a. Pendahuluan :
-
Guru
datang tepat waktu ( menanamkan disiplin),
-
Guru
mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (menanamkan
nilai: santun, peduli),
-
Berdoa
sebelum membuka pelajaran (menanamkan nilai religius),
-
Mengecek
kehadiran siswa (menanamkan nilai disiplin, rajin),
-
Mendoakan
siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (menanamkan
nilai religius, peduli),
-
Memastikan
bahwa setiap siswa datang tepat waktu ( menanamkan nilai disiplin),
-
Menegur
siswa yang terlambat dengan sopan ( menanamkan nilai disiplin, santun, peduli),
-
Mengaitkan
materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir
karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD,
b. Kegiatan Inti (Eksplorasi, Kolaborasi dan
Konfirmasi):
-
Melibatkan
peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi
yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar
dari aneka sumber (menanamkan nilai mandiri, berfikir logis, kreatif,
kerjasama),
-
Menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (menanamkan
nilai kreatif, kerja keras),
-
Memfasilitasi
terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya (menanamkan nilai kerjasama,
saling menghargai, peduli lingkungan),
-
Melibatkan
peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (menanamkan nilai
rasa percaya diri, mandiri),
-
Memfasilitasi
peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (
menanamkan nilai mandiri, kerjasama, kerja keras),
-
Membiasakan
peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu
yang bermakna ( menanamkan nilai cinta ilmu, kreatif, logis),
-
Memfasilitasi
peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (menanamkan nilai
kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun),
-
Memberi
kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak
tanpa rasa takut ( menanamkan nilai kreatif, percaya diri, kritis),
-
Memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (menanamkan nilai
kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab),
-
Memfasilitasi
peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (menanamkan
nilai jujur, disiplin, kerja keras, menghargai),
-
Memfasilitasi
peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun
tertulis, secara individual maupun kelompok (menanamkan nilai jujur,
bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama),
-
Memfasilitasi
peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (menanamkan
nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama),
-
Memfasilitasi
peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan
(menanamkan nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri,
kerjasama),
-
Memfasilitasi
peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya
diri peserta didik (menanamkan nilai percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama),
-
Memberikan
umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun
hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (menanamkan nilai saling
menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis),
-
Memberikan
konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber (menanamkan nilai percaya diri, logis, kritis),
-
Memfasilitasi
peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
dilakukan (menanamkan nilai memahami kelebihan dan kekurangan),
-
Memfasilitasi
peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan sikap,
c. Penutup :
-
Bersama-sama
dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (menanamkan
nilai mandiri, kerjasama, kritis, logis),
-
Melakukan
penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram (menanamkan nilai jujur, mengetahui
kelebihan dan kekurangan),
-
Memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (menanamkan nilai
saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis),
-
Merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,
-
Menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
3.
Evaluasi,
dengan indikator : guru menetapkan indikator ketercapaian.....
G. Metode Penelitian
- Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini dalam jenis penelitian yang menggunakan metode
kualitatif, di mana dalam pelaksanaan dilakukan secara
alamiah, apa adanya,
dalam situasi yang
normal sesuai dengan keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi
secara alami.37
Dari objek data yang dianalisis, penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan langkah-langkah :
melakukan reinterpretasi objek
tentang keadaan fenomena
sosial yang terdapat
pada permasalahan yang diteliti kemudian dihubungkan dengan teori yang
ada.
- Lokasi
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
- Subjek dan
Objek Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah para pelaksana pembelajaran
berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia Siswa SMAN I Sungai Apit
Kabupaten Siak yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah dan 27 orang Guru,
sedangkan objeknya adalah Pelaksanaan
Pembelajaran Berbasis Karakter Dalam Upaya Pembentukan Akhlak Mulia Siswa SMAN
I Sungai Apit Kabupaten Siak.
- Responden/Informan
Penelitian
Responden dalam penelitian
ini sebanyak 28 orang, yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Sungai Apit Kabupaten Siak, dan 27 orang
Guru.
- Jenis dan
Sumber Data
Data yang akan dikumpulkan
dan diperoleh dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kepada :
a.
Data Primer ; Data yang diperoleh langsung dari responden
melalui informasi dari hasil wawancara tentang pelaksanaan pembelajaran
berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia di SMA Negeri 1 Sungai
Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b.
Data Sekunder ; Data yang diperoleh melalui dokumentasi
atau sumber lainya untuk menunjang objek yang diteliti, terutama terkait dengan
di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, termasuk data skunder dalam
penelitian adalah profil sekolah.
- Teknik
Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh
dengan teknik pengumpulan data yaitu:
a.
Observasi ; Dilakukan dengan cara mengamati langsung pelaksanaan
pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA
Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak,
b.
Wawancara ; Melakukan tanya jawab secara langsung
dengan responden untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran
berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1
Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
c.
Studi Dokumentasi; Dilakukan penulis dengan cara
dokumen yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam
upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
- Tehnik
Analisis Data
Setelah data-data diperoleh, kemudian data dikelompokkan berdasarkan jenis
dan sumbernya, penganalisaan data menggunakan metode deskriptif, yaitu
menguraikan dengan fakta yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan teori yang
ada. Data yang telah terkumpul dianalisis setiap waktu secara induktif selama
penelitian berlangsung dengan mengolah bahan empirik, supaya dapat
disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dipahami dan
diinterpretasikan. Data diinterpretasikan untuk memperoleh makna dan implikasi
hubungan yang ada. Analisis induktif dimulai dengan terlebih dahulu merumuskan
sejumlah permasalahan ke dalam beberapa pertanyaan yang dijadikan tujuan
penelitian. Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan utama telah
dikemukakan dalam perumusan masalah, akan tetapi pertanyaan-pertanyaan yang
lain dapat digali melalui wawancara, atau observasi di lokasi penelitian
sehingga dapat mengumpulkan ungkapan kognitif, emosional atau intuisi dari para
pelaku yang terlibat.
Data yang ada dirangkum secara deskriptif untuk membantu menemukan
konsep-konsep keaslian yang diungkapkan oleh subjek penlitian sendiri sesuai
dengan kenyataannya. Dengan cara ini tetap akan dapat menyajikan realitas
senyatanya (emik) sebagaimana yang diharapkan dalam penelitian
kualitatif. Dalam melakukan analisis, diterapkan cara pentahapan, yaitu
mereduksi data, memaparkan data empirik, menarik kesimpulan dan
memverifikasikan. Mereduksi data dimaksudkan sebagai penyederhanaan,
pengabstrakkan dan mentransformasikan data yang masih kasar dari beberapa
catatan lapangan. Dengan tahap ini dimaksudkan dapat mengklasifikasikan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu hingga dapat mengorganisir data yang
sangat diperlukan.
Pemaparan maksudnya menyajikan data yang telah direduksi dalam bentuk bahan
yang diorganisir melalui ringkasan terstruktur, diagram, bagan maupun sinopsis
dan beberapa teks. Cara ini dapat membantu menyusun analisis yang dikehendaki,
serta diarahkan kepada upaya merumuskan temuan konsep. Tahap penarikan
kesimpulan serta verifikasi, dimaksudkan membuat penafsiran makna dari data,
kemudian memverifikasinya. Hasil verfikasi ini tentu saja perlu diperiksa ulang
dengan melihat kembali ke lokasi penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Keseluruhan penulisan isi skripsi ini disusun dengan
membagi ke dalam 5 (lima )
bab, yang masing-masing berisikan hal-hal sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan, di dalamnya berisi : latar belakang masalah, alasan
pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II berisi Tinjauan Teoretis tentang Pendidikan
Karakter.
Bab
III Tinjauan Lokasi Penelitian, yang
mencakup pembahasan tentang profil SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
Bab IV Penyajian Data dan Analisis Data tentang pelaksanaan
pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia
siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Bab V Penutup; Kesimpulan dan Saran-saran.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Abrasyiy,
Muhammad Athiyah al-. Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, (Saudi
Arabiah : Dar al-Ihya’, tt).
Abuddin
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997).
Arikunto, Ny. Suharsimi, Prosedur
Penelitian; Suatu Pengantar, Jakarta, Bina Aksara, 2009.
Ashraf, Syed Sajjad Husain dan Syed Ali. Krisis
Pendidikan Islam, Terj. Rahmani Astuti, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
1986).
Attas, Syed Muhammad al-Naquib al-. Konsep Pendidikan
Dalam Islam, Terj. Haidar Baqir, (Bandung : Mizan, 1994).
Azzet, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia:
Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan
Bangsa, (Jakarta: Arruz
Media, 2011).
Bastani dkk, Karim al-. al-Munjid fi al-Lughat wa al-‘Alam,
(Beirut : Dar al-Masyriqi, 1975).
Daradjat,
Zakiah. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,
1995).
----------, ---------.
Pengantar Psikologi Remaja, (Jakarta : Bulan Bintang, 1990).
Dewantara, Ki Hajar. Karja Ki Hadjar
Dewatara Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta:
Pertjetakan Taman Siswa 1962).
Diknas RI, Tim Penyusun. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang (SISDIKNAS), (Bandung :
Penerbit Citra Umbara, 2007).
Gunawan, Ary H. Kebijakan-kebijakan
Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2005).
Hasbullah, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2005).
John, Alfred. Membangun
Karakter Tangguh: Mempersiapkan Generasi Anti Kecurangan, Terjemahan oleh Sandiantoro
dan Ari Kristanti, (Surabaya : Portico
Publishing, 2011).
Kemendiknas
RI, Tim
Penyusun. Desain
Induk Pengembangan Karakter, (Jakarta: Dikti, 2010).
Khan, Yahya, M.Pd., DR., Pendidikan
Karakter Potensi Diri; Mendongkrak Kualitas Pendidikan, (Yokyakarta : Pelangi Publishing,
2010).
Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global,
(Jakarta : Kompas Gramedia, 2011).
Langgulung, Hasan.
Manusia dan Pendidikan ; Suatu Analisa Antara Psikologi Dan Pendidikan, ( Jakarta
: pustaka al-Husna, 1986).
Marimba, Ahamad D. Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam, (Bandung : Maktabah al-Ma’rif, 1980).
Mastuhu, Memberdayakan
Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999).
Moleong, Lexi J. Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000).
Mudyahardjo, Filsafat
Ilmu Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001).
Mujib,
Muhaimin dan Abdul. Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993).
Raka, dkk., Gede. Pendidikan
Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan, (Jakarta : PT. Alex Media Komputindo,
Kompas Gramedia, 2011).
S. Nasution, Pedoman
Penulisan Disertasi, Tesis, Skripsi dan Makalah Ilmiah, Jakarta, Bina
Aksara, 1994.
Saat,
(Ed.), Ibrahim. Isu Pendidikan di Malaysia, (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa
dan Pustaka, 1982).
Samani, Hariyanto. Konsep dan Model
Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya
2011).
Sarwono, Sarlito Wirawan.
Psikologi Remaja ; Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1994), hlm. 75.
Subarsono, Kebijakan
Publik, (Jakarta : Pustaka Setia, 2003).
Syaibany,
Omar Mohammad al-Toumy al-. Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979).
Uhbiyati, Abu Ahmadi dan
Nur. Ilmu
Pendidikan; Suatu Pengantar, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2001).
Usman, Syafruddin Nurdin
dan Basyiruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Pers,
2004).
Wahab, Solichin Abdul. Evaluasi
Kebijakan Publik, (Malang : Penerbit FIA. UNIBRAW dan IKIP Malang, 1997).
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan
Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011).
Furqon Hidayatullah,M.
2009. Guru sejati: Meembangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Soemarno Soedarsono.
2008. Membangun Kembali Jati diri Bangsa. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Kemendiknas. 2010. Pembinaan
Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Ratna Megawangi. 2007. Semua
Berakar Pada Karakter. Jakarta : FE-UI.
1Secara harfiah karakter menurut Hornby dan Pornwell, sebagaimana dikutip
Kartini Kartono dan Dali Gulo, diartikan sebagai “kualitas mental atau moral,
kekuatan moral, nama atau reputasi.” Sementara menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo, karakter
adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya
kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan
sifat-sifat yang relative tetap. Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus
Psikologi, (Bandung : Pioner Jaya, 1987), hlm. 29.
2Tim Penyusun Diknas RI, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang (SISDIKNAS), (Bandung : Penerbit Citra Umbara,
2007), hlm. 3. Ary H.Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan, (Jakarta : Penerbit Rineka
Cipta, 2005), hlm. 163.
6Zubaedi, Desain
Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 11.
7Ibid.,
hlm. 12.
8Ibid.
9Ibid.,
hlm. 13.
10Tim Penyusun Kemendiknas RI, op. cit., hlm.
26-27.
11M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati:
Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. (Surakarta :
Yuma Press,
2010), hlm. 4.
12Lihat Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 200, Pasal 6 Ayat 4,
Pasal & Ayat 1 dan 2. Kebijakan ini juga terjadi untuk pembelajaran di
Perguruan Tinggi. Dua mata kuliah (Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan) yang termasuk mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK)
diarahkan untuk pembentukan karakter para mahasiswa sehingga melahirkan para
sarjana yang berakhlak mulia dan pada akhirnya akan menjadi para pemimpin
bangsa yang juga berakhlak mulia.
13Wahidin, Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum - SMA Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, Wawancara, Sungai
Apit Kabupaten Siak, Juni 2012.
14Ober Sitorus, Wakil Kepala Sekolah
SMA Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, Wawancara, Sungai Apit
Kabupaten Siak, Juni 2012.
15Sumber Data, Dokumentasi, SMA
Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, 2012. Ober Sitorus, Wakil Kepala Sekolah
SMA Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, Wawancara, Siak, Juni 2012.
16Sumber Data, Pengamatan Langsung, SMA
Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, 2012.
17Nyimas Aisyah, Pengembangan
Pembelajaran Matemática Sekolah Dasar, (Jakarta : Direktorat Jendral
Pendidikan Nasional, 2007), hlm. 3.
18Udin S. Winata Putra, Teori
Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka 2007), hlm.
19.
19Oemar Hamalik, Kurikulum
dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1999), hlm. 57.
20Suprapto, Pengembangan Pembelajaran
Sekolah Dasar, (Bandung: Angkasa, 2003), hlm. 9.
21Gunarto, Implementasi Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 22. Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak
di Zaman Global, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2011), hlm. 52.
24D.P,
Ahrens, C., Hedstrom, J.E., Ford, L.J. & Johnson, P.L. Superka,
Values Education Sourcebook, (Colorado : Social Science Education
Consortium, Inc. University of California ,
Berkeley , 2006), hlm. 78. dalam www.eric.ed.gov/.../recordDetail?accno...diakses Tanggal 17 Desember 2012.
25Gede Raka, dkk., Pendidikan
Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan, (Jakarta : PT. Alex Media
Komputindo, Kompas Gramedia,
2011), hlm. 6.
26Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia:
Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan
Bangsa, (Jakarta: Arruz
Media, 2011), hlm. 15, Alfred John, Membangun Karakter Tangguh: Mempersiapkan Generasi Anti
Kecurangan, Terjemahan
oleh Sandiantoro dan Ari Kristanti, (Surabaya
: Portico Publishing, 2011), hlm. vii.
27Hariyanto Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya 2011), hlm. 41.
30Ki Hajar Dewantara,
Karja Ki Hadjar Dewatara Bagian Pertama:
Pendidikan. Jogjakarta: Pertjetakan Taman Siswa 1962), hlm. 484.
31Yahya Khan, Pendidikan Karakter Potensi Diri;
Mendongkrak Kualitas Pendidikan, (Yokyakarta
: Pelangi Publishing, 2010), hlm. 1.
32Zubaedi, op. cit., hlm. 14.
34Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2011), hlm. 86.
35Umi Kalsum, Implementasi Pendidikan Karakter Paikem, (Jakarta : Gema Pratama Pustaka, 2011), hlm. 6.
36Hidayatullah, Pendidikan Karakter : Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), hlm. 25.
37Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta : Bina Aksara, 2009), hlm. 11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar