Ketika
bulan ramadhan seperti ini kita selalu berpikir apa hikmah yang kita dapat
setelah berjuang puasa seharian. berikut adalah 10 hikmah puasa ramadhan :
1. Bulan
Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari kita
dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita
makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat
tarawih, iktikaf, baca qur'an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu
disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang
tidak mau ikut latihan ini.
2. Bulan
Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup. Di
bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah,
dan amal-amal sunat. Artinya kita menahan diri atas satu pekerjaan yang monoton dan lalai beribadah kepadaNya. Orang yang lalai atas mengingat Allah, selalu asyik dengan pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, sholat, dan makan sering terabaikan. Atau waktu yang seharusnya dipakai untuk beribadah kepada Allah dipakai untuk makan siang bersama kekasih. Sholat? tinggal. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup seimbang, antara pekerjaan, dan Ibadah. Pekerjaan untuk kepentingan dunia dan Ibadah untuk kepentingan Akhirat.
dan amal-amal sunat. Artinya kita menahan diri atas satu pekerjaan yang monoton dan lalai beribadah kepadaNya. Orang yang lalai atas mengingat Allah, selalu asyik dengan pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, sholat, dan makan sering terabaikan. Atau waktu yang seharusnya dipakai untuk beribadah kepada Allah dipakai untuk makan siang bersama kekasih. Sholat? tinggal. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup seimbang, antara pekerjaan, dan Ibadah. Pekerjaan untuk kepentingan dunia dan Ibadah untuk kepentingan Akhirat.
3. Bulan
Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti
persaudaraan, dan silaturahmi. Di keluarga orang yang tidak mengerti akan arti
persaudaraan. Persaudaraan di keluarga tidak begitu akrab, adik beradik
bertengkar, Ibu dan Ayah kadang saling tidak memperhatikan. Persaudaraan dari
Gang Jalanan, banyak juga perkelahiannya. Persaudaraan atas satu kelompok, satu
bangsa, satu tanah air, hanya selogan dan nama, kurang sekali mendapat makna.
Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada
dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama
di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi
keagamaan yang dilaksanakan di Masjid. Semuanya didapat gratis tanpa bayaran.
Sesama muslim saling bersalaman, bercengkrama saling menanyakan kabar.
Sama-sama sholat tarawih tadarus dengan saling mengajarkan Qur'an, dan banyak
makanan sedekah di Masjid. Ya tentunya Gratis. Persaudaraan sesama muslim
sebenarnya punya pelajaran dan bab khusus, ada ayat qur'an tentang
persaudaraan, ada banyak hadits nabi, tetapi jarang diperhatikan orang betapa
pentingnya arti persaudaraan itu. Tetapi dibulan Ramadha ia akan tampak dengan
sendirinya.
4. Bulan
Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah. Di bulan Ramadhan
kita puasa, merasaka lapar dan dahaga, mengingatkan kita betapa sedihnya nasib
orang yang tidak berpunya, orang terlantar, anak yatim yang tiada orang tuanya,
fakir miskin yang hidup di tempat yang tidak layak. Apakah kita tidak merasa
prihatin? Sehingga kita peduli untuk membantu saudara-saudara kita yang
kelaparan. Baik karena kondisi ekonomi, atau disebabkan bencana Alam. Allah
menyindir orang yang tidak peduli pada nasib orang lain yang miskin sebagai
pendusta Agama. Juga Allah mengataka orang yang tidak peduli dengan nasib fakir
miskin dan anak yatim sebagai orang yang tidak mempergunakan potensi
pancaindranya untuk melihat keadaan sekelilingnya. Orang yang tidak peduli
dengan orang lain juga disebut sebagai orang yang salah menilai atau memandang
kehidupan.
5. Bulan
Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan. Di
bulan puasa kita diharuskan sungguh-sungguh dalam beribadah, menetapkan niat
yang juga berisi tujuan kenapa dilakukannya puasa. Tuajuan puasa adalah untuk
melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar
bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya
gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada
tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
6. Bulan
Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah.
Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil
pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan
ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat
dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua
dapat bernilai ibadah.
7. Bulan
Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan,
terutama yang mengandung dosa. Dibulan Ramadhan kita berpuasa. Kita menahan
Lapar dan dahaga. Bukan itu saja. Tetapi juga menahan segala yang dapat
membatalkan puasa, juga segala yang dapat merusak puasa. Terutama hal-hal yang
dapat menimbulkan dosa. Sehingga di dalam bulan Ramadhan kita dapat terbiasa
dan terlatih untuk menghindari dosa-dosa kita agar kita senantiasa bersih dari
perbuatan yang dapat menimbulkan dosa. Latihan ini menimbulkan kemajuan positif
bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang
dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang
yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.
8. Bulan
Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan rintangan.
Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan yang tidak baik
dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar
atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang
menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap
Sabar karena kita dalam keadaan Puasa. Dengan Sabar hasutan Syeitan untuk
memperuncing konflik menjadi gagal. Kitalah pemenangnya dari godaan Syeitan
tersebut. Masalah orang menggunjing, memfitnah, biarlah itu jadi dosa-dosanya,
janganlah kita ikut berdosa dengan dosa orang lain.
9. Bulan
Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana. Setiap hari
kita membeli kue dan minuman untuk berbuka puasa. Dari sekian banya kue dan
minuman yang kita beli. Hanya minuman segelas teh buatan kita sendiri yang
diminum. Yang lain banyak tertinggal dan sebagian terbuang keesokan harinya.
Hal ini menyadarkan kita, bahwa apa yang kita beli banyak-banyak sebelum
berbuka, hanyalah hawa nafsu saja. Kebutuhan kita hanyalah segelas teh manis!
Mengapa kita harus membeli banyak-banyak minuman dan kue-kue yang akhirnya
tidak kita makan? Hal ini menyadarkan kita betapa kita harus hemat, membeli
sekedar yang dibutuhkan. Kelebihan uang yang kita punyai mungkin dapat kita
sedekahkan bagi yang lebih membutuhkan.
10. Bulan
Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas
nikmat-nikmat yang diberikan pada kita. Rasa syukur kita akan adanya nikmat
makanan yang telah kita punyai terasa ketika kita puasa. Kita merasakan lapar,
tetapi kita masih mempunyai makanan. Bagaimana dengan orang yang merasakan
lapar tetapi bukan karena ia juga puasa, tetapi karena memang tidak punya
makanan? Kita sakit, kita dapat makan obat ketika buka, tetapi bagaimana dengan
orang yang tidak punya obat, ketika ia sakit? Kita enak, ketika kita puasa
merasa lapar dan haus, kita lengahkan dengan menonton televisi atau hal-hal
lain seperti internet. Bagaimana dengan orang ketika ia lapa dan haus mereka
lengahkan lapar dan hausnya dengan bekerja memenuhi tuntutan majikannya? Bukan
karena memang tidak punya televisi atau internet, tetapi karena tuntutan hidup,
yang mengharuskan ia bekerja untuk makan hari ini dan hari ketika ia tidak
bekerja. Tidakkah harusnya kita bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan
pada kita?
Dalil-dalil Tentang Kewajiban dan Keutamaan Puasa Ramadhan
Dalil
tentang kewajiban puasa Ramadhan sangatlah banyak dalam nash-nash Al-Qur`an dan
Sunnah. Di antaranya adalah firman Allah Ta’âla,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا
أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ
فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ
تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي
أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ
مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ
بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.
“Wahai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (yaitu) dalam
beberapa hari yang tertentu. Maka, barang siapa di antara kalian sakit atau
berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang
ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya, (jika mereka tidak berpuasa), membayar fidyah, (yaitu) memberi
makan seorang miskin. Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan dengan kerelaan
hati, itulah yang lebih baik baginya. Berpuasa lebih baik bagi kalian jika
kalian mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi
manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,
dan barangsiapa yang sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia
wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi
kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangan (bulan) itu dan hendaklah kalian
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian supaya
kalian bersyukur.”
[Al-Baqarah: 183-185]
Dalam
hadits Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu
‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam
yang agung dan mulia,
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ
شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ،
وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam
dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa Anna
Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.”
Juga dalam hadits Thalhah bin Ubaidullah radhiyallâhu
‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, ketika seorang A’raby bertanya kepada
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, beliau bersabda,
خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ
وَاللَّيْلَةِ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُنَّ قَالَ : لاَ. إِلاَّ أَنْ
تَطَّوَّعَ وَصِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُ فَقَالَ :
لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ . وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَاةَ فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ : لاَ.
إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ . قَالَ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ وَاللَّهِ
لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلاَ أَنْقُصُ مِنْهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ .
“Shalat
lima waktu (diwajibkan) dalam sehari dan semalam.” Maka, ia berkata, “Apakah
ada kewajiban lain terhadapku?” Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali hanya ibadah
sunnah. Juga puasa Ramadhan.” Maka, ia berkata, “Apakah ada kewajiban lain
terhadapku?” Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah,” dan
Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam menyebutkan (kewajiban) zakat terhadapnya. Maka, ia berkata,
‘Apakah ada kewajiban lain terhadapku?’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada, kecuali
hanya ibadah sunnah.” Kemudian, orang tersebut pergi seraya berkata, “Demi
Allah, saya tidak akan menambah di atas hal ini dan tidak akan menguranginya.’
Maka, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ia telah
beruntung apabila jujur.’.”
Selain
itu, hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhâry dan
Muslim dari hadits Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, dan diriwayatkan
oleh Muslim dari hadits Jâbir bin Abdillah radhiyallâhu ‘anhumâ.
Selanjutnya,
dalil lain terdapat dalam hadits Umar bin Khaththab radhiyallâhu ‘anhu
riwayat Muslim ,dan hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, tentang kisah Jibril yang masyhur ketika beliau bertanya
kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, Iman,
Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat. Ketika ditanya tentang Islam, Nabi shallallâhu
‘alaihi wa sallam menjawab,
الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ
وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ
إِلَيْهِ سَبِيلاً.
“Islam
adalah bahwa engkau bersaksi bahwa tiada yang berhak untuk diibadahi kecuali
Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, engkau menegakkan shalat,
mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, serta berhaji ke rumah (Allah) bila
engkau sanggup menempuh jalan untuk itu.”
Berdasarkan
dalil-dalil di atas, para ulama bersepakat bahwa siapapun yang mengingkari
kewajiban puasa dianggap kafir, keluar dari Islam, dan dianggap telah
mengingkari suatu perkara, yang kewajibannya telah dimaklumi secara darurat
dalam syariat Islam.
Seluruh
dalil di atas menunjukkan keutamaan puasa yang sangat besar dan menunjukkan
bahwa betapa agung nikmat dan rahmat Allah bagi umat Islam.
Allah
Subhânahu wa Ta’âlâ dan Rasul-Nya telah menjelaskan berbagai macam
keutamaan puasa secara umum dan keutamaan puasa Ramadhan secara khusus. Agar
kita dapat bersegera dalam hal menggapai rahmat Allah dan bergembira terhadap
karunia dan nikmat-Nya, berikut ini, kami menyebutkan beberapa keutamaan puasa.
Di antaranya adalah:
Pertama, ampunan dan pahala yang sangat
besar bagi orang yang berpuasa.
Allah
Jalla Tsanâ`uhu menyebutkan sederet orang-orang yang beramal
shalih, yang di antara mereka adalah laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
kemudian menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً
وَأَجْرًا عَظِيمًا
“…Allah
telah menyediakan, untuk mereka, ampunan dan pahala yang besar.” [Al-Ahzâb: 35]
Kedua, puasa adalah tameng terhadap api
neraka.
Dalam
riwayat Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Nabi
shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ
يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَسْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ
أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ امْرُؤٌ صَائِمٌ
“…
dan puasa adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian berada pada hari puasa,
janganlah ia berbuat sia-sia dan janganlah ia banyak mendebat. Kalau orang lain
mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia berkata, ‘Saya sedang berpuasa.’.”
Juga
dalam hadits Jâbir, ‘Utsman bin Abil ‘Âsh, dan Abu Hurairah radhiyallâhu
‘anhu riwayat Imam Ahmad dan selainnya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
الصِّيَامُ جُنَّةٌ كَجُنَّةِ
أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ
“Puasa
merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah seorang dari kalian pada
peperangan.”
Ketiga, puasa adalah pemutus syahwat.
Dalam
hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan
Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ
اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ
لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ
وِجَاءٌ
“Wahai
sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia
menikah karena hal tersebut lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga
kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa karena
sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus syahwatnya.”
Keempat, orang yang berpuasa mendapat
ganjaran khusus di sisi Allah.
Hal
tersebut karena puasa merupakan bagian kesabaran, sementara sabar terbagi tiga:
sabar dalam hal menjalankan ketaatan, sabar dalam hal meninggalkan larangan,
dan sabar dalam hal menerima ketentuan Allah. Orang yang berpuasa telah
melakukan tiga jenis kesabaran ini seluruhnya, bahwa ia sabar dalam hal menjalankan
ketaatan yang diperintah dalam pelaksanaan puasa, sabar dalam hal meninggalkan
segala hal yang dilarang dan diharamkan dalam pelaksanaan puasa, serta sabar
dalam hal menjalani kepedihan terhadap lapar, haus, dan kelemahan pada tubuh.
Karena puasa merupakan bagian kesabaran, wajar jika orang yang berpuasa
mendapatkan pahala khusus yang tidak terhingga sebagaimana orang yang sabar
mendapat pahala seperti itu. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ
أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya,
hanya orang-orang yang bersabarlah yang pahala mereka dicukupkan tanpa batas.” [Az-Zumar: 10]
Kelima, orang yang berpuasa memiliki dua
kegembiraan.
Keenam, bau mulut orang yang berpuasa
lebih harum di sisi Allah daripada bau wangian kasturi.
Tiga
keutamaan yang disebut terakhir termaktub dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu
‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ
الْحَسَنَةُ عَشْرَ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ
وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيْ وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ
وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ
مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap
amalan Anak Adam, kebaikannya dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh
ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Sesungguhnya,
(amalan) itu adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya
karena (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.’
Bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika dia berbuka
puasa dan kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabb-nya. Sesungguhnya, bau mulut
orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi.”
(Lafazh hadits adalah milik Imam Muslim)
Ketujuh, puasa sehari di jalan Allah
menjauhkan wajah seseorang dari neraka sejauh perjalanan selama tujuh puluh
tahun.
Dalam
hadits Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan
Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِى
سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللَّهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ
النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Tidak
seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali, karena
(amalannya pada) hari itu, Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka (sejauh
perjalanan) selama tujuh puluh tahun.”
Kedelapan, pintu khusus di surga bagi
orang-orang yang berpuasa.
Dalam
hadits Sahl bin Sa’ad As-Sâ’idy radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry
dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ
لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ
مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَدْخُلُونَ مِنْهُ
فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya,
di surga, ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyân. Orang-orang yang berpuasa akan
masuk melaluinya pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang melewatinya,
kecuali mereka. Dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Lalu mereka
memasukinya. Jika (orang) terakhir dari mereka telah masuk, (pintu) itupun
dikunci sehingga tidak ada seorang pun yang melaluinya.”
Kesembilan, puasa termasuk kaffarah
(penggugur) dosa hamba.
Dalam
hadits Hadzaifah Ibnul Yamân radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan
Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِيْ أَهْلِهِ
وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ
وَالصَّدَقَةُ وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْىُ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Fitnah
seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya dapat ditebus
dengan puasa, shalat, shadaqah, serta amar ma’ruf dan nahi mungkar.” (Konteks hadits adalah milik Imam
Muslim)
Juga
dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ
إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ
إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat
lima waktu, (dari) Jum’at ke Jum’at, dan (dari) Ramadhan ke Ramadhan, adalah
penggugur dosa (seseorang pada masa) di antara waktu tersebut sepanjang ia
menjauhi dosa besar.”
Bahkan,
puasa menjadi bagian kaffarah pada beberapa perkara seperti pelanggaran sumpah[1], zhihâr [2], sebagian amalan haji[3], pembunuhan Ahludz Dzimmah
‘orang yang berada di bawah perjanjian’ tanpa sengaja[4], dan pembunuhan hewan buruan
saat ihram[5].
Kesepuluh, puasa termasuk amalan yang
mengakibatkan seseorang dimasukkan ke dalam surga.
Dalam
haditsnya riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasâ`i, Ibnu Hibban, dan
lain-lain, Abu Umâmah radhiyallâhu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallâhu
‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمُرْنِيْ
بِعَمَلٍ أَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ . قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لاَ
مِثْلَ لَهُ.
“Wahai
Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang dengannya,
saya dimasukkan ke dalam surga. Beliau bersabda, ‘Berpuasalah, karena (puasa)
itu tak ada bandingannya.’.”
Kesebelas, puasa memberi syafa’at pada hari
kiamat.
Dalam
hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda,
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ
لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ
الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِيْ فِيهِ. وَيَقُولُ
الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِيْ فِيهِ. قَالَ
فَيُشَفَّعَانِ.
“Puasa
dan Al-Qur`an akan memberi syafa’at untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa
berkata, ‘Wahai Rabb-ku,
saya telah melarangnya terhadap makanan dan syahwat pada siang hari, maka
izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ Al-Qur`an berkata, ‘Saya telah
menghalanginya dari tidur malam, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at
baginya.’ (Beliau) bersabda, ‘Maka, keduanya mendapat izin untuk mensyafa’ati
(hamba) tersebut.’.” (HR. Ahmad, Muhammad bin Nash Al-Marwazy, Al-Hâkim,
dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Tamâmul Minnah
hal. 394-395)
Kedua
belas,
pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta
syaithan dibelenggu.
Dalam
hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ
أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika
Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surgadibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan
syaithan-syaithan dibelenggu.”
Ketiga
belas,
orang yang berpuasa pada Ramadhan, karena keimanan dan hal mengharap pahala,
dosa-dosanya diampuni.
Dalam
hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap pahola, dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar