Pendahuluan
Al-qur’an merupakan salah satu kitab yang mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga keasliannya. Al-qur’an bukan hanya sekedar menjadi bahan bacaan, akan tetapi Al-qur’an memiliki multifungsi dan selalu cocok dengan fenomina dalam kehidupan ini, hal ini merupakan salah satu mukjizat yang dimiliki oleh al-Qur’an.
Al-qur’an dalam pengumpulannya mempunyai dua tahap: tahap pertama yaitu tahap pengumpulan al-qur’an dalam arti menghafal pada masa nabi, tahap kedua pengumpulan al-quran dalam arti penulisan al-qur’an pada masa nabi, hal ini dinamakan pengahafalan dan pembukuan tahap pertama. Setelah wafatnya Nabi proses pengumpulan al-qur’an terus dilaksanakan oleh para khalifah sehingga terbentuklah yang namanya “mushaf usmani” seperti yang ada pada sekarang ini.
Penyebaran islam bertambah luas membuat dan para qurra pun tersebar dan itu memiliki latarbelakang yang berbeda sehingga menimbulkan perbedaan dalam tatacara membaca al-Qur’an sejalan dengan perbedaan “huruf” yang dengannya huruf diturunkan. Hal ini menimbulkan kecemasan dikalangan sahabat tak terkecuali khalifah pada waktu itu yaitu Usman bin Affan, melihat kejadian hal itu khalifah Usman memerintahkah dan mengirimkan utusan kepada Hafsah (untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya) dan Hafsah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu kepadanya. Kemudian Usman mamanggil Zaid bin Zabit al-Ansari, Abdullah bin Zabair, Sa’id bin ‘As, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam, ketiganya adalah orang quraisy (al-Qattan; 2007:193).
Khalifah Usman bin Affan memerintahkan kepada ketiga orang Quraisy itu untuk menyalin dan memperbanyak al-Qur’an dengan satu pedoman dalam cara-cara membacanya, hal ini telah disepakati oleh para sahabat. Setalah itu khalifah Usman mengembalikan lembaran-lembaran yang asli kepada Hafsa, dan mengirimkannya kepada wilayah masing-masing satu mushaf, dan ditahan satu untuk di madinah, yaitu mushafnya sendiri yang dikenal dengan “Mushaf Imam”. Sebagaimana diriwayatkan terdahulu ” bersatulah wahai sahabat-sahabat Muhammad, dan tulislah untuk semua orang satu imam (mushaf Qur’an pedoman).” Ibn Jabir dalam al-Qattan mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Usman: “ Ia menyatukan umat Islam dalam satu mushaf dan satu huruf, sedang mushaf yang lain di sobek. Ia memerintahkan dengan tegas agar setiap orang yang mempunyai mushaf yang ‘berlainan’ dengan mushaf yang disepakati itu membakar mushaf tersebut (al-Qattan; 2007:196).
Pada makalah ini akan sedikit mengupas sebagian elemen-elemen yang ada didalam
al-Qur’an diantaranya:
1. Pengertian surah dan ayat
2. Kontroversi jumlah dari ayat
3. Penentuan letak, nama, dan tujuan
Dengan makalah ini diharapkan kepada pembaca dapat dijadikan sumber pengetahuan tentang sebagian karakteristik yang dimiliki oleh-Alqur’an, dan diharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan makalah ini.
A. Pengertian Surah dan Ayat
Al-qur’an didalamnya terdiri dari Surah-surah dan ayat-ayat yang pendek maupun
ayat yang panjang.
1.
Surah
Sura jamaknya Suwar berasal dari bahasa Ibrani yaituShurah yang artinya suatu deratan “bekas” batu bata di dinding dan bekas pepohonan anggur ada juga pendapat lain bahwa Sura terambil dari kata Siria (Suira) yang bermaknatulis an teks kitab suci atau bahkan kitab suci (Watt; 1995:90).
M. Hadi Ma’rifat berpendapat dalam bukunya bahwa Surah berasal dari kata SuralBalad artinya dinding yang mengitari kota (2007:117). Istilah surah digunakan karena setiap surah mengandung atau membatasi ayat-ayat al- Qur’an, hal ini seperti halnya diding kota yang membatasi rumah-rumah.
Menurut Ibnu Faris berpendapat dalam Ma’rifat bahwa makna surah, adalah ketinggian dan Sa^ra Yas^uru yang berarti marah dan bergejolak. Setiap tingkat dari suatu bangunan juga disebut dengan nama surah. Surah bisa juga diartikan potongan atau sisa sesuatu, sebagaimana Abu Futuh dalam Ma’rifat bahwa mahmuz, berasal dari su’rul ma’ yaitu sisa air dalam sebuah wadah. Orang-orang berkata, As’artu fil Ina (apabila kamu menyisakan sesuatu didalam wadah) (2007:117).
Manna-‘ Khali-l al-Qatta-n berpendapat dalam bukunya bahwasurah adalah sejumlah ayat al-Qur’an yang mempunyai permulaan dan kesudahan (2007:205).
Sudah jelas sekali bahwa pengertian surah adalah potongan-potongan al- Qur’an yang terdiri dari sejumlah ayat yang mempunyai permulaan dan kesudah.
2.
Ayat
Ada sejumlah pendapat dalam mendefinisikan ayat salah satunya
berpendapat bahwa ayat adalahalam at sebagaimana firman Allah Swt:
Artinya : Dan Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu
ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya,
3
melainkan orang-orang yang fasik ( Al-Baqorah; 99. Depag;
27).
Di ayat lain Allah Swt, berfiman mendifinisikan tentang ayat:
Artinya: Itu adalah ayat-ayat dari Allah, kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan Sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus ( Al-Baqorah;
252. Depag; 62).
M. Hadi Ma’rifat juga berpendapat bahwa ayat al-Qur’an adalah petunjuk kebenaran firman Allah Swt, Atau setiap ayat mengandung hukum atau hikmah dan nasihat yang menjelaskannya (2007:118).
Selain itu, ayat beratitanda,Mukjizat kata ini berkait dengan kata ibrani yaituO-th dan Siriaatha- danta nda jelas pengertian dasar (Watt;1995:95).
Manna-‘ Khali-l al-Qatta-n juga berpendapat bahwa ayat adalah sejumlah
kalam Allah yang terdapat dalam surah dari al-Qur’an (2007:205).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut ayat adalah suatu tanda-tanda kalam Allah yang menjelaskan tentang, hukum, nasehat yang terdapat dalam sebuah surah dari al-Qur’an.
3.
Kontrofersi Jumlah Ayat
Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat-ayat al-Quran, alasannya adalah ketika mengujarkannya, terkadang Rasulullah Saw berhenti di ayat tertentu dan tidak melanjutkan bacaannya. Seolah ayat yang dibaca Rasulullah telah selesai, karena dalam bacaan lain seringkali beliau terus melanjutkan bacaannya tanpa berhenti hingga selesai.
Dinukil dari Ibnu Abbas bahwa semua ayat-ayat al-Quran berjumlah 6.600 ayat. Semua hurufnya berjumlah 320.671. Ada yang berpendapat bahwa kalimat al-Quran bejumlah 77.277, sebagian lain berpendapat 77.934, pendapat yang lain lagi adalah 77.434 kalimat.
Menurut Kufiyyin, riwayat yang paling sahih dan pasti tentang jumlah ayat al-Qur’an adalah 6.236. riwayat ini dinukil dari Ali bin Abi Thalib. Jumlah ini seperti jumlah yang terdapat dalam mushaf asy-Syarif. Hitungan4
ini berdasarkan pendapat bahwa Bismillahirrohmanirrohim dalam surah al- Hamdu dihitung sebagai satu ayat, namun tidak demikian dalam surah-surah yang lain. Huruf Muqaththa’ah dalam awal-awal surah juga dihitung satu ayat. Namun jumlah ayat-ayat yang ada dalam setiap surah masih diperselisihkan (Hadi Ma’rifat, 2007 : 126).
Abu Abdurrahman As-Salmi, salah seorang ulama Kufah, menyebutkan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an berjumlah 6.236 ayat. Jalaluddin As-Suyuti, seorang ulama tafsir dan fiqh, menyebutkan 6.000 ayat. Imam Al-Alusi menyebutkan 6.616 ayat. Perbedaan pandangan mereka dalam hal ini tidak disebabkan karena perbedaan mereka menyangkut ayat-ayatnya, tetapi disebabkan oleh perbedaan cara mereka menghitungnya. Apakah basmalah dihitung pada masing-masing setiap surat atau dihitung satu saja. Apakah setiap tempat berhenti merupakan satu ayat atau bagian dari ayat. Apakah huruf-huruf hijaiyah pada awal surat merupakan ayat yang berdiri sendiri atau digabung dengan ayat sesudahnya. Demikian seterusnya, sehingga timbul perbedaan di kalangan ulama.
Menurut Az-Zarqani dan Subhi As-Salih, ayat-ayat yang terakhir turun
adalah Ayat 281 dari S. Al-Baqarah [2]. (Ahmad Thib Raya).
Perbedaan pendapat ini timbul karena perbedaan masa para sahabat
mendengarkan ayat yang disampaikan Nabi.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang dimulai dari ayat pertama surat pertama (S. Al-Fatihah) sampai dengan ayat terakhir surat terakhir (S. An-Nas) disusun secara tauqifi, yaitu berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Allah dan Rasulullah Saw, tidak berdasarkan ijtihad para sahabat.
Pengelompokan Al-Qur’an berdasarkan ayat-ayat mengandung beberapa
hikmah. Di antara hikmah-hikmah itu ialah:
1. Untuk memudahkan mengatur hafalan dan mengatur waqaf (berhenti)
berdasarkan batas-batas ayat; dan
2. Untuk memudahkan penghitungan jumlah ayat yang dibaca pada saat
melakukan shalat atau khutbah.
Dilihat dari periode turunnya, ayat-ayat Al-Qur’an oleh para ulama dikelompokkan atas ayat-ayatMakkiyyah danMadaniyyah . Terdapat tiga pendapat para ulama dalam memberikan pengertianMakkiyyah dan
Madaniyyah.
5
Pendapat pertama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat-ayat
Makkiyyah adalah ayat-ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya, walaupun
sesudah hijrah, dan Madaniyyah ialah ayat-ayat yang turun di Madinah.
Pendapat kedua menyatakan bahwa yang dimaksud denganMakkiyyah ialah ayat-ayat yang ditujukan kepada masyarakat Mekah yang antara lain ditandai dengan ungkapan yâayyuhan-nâs (سُ انّلاهَ يأَآي) dan yangMadaniyyah ialah ayat-ayat yang turun untuk ditujukan kepada masyarakat Madinah yang sudah beriman, yang antara lain ditandai dengan ungkapan yâ ayyuhal-
ladzîna âmanû (وْ نُمَ َ يْذِ لّ اهَ يأَ آي).
Pendapat ketiga, merupakan pendapat yang populer, menyatakan bahwa ayatMakkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Nabi Muhammad Saw. berhijrah ke Madinah walaupun turunnya di tempat selain Mekah, sedangkan ayat-ayatMadaniyyah ialah ayat-ayat yang turun sesudah hijrah walaupun turun di Mekah.
Dilihat dari segi jumlahnya, ayat-ayatMakkiyyah lebih banyak dibandingkan dengan ayat-ayatMadaniyyah. Dari ayat-ayat Al-Qur’an yang berjumlah 6.236 itu, ayat-ayatMakkiyyah berjumlah 4.726 buah, sedangkan ayat-ayatMadaniyyah berjumlah 1.510 buah. Ini berarti bahwa tiga perempat dari jumlah ayat-ayat Al-Qur’an adalahMakkiyyah.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang secara lengkap sampai kepada kita saat kini tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kaum muslimin pada awal Islam itu. Ini berarti bahwa di antara ayat-ayat itu ada yang turun pertama sekali, ada yang turun terakhir sekali, dan ada pula yang turun pada periode-periode di antara keduanya. Di dalam hal ini ada empat pendapat para ulama.
Pertama, ulama yang mengatakan bahwa ayat yang pertama turun
adalah Ayat 1–5 dari S. Al-‘Alaq [96] berdasarkan, antara lain, hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Ra. yang menceriterakan kejadian yang dialami Nabi ketika menerima wahyu itu.
Kedua, ulama yang menyatakan bahwa ayat yang pertama turun adalah
Ayat 1–5 dari S. Al-Muddatstsir [74], berdasarkan hadis yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim dari Abi Salmah bin Abdur Rahman bin ‘Auf.
6
Ketiga, ulama yang berpendapat bahwa ayat yang pertama turun adalah
QS. Al-Fâtihah [1], berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari
Abu Maisarah ‘Umar bin Syurahbil. Adapun yang
keempat, menyatakan ayat yang pertama turun ialah bismillâhir-
rahmânir-rahîm, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Wahidi dari
Ikrimah dan Al-Hasan.
Mayoritas ulama menyatakan bahwa pendapat yang paling kuat adalah pendapat pertama, yakni Ayat 1–5 dari S. Al-‘Alaq [96] merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw, dan tidak satu pun wahyu yang turun sebelum itu. Tiga pendapat lainnya oleh Az-Zarqani dikompromikan sebagai berikut; Ayat 1–5 dari S. Al-Muddatstsir [74] merupakan ayat-ayat yang turun pertama kali setelah beberapa saat lamanya terjadi kekosongan turunnya wahyu setelah turunnya Ayat 1–5 dari S. Al-‘Alaq [96]. Ayat-ayat dari S. Al-Fâtihah [1] mungkin dapat dipandang sebagai surah Alquran yang diturunkan pertama kali secara lengkap mulai dari ayat pertama sampai dengan ayat terakhir. S. Al-Fâtihah [1] itu turun beberapa saat lamanya setelah Muhammad diangkat sebagai Nabi.
4.
Pembagian surah-surah dan ayat
Al-qur’an yang terdiri dari surah-surah dan ayat-ayat yang bermacam- macam jenisnya ada yang pendek ataupun yang panjang ini masih diklasifikasikan menjadi 4 bagian: At-Tiwal, Al-Mi’un, al-Masani, dan al- Mufassal (al-Qatta-n; 2007: 49)
Di buku lain juga diterangkan bahwa surah-surah dan ayat-ayat dalam mushaf al-Qur’an itu di bagi enam bagian: Sab’un Tiwal, Miin, Matsani, Hawamin, Mumtahat, dan Mufasshalat (Ma’rifat; 2007: 124).
B.Proses Pengumpulan Al-Qur’an
Qur’an merupakan kitab suci bagi seluruh umat Islam yang terdiri dari suku-suku, bangsa-bangsa, dan berbagai macam latar kebudayaan tidak dapat dirubah sesuai dengan kondisi al-Qur’an berada, akan tetapi al-Qur’an tetap pada ke-khasannya yang bercirikhas yaitu berbahsa arab dalam bentuk penulisannya. Hal ini merupakan salah satu mukjizat yang dimiliki oleh al-Qur’an.
AI-Qur'an telah diturunkan dalam dialek Quraish (
), maka ajarkanlah
menggunakan dialek Quraish, bukan menggunakan dialek Hudhail.
7
Artinya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran
Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.
Dalam hakekatnya pengumpulan al-Qur’an telah dilakukan sejak zaman Rasullah akan tetapi proses pengumpulannya tidak sama, pengumpulan al-Qur’an pada zaman Nabi Muhammad Saw, pengumpulan al-Qur’an pada zaman Khalifah Abu Bakar As- siddiq, dan yang terakhir pengumpulan al-Qur’an pada zaman Khalifah Ustman bin Affan. Akan tetapi proses dari ketiga proses ini tidak sama.
Pada masa Nabi pengumpulan al-Qur’an dimaknai penghafalan dan pembukuan yang pertama. Al-qura’an pada waktu itu dalam proses pewahyuan sehingga Rasulullah tidak memerintahkan untuk membentuk menjadi satu mushaf, karena pada waktu itu terkadang masih ada ayat me-nasihk (menghapuskan) sesuatu yang turun sebelumnya.
Pengumpulan al-Qur’an yang dilakukan dengan penghafalan hanya ada 7 orang
sahabat yang memenuhi kriteria penghafalan, sebagaimana sabda Nabi:
Artinya: Aku telah bertanya kepada Anas bin Malik: siapakah orang yang
hafal al-Qur’an di masa Rasulullah? Dia menjawab: semuanya dari kaum Ansar; Ubai bin Ka’b, Mu’az bin Jabal, Zaid bin sabit dan Abu Zaid.’ Aku bertanya kepadanya: ‘siapakah Abu Zaid itu?’ ia manjawab: salah seorang pamanku’ (Shahih Bukhari dalam al-
Qatta-n; 2007:180)
Di lain hadits juga ditertangkan yang diriwayatkan melalui sabit, dari anas yang
mengatakan:
8
Artinya: Rasulullah wafat sedang al-Qur’an belum dihafal kecuali oleh
empat orang: Abu Darda’, Mu’az bin Jabal, Zaid bin Sabit dan
Abu Zaid (Shahih Bukhari dalam al-Qatta-n ; 2007:180).
Dalam hal lain, Nabi juga mengangkat para penulis wahyu Qur’an dari sahabat- sahabat terkemuka seperti Ali, Muawiyah, Ubai bin Ka’b dan zaid bin Sabit (al-Qatta-n ; 2007:185186). Disamping itu para sahabat juga menulis dengan kemauan sendiri tanpa diperintah oleh Nabi, dan menulisnya pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit dan daun kayu, pelana, dan potongan tulang belulang binatang. Zain bin Sabit berkata: “kami menyusun al-Qur’an di hadapan Rasulullah pada kulit binatang (al-Hakim dalam al-Qatta-n ; 2007:186).
Pengumpulan pada masa Khalifah Abu Bakar As-siddiq dilatarbelakangi oleh ketakutan Abu Bakar yang semakin sedikitnya para sahabat yang hafal al-Qur’an yang banyak menjadi korban perang Yamamah, sekitar tujuh puluh qori’ dari para sahabat gugur (al-Qatta-n ; 2007:188). Dari kekawatiran tersebut Umar bin Khattab menghadap khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan al-Qur’an dan membukukannya.
Setelah itu, pada tahap pengumpulan yang ketiga pada yaitu pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan, hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya perbedaan dalam membaca sejalan dengan perbedaan “huruf” yang dengannya al- Qur’an diturunkan. Ketika terjadi peperangan Armenia dan Azerbaijan dengan penduduk Irak, diantara yang menyerbu kedua tempat itu Huzaifah bin al-Yaman, diceritakan bahwa banyak sekali perbedaan dalam cara-cara membaca dan itupun bercampur dengan kesalahannya dan diantara mereka saling mempertahankanya sampai saling mengkafirkan (al-Qatta-n ; 2007:192).
Hal inilah yang mendorong Khalifah Ustman bin Affan untuk membuat satu
mushaf yang sampai sekarang disebut dengan mushaf Usman.
C. Penentuan Nama, Letak, Tujuan
Al-qur’an terdiri atas surah-surah dan ayat-ayat, baik yang pendek maupun yang panjang. Manna-‘ Khalili-l Al-Qatta-n dalam bukunya berpendapat bahwa urutan surah- surah dan ayat-ayat al-Qur’an adalah ketentuan dari Rasululah (Tauqifi). Dan hal ini Rasulullah tidaklah akan sembarangan karena al-Qur’an adalah firman Allah dan menjadi ruh bagi agama islam, sebagaiman firman Allah Swt, dalam surah Al- Qiyamah.
9
Artinya : Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya (Depag: Al- Qiyamah;998:1719).
Al-Kirmani dalam al-Burhan yang dikutip olehal-Qatta-n mengatakan: “ Terrtib surah yang kita kenal sekarang ini adalah menurut Allah pada Lauhul Mahfudz, Qur’an sudah menurut tertib ini. Dan menurut tertib ini pula Nabi membacakan di hadapan Jibril setiap tahun apa yang dikumpulkannya dari Jibril itu. Nabi membacakan di hadapan Jibril menurut tertib ini pada tahun kewafatannya sebanyak dua kali. Dan ayat yang terakhir laki turun ialah: dan periharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang
pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah (al-
Baqorah:281). Lalu Jibril memerintahkan kepadanya untuk
meletakkan ayat ini di antara ayat riba dan ayat tentang utang-
piutang” (2007:49)
Dalam penamaan, peletakan, dan tujuan dari penyusunan al- Qur’an menjadi mushaf yang seperti yang kita lihat dan dibaca pada sekarang ini tidak ada pendapat dari ulama atau pendapat para ahli al-Qur’an menyebutkan alasan yang secara spesifik memberikan alasan dalam penamaan, tujuan, serta letaknya dari surah-surah dan ayat-ayat. Hal itu semua sudah ditentukan oleh Nabi sebagimana wahyu yang diterima dari Allah, dan juga dari surah-surah itu kebanyakan memiliki satu nama, ada sebagian surah yang memiliki dua atau beberapa nama seperti:
1.Surah al-Hamdu memiliki nama lain Fatihatul Kitab,Ummul
Kitabdan Sab’ul Matsani. Jalaluddin Suyuthi menyebutkan
10
lebih
dari
dua
puluh
nama
surah
ini
(dalam
Ma’rifat;2007:123)
2. Ummul Kitab
3.At-taubah nama lainnya al-Bara’ah
4.Al-Isra’ nama lainnya Subhan, Bani Israel
5. An-Naml nama lainnya Sulaiman
6.Al-Ghafir nama lainnya al-Mu’min
7. Fushilat nama lainnya as-sajdah
8.Muhammad nama lainnya al-Qital
9. Al-Mulk nama lainnya Tabarak
10.At-Tauhid nama lainnya al-Ikhlash (Ma’rifat;2007:123).
Begitu juga M. Hadi Ma’rifat menjelaskan bahwa alasan
penamaan sebagian dari surah-surah itu antara lain:
Nama Surah
Alasan Penamaan
Al-baqarah
Penggunaan lafadzh baqarah (sapi betina) dan pembahasan tentangnya hanya ada dalam surah ini. Meskipun lafazh al- baqarah tercantum dalam surah al-An’am ayat 144 dan 146, dan lafazh baqarat tercantum dalam surah Yusuf ayat 42 dan 46, namun tidak sedetail di surah al-Baqarah.
Ali Imran
Lafadz Ali Imran hanya disebutkan sebanyak dua kali dalam
surah ini (ayat 33 dan 35) dan tidak disebutkan di surah lain
An-Nisa
Surat ini menjelaskan hukum-hukum tentang wanita dalam tujuh
belas ayatnya.
Al-Maidah
Lafadz Maidahhanya disebut dalam surah ini sa
Dari table diatas sedikit kita pahami bahwa penamaan dan tujuan dari surah-surah itu kalau kita analogikan dengan tata cara penulisan dari kaidah bahasa Indonesia bisa kita simpulkan bahwa nama-nama surah itu adalah tema, ataupun ide pokok dari suatu karangan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahnan Maftuh, Balkiah, Kamus Al-Munir CV.Anugerah Surabaya. 1991
al-Qatta-n Khali-l Manna-‘, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Trj. Mudzakir, Litera Antar
Nusa. Halim Jaya, Bogor,2007
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1971.
Ma’rifat Hadi, Sejarah Al-Qur’an, Al-Huda, Jakarta, 2007.
Watt Montgomery, Pengantar Studi Al-Quran, RajaGrafindo, Jakarta, 1995
Syadali Ahmad, Rofi’i, Ulumul Qur’an I, CV. Pustaka Setia Bandung. 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar