Sabtu, 14 Mei 2011

Kerajaan Turki Usmani

Kerajaan Turki Usmani

Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara ongol,kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu,
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Untuk mengetahui labih jelasnya maka dalam makalah ini akan kami terangkan lebih lanjut mengenai Turki Usmani.




A. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani
Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah (Hamka,1975:205). Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah (Bosworth,1990:163).
Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil (Hasan, 1989:324-325). Dibawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan
memilih kota Syukud sebagai ibukota (Yatim, 2003:130).
Ertoghrul meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.
Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni ; Islam, membayar Jaziah dan perang. Setelah menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam ada juga yang mau membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa terganggu sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat ditaklukkan.
Usman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.

B. Perkembangan Turki Usmani
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Usman (raja besar keluarga Usman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (1327 M), Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah itulah yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani,ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adnanopel yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan yang baru. Mrerasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu K RISTEN Eropa tersebut.

Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan putranya ditawan kemudian meninggal pada tahun 1403 M (Ali, 1991:183). Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan Usmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan dasardasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri. Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).
Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur.
Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur, Persia, Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Usmani, karena dibawah pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam (Ambari, 1993:211).
Usmani yang berhasil menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa system kemasyarakatan yang ada sekalipun dengan beberapa modifikasi. Usmani menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan mengangkat beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan pengumpulan pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke Istambul. Peranan utama pemerintahan Usmani adalah menentramkan negeri ini, melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan arus perputaran pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan abad pertengahan dari pereode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan perdagangan dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur perdagangan antara India dan Mesir (Lapidus, 1999:553).
Demikianlah perkembangan dalam kerajaan Turki Usmani yang selalu berganti penguasa dalam mempertahankan kerajaannya. Diantara mereka (para penguasa) memimpin dengan tegasnya atas tinggalan dari nenek moyang agar jangan sampai jatuh ke tangan negeri / penguasa lain selain Turki Usmani. Hal ini terbukti dengan adanya para pemimpin yang saling melengnkapi dalam memimpin perjuangannya menuju kejayaan dengan meraih semua yang membawa kemajuan dalam kehidupan masyarakat


C. Kemajuan-Kemajuan Turki Usmani
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuankemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di raihnya dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa Turki seperi Sultan Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M) (Yatim, 2003:133-134). Sehingga Turki Usmani mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini di tindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah timur dan Barat, tetapi seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Usmani itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil. Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting, diantaranya :

1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Untuk pertama kalinya Kerajaan Usmani mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur dan kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan adalah masa pembentukan kekuatan militer. Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah . Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingakat I. Di bawahnya terdapat beberapa bupati. Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I dibuatlah UU yang diberi nama Multaqa Al-Abhur , yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, di ujung namanya di
tambah gelar al-Qanuni (Hitti, 1970:713-714).

2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana rajaraja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil dari Arab (Toprak, 1981:60). Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Usmani tidak begitu menonjol karena mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang terkemuka dari Turki Usmani .

3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran ajaran thorikot berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Usmani tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
1. Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat.
2. Mereka memiliki kekuatan militer yang besar.
3. Mereka menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu Constantinopel yang berada
pada tititk temu antara Asia dan Eropa (Al Nadwi, 1987:244).
Disamping itu keberanian, ketangguhan dan kepandaian taktik yang dilakukan olah para penguasa Turki Usmani sangatlah baik, serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan Turki Usmani.

D. Turki Pasca Sulaiman al-Qanuni
Masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan daripada kerajaan Turki Usmani. Beliau terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung atau Sulaiman Al-Qonuni. Akan tetapi setelah beliau wafat sedikit demi sedikit Turki Usmani mengalami kemunduran. Setelah Sulaiman meninggal Dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putera-puteranya, yang nenyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur akan tetapi meskipun terus mengalami kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai militer yang tangguh. Kerajaan ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah sepeninggalnya Sultan Sulaiman 1566 M (Yatim, 2003:135).
Sultan Sulaiman di ganti Salim II. Pada masa pemerintahan Salim II (1566-1573 M), pasukan laut Usmani mengalami kekalahan atas serangan gabungan tentara Spanyol, Bandulia, Sri Paus dan sebagian armada pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Kekalahan ini menyebabkan Tunisia dapat direbut musuh. Tetapi pada tahun 1575 M, Tunisia dapat direbut kembali oleh Sultan Murad III (1574-1595 M). Pada masa pemerintahannya, keadaan dalam negeri mengalami kekacauan. Hal itu disebabkan karena ia mempunyai kepribadian yang buruk. Keadaan itu semakin kacau setelah naiknya Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1671 M) dan Musthofa I (1617-1622 M), akhirnya Syeikh Al-Islam mengeluarkan fatwa agar Musthofa I turun dari jabatannya dan diganti oleh Usman II (1618-1622 M).
Pada masa pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai mengadakan perbaikan-perbaikan, tetapi sebelum ia berhasil secara keseluruhan, masa pemerintahannya berakhir. Kemudian pemerintahan dipegang oleh Ibrahim (1640-1648 M),yang pada masanya orang-orang Venesia melakukan peperangan laut dan berhasil mengusir orang Turki Usmani di Cyprus dan Creta pada tahun 1645 M. Pada tahun 1663 M pasukan Usmani menderita kekalahan dalam penyerbuan ke Hungaria. Dan juga pada tahun 1676 M dalam pertempuran di Mohakes, Hungaria. Turki Usmani dipaksa menandatangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 M yang berisi pernyataan penyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg. Dan penyerahan Hermeniet, Padalia, Ukraenia, More dan sebagian Dalmatia kepada penguasa Venesia.
Pada tahun 1770 M pasukan Rusia mengalahkan armada Usmani di sepanjang pantai Asia Kecil. Namun kemenangan ini dapat direbut kembali oleh Sultan Musthofa III (1757- 1774 M). Dan pada tahun 1774 M, penguasa Usmani Abddul Hamid (1774-1789 M) terpaksa menandatangani kinerja dengan Catherine II dari Rusia yang berisi penyerahan benteng-benteng pertahanan di Laut Hitam kepada Rusia dan pengakuan kemerdekaan atas Crimea (Ali, 1993:191).
Pemerintahan Turki, masa pasca Sulaiman banyak terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam mempertahankan Turki Usmani (kerajaan Usmani). Hal ini dikarenakan benyaknya berganti pemimpin atau penguasa yang hanya meperebutkan jabatan tanpa memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya kerajaan Usmani. Sifat dari pada para pemimpin juga mempengaruhi keadaan kerajaan Usmani, seperti halnya sifat jelek yang dilakukan Sultan Murad III (1574-1595 M) yakni yang selalu menuruti hawa nafsunya sehingga kehidupan moral Sultan Murad yang jelek itu menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri Usmani itu sendiri.
Banyaknya kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih dua abad ditinggal Sultan Sulaiman. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai setengah pertama dari abad ke -19 M. Oleh karena itu, satu persatu negara-negara di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Usmani ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan memberonak terhadap kerajaan-kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa didaerah timur tengah mencoba bangkit memberontak. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa kemunduran Turki Usmani pasca Sulaiman disebabkan karena banyaknya terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam kerajaan Usmani.

E. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Kemunduran Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan semestinya.
Selaim faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :

1. Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.

2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.

3. Kelemahan para Penguasa
Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.

4. Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).

5. Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.

6. Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot.

7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.

F. Catatan Simpul
1. Nama kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama bernama Usman. Beliau dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga dapat menguasai suatu wilayah yang cukup luas dan dapat dijadikan sebuah kerajaan yang kuat. Bangsa Turki Usmani berasal dari suku Qoyigh, salah satu kabilah Turki yang amat terkenal. Pada abad ke-13 mereka mendapat serangan dari bangsa Mongol. Akhirnya mereka mencari perlindungan dari saudaranya, yaitu Turki Seljuk. Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka, Sultan Alaudin dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan Alaudin memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Setelah Sultan Alaudin wafat (1300 M), orang-orang Turki segera memproklamirkan kerajaan Turki Usmani dengan Usman I sebagai sultannya.

2. Perluasan wilayah kerajaan Turki terjadi dengan cepat, sehingga membawa kejayaan,
disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi yang kuat dan baik. Banyak daerah-daerah yang dapat dikuasai (di Asia Kecil) sehingga memperkuat berdirinya kerajaan Turki Usmani. Salah satu sumbangan terbesar kerajaan Turki Usmani dalam penyebaran Islam adalah penaklukkan kota benteng Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur (1453 M), penaklukkan kota itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II (1451-1481 M) yang terkenal dengan gelar Al-Fatih. Dalam perkembangan selanjutnya kerajaan Turki Usmani mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi bidang kemiliteran, pemerintahan, kebudayaan dan agama. Selanjutnya Turki Usmani mengalami puncak keemasan adalah pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) yang terkenal dengan
sebutan Sulaiman Agung.

3. Dari perkembangan yang sangat baik itu maka Turki Usmani mengalami kemajuankemajuan yang mendukung sekali dalam pemerintahannya diantaranya :
a. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan. Turki mempunyai militer yang sangat kuat dan siap bertempur kapan dan dimana saja. Di bidang urusan pemerintahan dibuat undang-undang yang berguna untuk mengatur urusan pemerintahan di Turki Usmani.
b. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan kebudayaan, karya telah terjadi akulturasi budaya antara Arab, Persia dan Bizantium. Akan tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan Turki Usmani tidak begitu menonjol karena terlalu berfokus pada bidang kemiliteran.
c. Dalam Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Usmani sangatlah besar terutama dalam tradisi masyarakat. Mufti/Ulama' menjadi pejabat tinggi dalam urusan agama dan berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang dihadapi masyarakat.

4. Tanda kemunduran kerajan Turki Usmani terjadi setelah masa pemerintahan Sulaiman (1520-1566 M) berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak Sulaiman untuk memperebutkan kekuasaan. Turki Usmani mengalami kekacauan, satu persatu daerah kekuasaannya melepaskan diri, karena tidak ada pengganti pemimpin yang kuat dan cakap.

PENDIDIKAN ISLAM DI TIGA KERAJAAN (TURKI USMANI, PERSIA, DAN MUGHAL
Diposkan oleh islam adalah rahmah On Selasa, 15 Februari 2011 0 komentar
Oleh: Mustanan

I. PENDAHULUAN
Sejak jatuhnya Baghdad yang pada saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan pada tahun 1258 M. ke tangan Bangsa Mongol Tidak hanya mengakhiri pemerintahan Bani Abbasiyah, tetapi juga merupakan awal masa kemunduran politik dan peradaban serta ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Kekuasaan Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik menjadi beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain saling mengalahkan. Masa ini merupakan masa yang sangat krusial dan merupakan kondisi yang sangat berat bagi umat Islam.
Dunia Islam secara keseluruhan nanti mengalami kemajuan kembali setelah berdirinya tiga kerajaan besar yaitu: Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Masa ini oleh pakar sejarah disebut sebagai kebangkitan Islam yang kedua.
Kerajaan Usmani di samping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding kedua kerajaan lainnya. Turki Usmani dianggap sebagai dinasti yang mampu menghimpun kembali umat Islam setelah beberapa lama mengalami kemunduran ilmu pengetahuan dan politik. Munculnya kerajaan Turki Usmani, kembali menjadikan umat Islam sebagai kekuatan yang solid.
Selain Kerajaan Usmani, di Persia muncul juga satu dinasti baru yang kemudian menjadi kerajaan besar di dunia Islam, yaitu dinasti Safawi. Kerajaan ini mampu mempersatukan seluruh daerah Persia sebagai suatu negara yang besar dan independen. Keberadaan dinasti ini disebut sebagai revitalisasi kejayaan Persia dan mahzab Syi’ah. kerajaan ini juga mempunyai kontribusi yang tidak sedikit dalam pengembangan dunia Pendidikan Islam.
Seperempat abad setelah berdirinya kerajaan Safawi, berdiri pula kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu kotanya. kerajaan Mughal bukanlah kerajan Islam pertama di anak Benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah. Akan tetapi Kerajaan Mughal termasuk salah satu kerajaan yang cukup berarti dalam merekonstruksi peradaban dan pengembangan Pendidikan Islam.
Sebagai masa kebangkitan Islam yang kedua, tentu akan menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai karakteristik dan perbedaan corak sosio pendidikan dan secara umum kehidupan intelektual masa ini, terlebih lagi bila dibandingkan dengan masa keemasan Islam (Umayyah dan Abbasiyah). Dengan latar belakang tersebut, penulis dalam makalah ini akan mengkaji aspek-aspek yang memberikan pengaruh terhadap corak pendidikan dan semangat pengembangan ilmu pengetahuan di masa kerajaan Turki Usmani, Safawi dan Mughal.

A. Pendidikan Islam di Masa Kerajaan Turki Usmani

1. Era awal Pendidikan Islam di Turki Usmani

Wilayah kerajaan Turki Usmani sangatlah luas, membentang dari Budapest di bagian utara sampai ke Yaman di bagian selatan dan dari Bashrah di bagian timur hingga ke aljazair di bagian barat, di bagi ke dalam beberapa provinsi yang masing-masing dipimpin oleh seorang gubernur atau pasha. Wilayah yang begitu luas ini menunjukkan bahwa Kerajaan Turki Usmani tampil sebagai kerajaan Islam dengan kekuatan baru yang meyakinkan.
Kerajaan Turki Usmani sangat gencar melakukan ekspansi guna meluaskan daerah kekuasaannya. Setelah mesir jatuh di bawah kekuasaan Turki Usmani, Sultan Salim yang menjadi penguasa waktu itu memerintahkan agar kitab-kitab di perpustakaan dan barang-barang berharga di Mesir dipindahkan ke Istambul, anak-anak Sultan Mamluk, Ulama, pembesar-pembesar, yang berpengaruh di Mesir dibuang ke Istambul. Dengan berpindahnya ulama dan kitab-kitab yang ada di Mesir ke Istambul menyebabkan Mesir mengalami kemunduran dalam ilmu pengetahuan, dan Istambullah menjadi pusat pendidikan dan pengembangan kebudayaan saat itu.

Sultan Orkhan (1326-1329) adalah sultan pertama yang mendirikan madrasah di masa kerajaan Turki Usmani. Lalu kemudian dilanjutkan oleh sultan-sultan penerusnya, sehingga pada masa Kerajaan Turki Usmani ini banyak berdiri madrasah dan masjid, terutama di Istambul dan Mesir. Pada masa ini pula banyak perpustakaan yang berisi kitab-kitab yang tidak sedikit jumlahnya. Setiap orang bebas membaca dan mempelajari isi kitab-kitab itu. Hal ini membuktikan betapa besarnya perhatian para penguasa dalam pengembangan pengetahuan waktu itu. Hampir semua penguasa Dinasti Usmaniyah memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam mengembangkan pendidikan dan juga seni arsitektur.

Sistem pengajaran yang dikembangkan pada masa Turki Usmani adalah menghafal matan-matan meskipun tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan al-Jurumiyah, matan Taqrib, matan alfiah dan yang lainnya. Murid-murid setelah menghafal matan-matan itu barulah mempelajari syarahnya. Model pengajaran sepeti ini masih sering digunakan sampai sekarang, terutama pada pondok-pondok pesantren klasik.

Kerajaan Turki Usmani mengalami Puncak kejayaan dan keemasan pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuny (1520-1566 M.). Namun setelah wafatnya Sultan Sulaiman, kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran. Ekspansi ke Eropa tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, peran angkatan bersenjata tidak lagi untuk menyerang tetapi lebih banyak bertahan. Kekuatan internal yang semakin lemah bertambah buruk dengan munculnya gangguan dari luar, ketika pada abad ke-18, Prancis, Inggris, Austria dan Rusia mulai melebarkan pengaruh mereka ke wilayah-wilayah yang dikuasai oleh kerajaan Turki Usmani. Satu persatu wilayahnya lepas. Aljazair merupakan Negara Arab pertama yang memisahkan diri, disusul kemudian di dataran arab dan wilayah Afrika Utara masing-masing membentuk satu blok tersendiri. Kekalahan demi kekalahan yang demi kekalahan yang dialami kerajaan Turki Usmani juga berdampak dengan merosotnya kualitas pendidikan Islam pada masa itu.

2. Pembaruan Pendidikan Islam di Masa Turki Usmani
Kebangkitan intelektual di Barat telah memberikan kontribusi yang besar bagi Eropa. Semangat rasionalisme akibat dari adanya informasi pengetahuan yang mereka dapat, telah membuat Negara-negara Barat menjadi kuat, baik militer, ekonomi maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya kekalahan-kekalahan yang dialami oleh kerajaan Turki Usmani menyebabkan sultan Ahmad III sangat prihatin sembari melakukan introspeksi. Dari itulah tumbuh sikap baru dari dalam dalam Kerajaan Turki Usmani untuk bersikap lebih arif terhadap keberadaan barat. Barat tidak lagi dianggap sebagai musuh yang harus dijauhi. Menurut Sultan Ahmad III apabila umat Islam ingin maju, maka harus menjalin kerja sama dengan Eropa untuk mengejar ketinggalan dengan Barat. Sultan Ahmad III kemudian dikenal sebagai pelopor pembaharu dalam pendidikan Islam.
Langkah pertama yang diambil adalah dengan pengiriman duta-duta ke Eropa untuk mengamati keunggulan barat. Selanjutnya hasil penelitian tersebut disampaikan kepada Sultan. Sebagai implikasi dari adanya penelitian tersebut muncullah ide dari Sultan untuk mendirikan Sekolah Teknik Militer. Selain itu Turki juga mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara mendirikan percetakan di Istambul pada tahun 1727 M. sebagai cara mempermudah akses buku-buku pengetahuan, mencetak buku-buku ilmu kedokteran, ilmu kalam, ilmu pasti, astronomi, sejarah, kitab hadis, fiqih dan tafsir. Upaya ini terus dilakukan oleh Sultan Ahmad III hingga wafatya.

Sultan Mahmud II yang naik tahta menggantikan Ahmad III masih tetap melakukan pembaruan-pembaruan sistem pendidikan. Pembaruan yang dilakukannya adalah dengan memperbaiki sistem Pendidikan Madrasah yang pada saat itu hanya mengajarkan ilmu pengetahuan Agama dengan mencoba memasukkan ilmu pengetahuan umum. Namun pekerjaan ini sangat sukar dilakukan, perpaduan kurikulum ini sangat sulit untuk diterapkan , maka akhirnya madrasah tradisional dibiarkan berjalan dan kemudian menjadi tanggung jawab ulama. Akan tetapi di sampingnya didirikan dua sekolah pengetahuan umum yaitu: Maktebi Ma’rif (sekolah Pengetahuan umum); dan Makteby Ulum U-edebiye (sekolah sastra). Pemisahan kedua lembaga pendidikan ini merupakan awal dikotomi dalam ilmu pengetahuan.
Terobosan lain yang dilakukan Sultan Mahmud II adalah dengan mencoba mendirikan model-model sekolah barat. Misalnya pada tahun 1827 M. ia mendirikan sekolah kedokteran dan sekolah teknik, serta pada tahun 1834 mendirikan sekolah akademi militer. Pembaruan pendidikan yang dilakukan pada masa kerajaan Turki Usmani ini adalah sebuah terobosan besar, karena pada masa inilah yang pertama kalinya dikembangkan dua model pendidikan yaitu pendidikan Islam dengan pendidikan umum.

B. Pendidikan Islam di Masa Kerajaan Safawi

Kerajaan (dinasti) Safawi dideklarasikan oleh Syah Ismail I yang berkuasa selama lebih kurang 23 tahun (1501-1524 M.). Syah Ismail bukan hanya sekadar sebagai seorang raja dan Panglima perang melainkan juga sebagai seorang terpelajar dan sangat cinta ilmu pengetahuan, bahkan memiliki kebiasaan menulis puisi dengan menggunakan bahasa Turki. kondisi ini yang menyebabkan Dinasti Safawi juga maju dalam bidang pendidikan.
Kejayaan Dinasti Safawi berada pada masa kepemimpinan Syah Abbas I. Sejarah mencatatnya sebagai bangkitnya kembali kejayaan lama Persia, atau persepsi kaum Syi’ah kelahiran Dinasti ini merupakan kebangkitan kedua bagi paham Syi’ah di pentas sejarah politik Islam setelah kejayaannya lima abad silam. di zaman Abbas I berkembanglah kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Diantara ilmuwan yang terkenal adalah Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad, seorang ahli filsafat dan ilmu pasti. Tidak ketinggalan berkembang pula ilmu pengetahuan agama terutama fiqih, karena menurut anggapan kaum Syi’ah pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Diantara ulama ternama adalah bahau al-Din al-Amily. Selain itu hidup pula filosof Shadr al-Din al-Syirozi. Pada masa Dinasti Safawi ini kota Qumm dijadikan sebagai pusat kebudayaan dan penyelitian mahzab Syi’ah.

Kejayaan Dinasti Safawi pada sisi pengembangan ilmu pengetahuan di masa pemerintahan Syah Abbas I juga terlihat dari segi fisik material, keberhasilannya ditunjukkan dengan dibangunnya 162 masjid dan 48 pusat pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut sebagian didirikan atas inisiatif para kerabat kerajaan . Di antaranya adalah Dilaram Khanun (nenek dari Syah Abbas II) yang mendirikan madrasah “Nenek kecil” (small grandmother) pada tahun 1645 dan madrasah “nenek besar” (large grandmother) tahun 1647. Terdapat pula putri Syah Safi yakni Maryam Begun yang mendirikan madrasah pada tahun 1703. Shahr Banu, adik perempuan Syah Husain mendirikan madrasah bagi para pangeran pada tahun 1694 M.

Selain madrasah yang didirikan oleh para kerabat kerajaan, ada juga madrasah didirikan oleh para hartawan Dinasti Safawi. Dua di antaranya adalah Zinat Begum, istri seorang fisikawan Hakim al-Mulk Ardistani, mendirikan madrasah Nim avard (1705 M.). Izzat al-Nisa Khanum, putri pedagang dari Qum Mirza Khan dia juga istri Mirza Muh. Mahdi yang mendirikan madrasah Mirsa Husain tahun 1687. Dibangunnya beberapa madrasah tersebut menunjukkan adanya perhatian yang serius dari pemerintahan Diansti Safawi untuk mengembangkan gagasan ilmu pengetahuan.
Karya intelektual terkenal pada masa ini adalah dua belas tulisan Sadr al-Din yang mencakup komentar dan saran terhadap al-Qur’an, disertai dengan kehidupan tradisi, cerita-cerita polemik dalam bidang teologi dan metafisika dan catatan perjalannya. Gagasan metafisikanya dijadikan sebagai rujukan bagi teologi Syaki.
Adapun sistem dan praktik pendidikan pada masa Dinasti Safawi ini, semata-mata didominasi oleh tiga jenis pendidikan. Pertama, pendidikan indokrinatif sebagai kurikulum inti dalam seluruh pusat pendidikan untuk memantapkan paham Syi’ah demi terwujudnya partiotisme masyarakat untuk mengabdi kepada mahzab keagamaan. Kedua pendidikan estetika dengan penekanannya pada seni kriya yang diharapkan mampu mendukung sektor industri dan perdagangan. Ketiga pendidikan militer dan dan manajemen pemerintahan yang ditujukan untuk lebih memperkuat armada perang untuk keperluan pertahanan pemerintahan dan profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan.

Setelah mencermati data yang diperoleh, ditemukan bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini khusus pada bidang pemikiran teosofi dan filsafat, bukan ilmu pengetahuan dalam pengertian sains secara umum. Pemikiran teosofis dan filsuf tersebut lebih ditujukan sebagai penyatuan antara sufisme Gnostik dengan beberapa kepercayaan Syi’ah. hal tersebut dapat dipahami manakala Syah Ismail pada mula pembentukan dinastinya menjadikan teologi Syi’ah sebagai teologi Negara. Dengan demikian pembangunan pusat-pusat pendidikan yang dilakukan tentu juga dalam tujuan yang sama, yakni pendidikan yang diarahkan sebagai penguatan aqidah dan desiminasi ajaran Syi’ah.

C. Pendidikan Islam di Masa Kerajaan Mughal

Dinasti Mughal merupakan sebuah sistem kekuasaan yang diperintah oleh raja-raja yang berasal dari Asia tengah dan keturunan Timur Lenk. Puncak kejayaan kerajaan ini berada pada saat masa pemerintahan Sultan Akbar, dan Syah Jehan. Salah satu karya mengagumkan dan fenomenal pada masa kerajaan ini adalah Istana indah di Lahore dan Tajamahal di Agra yang tergolong salah satu dari bangunan keajaiban dunia.

Selain hal tersebut di atas pada masa kerajaan Mughal juga dibangun banyak masjid, salah satunya yang sangat terkenal adalah masjid Badsyahi, yang merupakan bangunan yang sangat indah dan terletak di sebelah barat benteng Lahore. Masjid-masjid yang dibangun selain sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai tempat belajar agama bagi masyarakat. Ini menunjukkan pada masa Kerajaan Mughal juga memberikan perhatian besar dalam bidang pendidikan.

Di masjid telah tersedia ulama yang akan memberikan pengajaran berbagai cabang ilmu agama, di mana tidak sedikit masyarakat yang mengikutinya. Bahkan di masjid itu juga telah di disediakan ruangan khusus bagi para pelajar yang ingin tinggal di dalamnya selama mengikuti pendidikan. Oleh karena itu, hampir setiap masjid merupakan pengembang ilmu keagamaan tertentu dengan guru speasialis. Dalam perkembangan selanjutnya Masjid raya telah berkembang menjadi Universitas, tempat para ulama mengajarkan berbagai cabang ilmu agama dan sejumlah pelajar atau mahasiswa memilih untuk mengikuti pelajaran-pelajaran tertentu pada masa tertentu pula.

Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orang kaya, pihak kerajaan juga telah menyediakan madrash-madrasah khusus. Pendidikan atau sekolah khusus juga disediakan bagi orang Hindu yang disebut Pat Shaha. Kendati demikian di samping sekolah khusus bagi kelompok agama tertentu, pihak kerajaan juga menyediakan sekolah tempat anak-anak muslim dan hindu belajar. Dengan demikian proses pendidikan berlangsung harmonis.

Selain masjid terdapat pula Khanqa (semacam Pesantren) yang dipimpin ulama atau wali yang secara umum ada di daerah-daerah padalaman. Khanqa pada era ini merupakan pusat studi Islam yang dinilai baik. Di Khanqa diajarkan berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti matematika, mantik, filsafat, tafsir al-Qur’an, hadis, fiqih, sejarah dan geografi. Bahasa Persia pada waktu itu merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan pendidikan dan Pengajaran.
Selain Sultan Akbar dan Syah Jehan, Sultan lainnya yang berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Mughal adalah Aurangzeb. Ia terkenal kuat keagamaannya, menganut aliran ahli sunnah. Jasa yang tidak dapat dilupakan dari hasil karyanya ialah membukukan hukum Islam mengenai soal muamalat. Usaha kodifikasi ini dinamakan ahkam alamgiriyah menurut gelaran yang dipakainya. Disamping itu sempat juga muncul karangan besar abad ke XVII di bidang kedokteran. Diantara karya tersebut adalah Kedokteran Dara Shukuh, yang merupakan ensiklopedi medis besar terakhir dalam Islam. Kehadiran ensiklopedi medis ini merupakan ilmu medis yang berbentuk filosofi medis (memakai pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan ilmu medis modern Eropa.

Hanya saja dapat dicatat bahwa di masa kerajaan Mughal tidak terdapat kemajuan mencolok di bidang ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh sains, filsafat, atau ilmu-ilmu keagamaan tidak terlalu banyak terdengar namanya. Bila dibandingkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan di masa klasik, khususnya pada masa kekuasaan Abbasiyah, tentu jauh sekali perabadingannya. Pada masa ini ilmuwan-ilmuwan yang lahir hanyalah mengembangkan ilmu yang sudah ada sebelumnya. Ia tidak bisa menciptakan sebuah ilmu baru. Hal ini juga disebabkan karena raja-raja Mughal tidak memiliki ethos Intelektual terhadap pengkajian-pengkajian ilmu baru.
TIGA KERAJAAN BESAR
Diposkan oleh islam adalah rahmah On Minggu, 05 Desember 2010 0 komentar
Oleh : MUSTANAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sejak jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 M. ke tangan Bangsa Mongol Tidak hanya mengakhiri pemerintahan Bani Abbasiyah tetapi juga merupakan awal masa kemunduran politik dan peradaban Islam. Kekuasaan Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik menjadi beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain saling mengalahkan. Kondisi politik umat Islam secara keseluruhan nanti mengalami kemajuan kembali setelah terbentuknya tiga kerajaan besar yaitu : Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India.
Kerajaan Usmani di samping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding kedua kerajaan lainnya. Turki Usmani dianggap sebagai dinasti yang mampu menghimpun kembali umat Islam setelah beberapa lama mengalami kemunduran politik. Munculnya kerajaan Turki Usmani, kembali menjadikan umat Islam sebagai kekuatan yang solid, ia berhasil menaklukkan kota Konstantinofel, yang sejak masa dinasti Umayyah telah dicoba untuk ditaklukkan, namun selalu gagal.
Selain Kerajaan Usmani, di Persia muncul juga satu dinasti baru yang kemudian menjadi kerajaan besar di dunia Islam, yaitu dinasti Safawi. Kerajaan ini mampu mempersatukan seluruh daerah Persia sebagai satu negara yang besar dan independen.
Seperempat abad setelah berdirinya kerajaan Safawi, berdiri pula kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu kotanya. kerajaan Mughal bukanlah kerajan Islam pertama di anak Benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah. Akan tetapi Kerajaan Mughal termasuk salah satu kerajaan yang cukup berarti dalam mengkonstruksi peradaban dunia Islam.
Fase kemajuan tiga kerajaan besar tersebut dikenal dengan masa kemajuan Islam II, ketiga kerajaan besar ini mempunyai masa kejayaan masing-masing, inilah yang menarik untuk dukaji lebih lanjut, yang insya Allah penulis akan uraikan dalam makalah ini.

II. PEMBAHASAN

A. Kerajaan Usmani
1.Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Usmani
Pendiri kerajaan ini adalah Bangsa Turki dari kabilah Urghus yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara Negeri Cina. Garis keturunan Bani Usmani bersambung pada kabilah Turkamaniyah yang pada abad ketujuh hijriyah atau bertepatan dengan abad ketiga belas masehi, mendiami Kurdistan. Mereka berpropesi sebagai penggembala. Pada tahun 617 H./1220 M., Sulaiman kakek Usman melakukan hijrah bersama kabilahnya menuju Anatolia dan mereka pun menetap di kota akhlath.
Dalam kurun waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh masehi. ketika mereka menetap di asia tengah di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M. mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara mereka, orang-orang turki Seljuk di dataran tinggi Asia kecil.
Di daerah ini, di bawah pimpinan Ertoghrul mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II (Sultan Seljuk) yang kebetulan berperang melawan Bizatiun. Berkat bantuan mereka Sultan Alauddin Mendapat kemenangan. Atas jasa baik itulah Alauddin menghadiakan tanah di kawasan Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantiun. Di sinilah mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putra Ertoghrul Unilah yang dikenal sebagai pendiri kerajaan Usmani. Pada tahun 1300 M. bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk, dan Sultan Alauddin terbunuh, kerajaan Seljuk Rum akhirnya terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil, Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usmani dinyatakan berdiri, penguasa pertamanya adalah Usman yang juga sering disebut dengan Usman I.

2. Perkembangan dan Masa Kejayaan Kerajaan Usmani
Pada awal terbentuknya kerajaan Usmani hanyalah sebuah emirat di daerah perbatasan, namun kemudian berkembang menjadi menjadi sebuah kerajaan besar. Raksasa baru ini berdiri mengangkang di Borporus satu kakinya di Asia dan kaki lainnya di Eropa.
Setelah Usman I mengumukan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H. / 1300 M. setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya, ia menyerang daerah perbatasan Bizantiun dan menaklukkan kota Broessa yang kemudian dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerinatahan Orkhan (726 H./1326 M. - 761 H./1359 M.) kerajaan Turki Usmani dapat menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M., Thawasyanli (1330 M.) Uskandar (13380), Ankara (1354) dan Gallipoli (1356).
Ketika Murad I pengganti Orkhan berkuasa (761 H./ 1359 M. – 789 H./ 1389 M.), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia juga melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrianopel yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota kerajaan baru, ia menaklukkan pula Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang, sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani, pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, Raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M.) pengganti Murad I dapat menghancurkan pasukan sekutu kristen tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan yang sangat gemilang bagi umat Islam.
Pada saat Sultan Muhammad I berkuasa (1403-1421 M.) ia melakukan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usaha ini kemudian diteruskan oleh Murad II. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II yang biasa disebut Muhammad al-Fatih (1451-1454) ekspansi kembali dilakukan ia berhasil mengalahkan Bizantiun dan menaklukkan Konstantinopel tahun 1453 M. ketika Sultan Salim I naik tahta (1512-1566 M.) ekspansi wilayah dialihkan ke arah timur dangan menaklukkan Persia, Syiria dan diansti Mamalik di Mesir.
Usaha Sultan Salim I dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566) pada masa pemerintahannya sebagian besar wialyah Hongaria ditaklukkan, Wina tunduk dan Rhodes dapat diduduki. Ia terus melebarkan sayapnya dari Budapes ke Baghdad, dan dari Crimenia hingga air terjun pertama sungai Nil. Pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman inilah merupakan Puncak kejayaan kerajaan Usmani. Sultan Sulaiman dijuluki rakyatnya dengan gelar “al-Qanuni” (pemberi hukum), karena dengan bantuan Ibrahim al-Halabi ia dia berhasil menyusun sebuah kitab Multaqa al-Abhur (titik pertemuan dua lautan) yang kemuadian menjadi karya standar menyangkut undang-undang hukum Kerajaan Usmani.
Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi Kerajaan Usmani yang semakin luas dan berlangsung dengan cepat diikuti pula dengan kemajuan-kemajuan dalam bidang kehidupan lain, diantaranya :

a. Bidang Militer
Pada bidang militer, Kerajaan Usmani dikenal mempunyai strategi politik yang jitu. Pembaharuan dalam tubuh organisasi militer tidak hanya dalam bentuk mutasi personil-personil pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan keanggotaan. Bangsa-Bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan jenissari atau inkisyariah. Pasukan inilah yang mampu mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang sangat kuat. Kerajaan Turki Usmani pada masanya telah jauh meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer.

b. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Keseluruhan kebudayaan Turki merupakan campuran dari beraneka ragam elemen yang berbeda-beda. Dari orang Persia yang telah berhubungan dengan bangsa Turki bahkan sebelum mereka berimigrasi ke Asia barat, lahir corak-corak artistik serta ide-ide politik yang mengangkat keagungan raja.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak menfokuskan kegiatan mereka dalam bidang militer, sementara dalam ilmu pengetahuan mereka tidak begitu menonjol. Karena itulah dalam khasanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuan terkemuka dari kerajaan ini.
Namun demikian mereka banyak berkifrah dalam pengembangan seni arsitektur Islam terutama pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman. Di kota – kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa dan permandian umum. Disebutkan bahwa ada 235 buah bangunan dibangun di bawah koordinator Sinan, seorang arsitek asal Antolia. karya besarnya adalah Masjid Agung Sulaimaniyah yang dirancang untuk menandingi Santa Shofia. Tinggi kubah utama masjid ini adalah enam belas kaki lebih tinggi dari mihrab dan dinding belakang dihiasi dengan porselen yang indah dan anggun bergaya Persia.

c. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Kerajaan ini sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat.
Pada masa turki Usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat baktasy dan tarekat maulawi, kedua tarekat ini banyak dianut kalangan sipil dan militer. Namun kajian-kajian ilmu keagamaan seperti Fiqih, ilmu kalam tafsir dan hadits tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para pengausa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham mahzab tertentu, sehingga ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyayah (semacam catatan) terhadap karya-karya klasik.

3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Usmani
Kerajaan yang secara umum memprioritaskan perhatian terhadap ekspansi ketimbang memakmurkan rakyat, populasi yang heterogen, kelompok dan ras yang berbeda-beda, dengan garis perpecahan antara Islam dan Kristen bahkan antara muslim Turki dan muslim Arab manjadi lahan yang subur bagi tumbuhnya bibit-bibit kehancuran yang kelak akan mengikis sendi-sendi kerajaan Usmani.
Tidak lama setelah wafatnya Sulaiman, kerajaan mulai menapaki jalanan yang menurun curam, sebuah perjalanan panjang yang berliku. Para pengganti Sultan Sulaiman al-Qanuni adalah raja-raja yang lemah sehingga tidak bisa mempertahankan keutuhan kerajaan. ditambah dengan Kegagalan serangan kedua ke Wina pada tahun 1683 M. merupakan tanda-tanda awal berakhirnya kejayaan kerajaan. Ekspansi ke Eropa tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, peran angkatan bersenjata tidak lagi untuk menyerang tetapi lebih banyak bertahan. Kekuatan internal yang semakin lemah bertambah buruk dengan munculnya gangguan dari luar ketika pada abad ke-18, Prancis, Inggris, Austria dan Rusia mulai melebarkan pengaruh mereka ke wilayah-wilayah yang dikuasai oleh kerajaan Turki Usmani. Satu persatu wilayahnya lepas. Aljazair merupakan Negara Arab pertama yang memisahkan diri, disusul kemudian di dataran arab dan wilayah Afrika Utara masing-masing membentuk satu blok tersendiri.
Menurut BadriYatim Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab runtuhnya kerajaan Usmani yaitu :

a. Wilayah kekuasaan yang sangat luas sehingga menyulitkan pengawasan secara menyeluruh kesemua wilayah, administrasi pemerintahan pun sangat rumit dan kompleks.
b. Heterogenitas penduduk yang multi etnis dan multi cultural serta multi agama sehingga acap kali menjadi latar belakang terjadinya konplik dan peperangan.
c. Kelemahan para penguasa, sepeninggal Sultan Sulaiman kerajaan Usmani diperintah oleh raja-raja yang lemah, baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinan. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau.
d.Merebaknya budaya atau pungutan liar, setiap jabatan yang hendak diraih harus dibayar sogokan kepada pihak yang berhak memberikan jabatan tersebut.
e.Terjadinya krisis ekonomi, akibat perang yang tidak pernah berhenti. Pendapatan Negara berkurang sementara belanja Negara sangat besar termasuk untuk biaya perang.
Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Musuh-musuh Islam membutuhkan waktu selama satu abad untuk melepaskan ikatan ideologi Islam dari tubuh umat Islam, yang pada akhirnya tanggal 3 Maret 1924 M. yang bertepatan dengan tanggal 28 Rajab 1342 Hijriah, melalui Mustafa Kemal Attaturk yang merupakan agen Inggris dan anggota Freemasonry (sebuah organisasi Yahudi), membubarkan institusi Kekhilafahan Islam terakhir di Turki dan menggantikannya dengan Republik Turki. Maka, sejak saat itu ideologi Islam benar-benar terkubur ditandai dengan dihilangkannya institusi khilafah oleh majelis nasional Turki dan diusirnya Khalifah terakhir.
Itulah akhir dari masa keemasan kerajaan Turki Usmani, pada masa selanjutnya kelemahan kerajaan ini menyebabkan kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki derah-daerah muslim yang dulunya berada dalam kekuasaan kerajaan Usmani. meskipun demikian kerajaan ini telah menjadi kerajaan muslim terbesar pada masa modern dan juga menjadi kerajaan muslim terlama sepanjang sejarah, tidak kurang dari tiga puluh enam sultan semuanya laki-laki dari garis keturunan Usman berkuasa dari tahun 1300 M. sampai tahun 1924 M.

B. Kerajaan Safawi

1. Pembentukan Kerajaan Safawi
Kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Arabil, sebuah kota di Azerbaizan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya yaitu Safi al-Din (1252-1334 M.). Nama safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik, bahkan terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil menjadi sebuah kerajaan.
Safi al-Din adalah keturunan imam syi’ah yang keenam, Musa al-Kazhim. Gurunya bernama Syaik Taj al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M.) yang dikenal dengan julukan Zahid al-Gilani. Safi al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah menggantikan gurunya sekaligus mertuanya setelah wafat tahun 1301 M.
Kecenderungan memasuki wilayah politik mendapat wujud konkritnya pada masa kepemimpinan Junaed (1447-1460). Dinasti Safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konplik antara Junaed dengan penguasa kara Kuyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Konplik tersebut memaksa Junaid meninggalkan Ardabil dan meminta suaka politik kepada penguasa Diyar Bakr , AK-koyunlu (domba putih) yang juga salah satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia, sekiligus mengadakan aliansi untuk bersama-sama menghadapi Kara Koyonlu. Aliansi politik semakin kuat dengan menikahnya Junaid dengan saudara Uzun Hasan (Raja Koyunlu), dan bertamba kuat pula dengan perkawinan antara Haidar putra Junaid dengan putri Uzun Hasan.
Pada tahun 1459 M. Junaid berusaha merebut Ardabil, tetapi gagal. Tahun berikutnya mencoba merebut Sircassia namun lagi-lagi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara sirwan, Junaid terbunuh dalam pertempuran tersebut. Meskipun gagal dalam usahanya merebut suatu kekuasaan memperoleh wilayah, namun patut dicatat bahwa Junaid telah berhasil merubah sebuah gerakan tarekat menjadi gerakan politik yang kelak dalam perkembangan selanjutnya menjadi sebuah kerajaan besar yaitu kerajaan Safawi.

2. Perkembangan dan Masa Kejayaan Kerajaan Safawi
Setelah Junaid meninggal maka kepemimpinan Safawi dilanjutkan oleh puteranya yaitu Haidar. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1476 M. Haidar yang bekerjasama dengan Ak-Koyunlu mampu mengalahan Kara Kuyunlu sehingga nama Safawi menjadi besar. Akan tetapi hal ini tidak dikehendaki oleh Ak-Koyunlu karena dianggap sebagai kekuatan yang membahayakan kekuasaannya di Persia.
Ak-Koyunlu memandang dianasti Safawi sebagai rival politik dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Oleh karena itu ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, Ak-Koyunlu mengirim pasukan untuk membantu pasukan Sirwan sehingga pasukan Safawi kalah dan Haidar terbunuh dalam peperangan itu. Haidar kemudian digantikan oleh putranya, Ali untuk melanjutkan kepemimpinan dinasti Safawi. Namun Ali tidak begitu lama memimpin karena Ali beserta saudaranya dan ibunya ditangkap dan dipenjarakan oleh Ak-Koyunlu.
Kepemimpinan safawi bangkit kembali dalam kepemimpinan Ismail, saudara Ali, dengan pasukannya yang terkenal dengan Qizilbaz (baret merah) yang bermarkas di Gilan berhasil mengalahkan Ak-Koyunlu pada tahun 1501 M. serta menaklukkan dan menduduki Tabriz, ibu kota Ak-Koyunlu. Di kota inilah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama kerajaan Safawi, yang kemudian ia diberi gelar Ismail I.
Ismail I ini berkuasa selama lebih kurang 23 tahun (1501-1524). Pada masa sepuluh tahun pertama kekuasaannya ia mampu memperluas wilayahnya dengan menghancurkan sisa-sisa keuatan Ak-Koyunlu sehingga ia mampu mendududki seluruh wilayah Persia. Tidak sampai di situ ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan sayap menguasai daerah–daerah lainnya, termasuk Turki Usmani. Namun kekuatan militer kerajaan Usmani sangat kuat maka Safawi selalu mengalami kekalahan, malah Turki Usmani dibawah kepemimpinan sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Safawi bisa selamat karena Sultan Salim segera pulang ke Turki karena terjadi perpecahan dikalangan militer di negerinya.
Permusuhan dengan kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail, yaitu pada masa pemerintahan Tahmasp I (1524-1576), Ismail II (1576-1577), dan Muhammad Khudabanda (1577-1587). Pada masa ketiga raja tersebut kerajaan Safawi dalam keadaan lemah. Kondisi memprihatinkan tersebut baru bisa diatasi setelah raja safawi kelima , Abbas I naik tahta (1588-1628). Langkah awal yang ditempuhnya adalah dengan membenahi situasi politik dalam negeri, setelah merasa kuat barulah memusatkan perhatiannya keluar dengan berusaha merebut kembali wialayah kekuasaannya yang hilang.
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara politik ia mampu mengatasi berbagai kemelut dalam negeri yang mengganggu stabilitas Negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang pernah direbut kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya. Di bidang lain kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan diantaranya :

a. Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi di masa Abbas I mampu memicu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun dirubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Inggris, Prancis dan Belanda menjadi milik Safawi. Di samping sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian.

b. Bidang Ilmu Pengetahuan
Kerajaan Safawi mampu melahirkan beberapa ilmuwan yang selalu hadir di majelis istana, yaitu Baha al-Din al-Syaeraszi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi (filosof) dan Muhammad Baqir ibnu Muhammad Damad, Filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.
Dalam sejarah Islam kerajaan Safawi adalah kerajaann yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kearajaan ini lebih maju dari dua kerajaan lainnya pada yang sama dalam bidang ilmu pengetahuan.

c. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni.
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan ibu kota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di atas zende Ruud dan istana Chihil sutun.
Di bidang seni terlihat dari arsitektur bangunan-bangunannya, unsur seni lainnya terliahat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian, tembikar dan benda seni lainnya. Demikian masa kemajuan kerajaan safawi, walaupun tidak setaraf dengan kemajuan Islam di masa klasik, namun kerajaan ini telah memberikan kontribusinya mengisi peradaban Islam.

3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi diperintah oleh enam raja secara berturut-turut, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M.), Abbas II (1642-1667), Sulaiman, (1667-1694), Husain, (1694-1722), Tahmasp II (1722-1732), dan Abbas III (1733-1736). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, melainkan kemunduran dan akhirnya membawa kepada kehancuran.
Ke-enam raja tersebut adalah orang yang lemah dalam memimpin kerajaan, umumnya mereka hidup bersenang-senang bahkan mabuk-mabukan seperti Abbas II. Sedangkan sultan Sulaiman suka bertindak kejam terhadap pembesar-pembesar yang dicurigai berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, sehingga timbul perpecahan dan rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintahan. Demikian juga Syah Husain yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut Sunni, akibatnya membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afganistan kemudian memicu terjadinya pertempuran, dan Husain I mengalami kekalahan penganut Sunni akhirnya menguasai wilayah Isfahan.
Putra Husain, Tahmasp II dengan dukungan suku Qashar dari Rusia memprolamirkan dirinya sebagai raja yang sah dari Persia pada tahun 1726 M. Tahmasp II bekerja sama dengan Nadhir Kahn dari suku Afgan berhasil merebut kembali Isfahan. Namun pada bulan agustus tahun 1732 M. Tahmasp II diturunkan oleh Nadhir Khan dan digantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II), yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu tepatnya 8 maret 1736 M. Nadhir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III, dengan demikian berakhirlah kekuasaan dianasti Safawi di Persia.

C. Kerajaan Mughal

1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Mughal
Dinasti Mughal tergolong kerajaan besar Islam termuda dibandingkan dua kerajaan Islam di masanya. Dinasti Mughal berkedudukan di India yang didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M) dari keturunan Turki Chagathai. Ayahnya bernama Umar Mirza atau Umar Syaikh Abi Said ia adalah generasi kelima dari Timur Lenk yang menjadi penguasa di sebuah kesultanan kecil Timuriyah di Asia Tengah, yakni Farghana. Sedangkan ibunya berasal dari keturunan Jenghis Khan.
Kerajaan Mughal sebagai kerajaan yang pernah berkuasa, sebenarnya bukanlah awal mulanya Islam datang di India, akan tetapi, pada dasarnya Islam awalnya telah ada sejak masa khalifah al-Walid dari Dinasti Umayyah. Itu artinya bahwa Islam telah lama dikenal oleh masyarakat sebelum berdirinya kerajaan Mughal.
Zahiriruddin Babur adalah sosok pribadi yang disegani pada masanya, tidak heran kalau ia digelar “The Lion King”. Peranan orang tuanya sangat mendukung dirinya sebagai pejuang dan penguasa kaliber nantinya. Ketika ayahnya wafat pada tahun 1494 M, ketika itu Babur baru berusia 14 tahun. Sebagai pewaris tahta dari nenek moyangnya, Timur Lenk, ia pun memulai melakukan ekspansi ke berbagai wilayah hingga pada tahun 1504 M. dapat merebut Kabul dan Gazni. Pada tahun 1525 M. dengan mudah ia dapat pula merebut Punjab dan tak henti-hentinya bergerak untuk menguasai daerah-daerah lainnya seperti Delhi dan Panipat yang sudah lama dikuasai oleh Ibrahim Lodi. Setelah perlawanan Ibrahim Lodi dikalahkan pula, Babur menghadapi serangan dari Ranasanga, penguasa Mewar yang berkoalisi dengan penguasa Amber, Gwaleor, Ajmer, Chandri dan Sultan Mahmud Lodi pada tahun 1529 M.
Pertempuran ini tergolong amat dahsyat dibandingkan dengan pertempuran-pertempuran lainnya pada masa itu. Babur sebagai perwira yang gagah berani selalu memotifasi semangat bala tentaranya yang sedang panik menghadapi lawan-lawannya, sehingga pada akhirnya kemenangan itu berada di pihaknya dan kota Delhi yang telah direbut ia jadikan ibu kota. Dengan demikian berdirilah kerajaan Mughal di India. Pada tahun 1530 M, Babur wafat dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun dengan meninggalkan kejayaan yang cemerlang.
2. Perkembangan dan Kemajuan Kerajaan Mughal
Sepeninggal Zhiruddin Babur, tahta kerajaan dilimpahkan kepada putera tertuanya, Humayun. Humayun memerintah selama sembilan tahun (1530-1539 M). dalam masa kepemimpinannya bukannya mengalami kemajuan akan tetapi justru sebagian wilayah yang pernah dikuasai ayahnya tidak mampu dipertahankan. Hal ini disebabkan keterampilan politik Humayun tidak sebaik ayahnya.
Situasi politik kerajaan Mughal kemudian stabil kembali setelah Jalal al-Din Abd al-Tahir Muhammad Akbar (1556-1606 M). tampil menggantikan posisi ayahnya, Humayun. Di tangan Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa keemasannya. Sifat kecerdasan, keberanian dan kecakapan yang dimiliki oleh Akbar, mampu menata situasi dalam negeri sehingga menjadi kondusif. Setelah itu akbar mulai menyusun program ekspansi, ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Bengal, Orissa, Deccan, Narhala, Gujarat, Kashmir, dan Asirgah. Wilayah yang luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.
Akbar juga menerapkan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini semua rakyat india dipandang sama. Mereka tidak dibedakan Karena perbedaan etnis dan agama. Dalam soal agama Akbar mempunyai pendapat yang liberal dan ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din Ilahi.
Kemajuan masa pemerintahan Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan setelahnya yaitu Jehangir (1605-1628 M.), Syah Jehan (1628-1658 M.) dan Aurangzeb (1658-1707). pada masa ini kerajaan Mughal betul-betul berkibar. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan, akan tetapi sumber perdagangan Negara lebih banyak bertumpuh pada sektor pertanian. Di samping itu bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun yang berbahasa India. Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatfursikri, villah dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun Taj Mahal , Masjid Raya Delhi dan Istana indah di Lahore.

3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaan, maka pada abad ke-18 kerajaan ini mamasuki masa-masa kemunduran. Para pelanjut Aurangzeb tidak bisa mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Kekuasaan politik mulai merosot, suksesi pemerintahan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan. Gerakan separatis Hindu semakin mengancam, sementara pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Sultan Jihangir menanamkan modal di India. Dengan didukung kekuatan bersenjata yang kuat akhirnya menguasai daerah pantai.
Pada masa Aurangzeb pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul, tetapi bisa diatasi. dengan pemikiran puritanisme sultan Aurangzeb juga menjadi titik munculnya konplik, setelah ia wafat penerusnya tidak mampu menghadapi problem yang ditinggalkan Aurangzeb. Sepeninggal Aurangzeb Mughal dipimpin oleh Muazzam yang bergelar Bahadur Syah. Akan tetapi karena sikapnya yang terlalu memaksakan ajaran Syi’ah, maka penduduk Lahore mangadakan perlawanan.
Konplik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap wilayah lemah. disintegrasi wilayah pun tak bisa dihindari, satu persatu daerah melepaskan diri dari pemerintah pusat dan masing-masing memperkuat pemerintahannya sendiri-sendiri. Hiderabad dikuasai oleh Nizam al-Mulk, Marathas dikusai oleh Shivaji, Rajput mendirikan pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab dikuasai kelompok Syikh, Oudh dikuasai Sadat Khan, Banegal dikuasai Syuja’ al-Din, sementara wilayah pantai dikuasai pedagang asing terutama EIC dari Inggris.
Pada tahun 1857 M. terjadilah perlawanan rakyat India terhadap Inggris dan berakhir dengan kemenangan Inggris, bahkan Bahadur Syah, raja terakhir Mughal diusir dari istana (1858 M.) dengan demikian berakhir sudah sejarah kekuasaan kerajaan Mughal di daratan India, dan tinggallah di sana umat yang harus berjuang mempertahankan eksistensi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar