Rabu, 25 Mei 2011

Falsafah Panutan Dunia Islam Masa Kini

PROBLEMATIKA ISLAM III

Falsafah Panutan Dunia Islam Masa Kini (2)

Oleh:
Muhammad Tahir

Dosen UMSU dan Penyelidik Bersekutu ISDEV Pusat Pengajian Sains Kemasyarakatan Universiti Sains Malaysia (USM)

ORANG beriman dan bertaqwa menganggap keberhasilannya sebagai anugerah Allah SWT yang patut disyukuri. Orang kaya di zaman Rasulullah SAW dan zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dapat hidup secara harmonis dengan orang fakir dan miskin. Orang kaya menjadi pemurah sedangkan orang fakir dan miskin ridha dengan kemiskinan dengan tidak menjadi peminta-minta dan mencuri untuk mengisi perut yang lapar.
Sebagai kontrol moral, iman dan taqwa dapat memberantas penyalahgunaan kekuasaan, korupsi dan sebagainya. Seorang yang memiliki iman dan taqwa tidak akan mudah dibeli dengan kekayaan, gaji yang besar dan kedudukan tinggi. Sebaliknya, seorang yang tidak beriman dan bertaqwa akan mudah diracuni jiwanya oleh orang yang berkepentingan, berpotensi menjual bangsanya dan rela mengorbankan keyakinannya untuk memenuhi kepentingan diri dan kelompoknya.

Oleh karenanya, masyarakat akan terus lemah karena tidak terurus. Pembangunan negara atau perusahaan akan mengalami kemunduran karena angaran dalam berbagai bidang seperti bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial tidak bisa direalisasikan dengan maksimal karena ramainya manusia tamak yang cenderung makan uang proyek.

Jika iman dan taqwa dimiliki oleh para pemimpin negara akan lahir kemakmuran karena tidak ada mubazir anggaran negara. Korupsi merupakan musuh yang memusnahkan pembangunan negara mustahil terjadi karena manusia tamak yang cenderung mementingkan diri sendiri.

Pembangunan Kota Madinah di zaman Rasulullah SAW dan keberhasilan umat Islam menguasai dunia setelah zaman pemerintahan Baginda tidak mungkin terjadi bila penyelewengan kekuasaan dan praktik korupsi menjadi amalan yang leluasa di kalangan golongan elit berkuasa dan orang kayanya. Sebaliknya, keberhasilan dapat diraih umat Islam karena iman dan taqwa berhasil ditanam dengan kukuh dalam diri masyarakat dan golongan elit berkuasa.

Dapatlah dipahami bagaimana implikasi iman dan taqwa kepada kemajuan pembangunan. Ia bukan saja mampu mewujudkan hubungan harmonis, melahirkan hubungan kasih sayang antara sesama manusia. Ia juga dapat menciptakan keberhasilan dan kemakmuran yang melampaui keberhasilan yang didorong oleh falsafah berpaham kekuatan material.

Bahkan yang paling menguntungkan lagi, orang beriman dan bertaqwa dijanjikan bantuan dan akan dilipatgandakan kekuatannya oleh Allah SWT. Yusuf Abdullah Al-Qardhawi (1996) misalnya, telah menerangkan bagaimana Khalifah Umar bertindak mengutus Amr Ibn al-Ash untuk membuka daerah Mesir yang berkekuatan empat ribu tentara. Bilangan tentara ini dipandang tidak mencukupi yang menyebabkan Amr Ibn Al-Ash meminta bantuan tentara tambahan.

Khalifah Umar menerima permohonannya kemudian memberi bantuan tentara empat ribu orang dengan empat orang komandan. Lalu Khalifah Umar menegaskan bahwa setiap seorang komandan sebanding dengan seribu orang tentera. Maknanya, bilangan tentara telah mencapai jumlah dua belas ribu orang. Bilangan tentara sebanyak dua belas ribu orang tersebut adalah banyak dan tidak ada siapapun yang dapat mengalahkannya.

Umat Islam telah memamerkan bagaimana iman dan taqwa dapat menawan kekuatan ekonomi di Madinah yang dikuasai oleh Yahudi. Mengikut logika akal adalah mustahil umat Islam dapat menawan kekuatan ekonomi Madinah yang telah ribuan tahun dikuasai bukan saja oleh orang Yahudi tetapi juga masyarakat Arab.

Untuk mengukuhkan ekonomi umat Islam, Rasulullah telah mewujudkan pasar yang dikenali sebagai Suqal Ansar (Pasar Ansar) dengan melantik Abdul Rahman bin Auf sebagai pengelolanya. Abdul Rahman bin Auf adalah orang yang termasuk dalam golongan Al-Asyaratul Mubasyarah, yakni orang yang mempunyai derajat kemuliaan di sisi Allah SWT. Pada masa yang sama Abdul Rahman bin Auf sendiri memang mampu dalam bidang perniagaan.
Apa yang terjadi, umat Islam telah berjaya menguasai ekonomi Madinah walaupun bilangan umat Islam ketika itu amat sedikit. Penguasaan ekonomi orang Yahudi semakin terkikis. Bahkan orang Yahudi dikatakan telah keluar dari Madinah karena mencari sesuap nasi amat susah bagi mereka.
Bercermin dari fenomena di atas, dapat dinyatakan bahwa faktor keberhasilan umat Islam berawal dan tertumpu kepada iman dan taqwa bukannya tertumpu kepada kekuatan material.

Umat Islam patut kembali kepada falsafah keberhasilan berpaham iman dan taqwa sehingga akan mewujudkan keberhasilan. Sebab potensi dan kreatifitas masyarakat mudah tumbuh pesat dan berkembang dengan cemerlang. Harmonisasi kehidupan juga akan lebih aman dan sejuk. Bahkan kemakmuran dan keberhasilan dapat dicapai dengan lebih cepat. Manusia tidak akan berjuang sendiri karena dibantu oleh Allah SWT. (habis)

« PROBLEMATIKA ISLAM II WIRA USAHA »

Tidak ada komentar:

Posting Komentar