Minggu, 06 Maret 2011

HADITS

Imam Ibnu Rajab Al Hambali -rahimahullah-
Ditulis Oleh: Administrator
Halaman 1 dari 2

Al Imam Al Hafidz dan Al Allamah Zainuddin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Al HAsan bin Muhammad bin Abu Al Barkat Mas'ud As Salami Al Baghdadi D Dimasyqi Al Hambali -rahimahullah- , yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Rajab Al Hambali . Rajab adalah gelar kakeknya yang bernama Abdurrahmna. Semua sumber yang membahas biografi Ibnu Rajab sepakat bahwa beliau -rahimahullah- dilahirkan di Bahgdad pada tahun 736 H , delapan puluh tahun setelah jatuhnya ibukota Ilmu ketika itu, Baghdad ke tangan bangsa Mongol . Ibnu Rajab bernasabkan kepada keluarga mulia dalam ilmu, keutamaan dan kebaikan. Kakaenya Abdurrahman bin Al Hasan memiliki majelis ilmu di Baghdad dimana hadits dibacakan kepdanya didalam rumah tersebut. Ibnu Rajab menghadiri majelis ilmu tersebut tidak hanya sekali ketika berumur tiga tahun, atau empat atau lima tahun [Ibnu rajab berkata di dalam kitabnya Dzailuth Thabaqat 2/213-214," Dibacakan kepada kakekku, Abu Ahmad Rajab bin Al Hasan tidak hanya sekali di Baghdad. Ketika itu aku hadir da;am majelis sekita umur tiga atau empat atau lima tahun]. Sedangkan Ayah Ibnu rajab adalah Syaikh dan Pakar hadits Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman bin Al Hasan yang lahir di Baghdad th 706 H. Ibnu Rajab besar di kota Baghdad, mendengar hadits dari Syaikh-Syaikh Baghdad, dan membaca riwayat-riwayat. Kemudian Beliau pindah ke Damaskus pada tahun 744 H dan mendengar hadits disana, kemudian Hijaz dan Al Quds. Beliau duduk untuk belajar hadits di Damaskus dan mendapat manfaatnya. Ibnu Rajab memiliki semacam kamus khusus tentang Syaikh/ guru-gurunya yang dinukil darinya oleh Imam Ibnu Hajar di kitab Ad Durarul Kaminah.
Tahapan dalam Mencari Ilmu
Ayah Ibnu Rajab -rahimahullah- ingin sekali anaknya yakni Ibnu Rajab mendengar hadits dari para Syaikh terpercaya yang memiliki popularitas ilmiyah dalam periwayatan hadits di berbagai negeri Islam dan mengambil ijiazah dari mereka (ijazah adalah izin seorang syaikh kepada muridnya untuk meriwayatkan darinya hadits-hadits yang ia riwayatkan atau buku-bukunya, jadi ijazah mengandung penjelasan dari syaikh tersebut tentang izinnya kepada seorang murid untuk meriwayatkan hadits darinya -red). Agar dengan ijazah tersebut menjadi motivasi baginya dalam melanjutkan belajar dan bersabar diatasnya. Ibnu Rajab belajar hadits kepada ayahnya di Baghdad. Beliau juga mendengar hadits di Dsamaskus, Mesir dan lainnya negeri Islam. Sejumlah ulama yang pernah menjadi gurunya dan memberikan ijazah kepada beliau diantaranya adalah :
Syaikh-syaikh Ibnu Rajab dalam Ijazah
Zainab binti Ahmad bin Abdurraahim bin Al Maqdisyah yang wafat pada tahun 740 H ( Dzailuth Thabaqat 1/53,82,155)
Shafiyuddin ABul Fadhail Abdul Mukmin bin Abdul Haq bin Abdulloh Al Baghdadi yang wafat pada tahun 739 H. Shafiyyuddin memberikan ijazah kepada Ibnu Rajab untuk meriwayatkan darinya lebih dari sekali ( Dzailuth Thabaqat 2/430)
Abdurrahim bin Abdulloh Az Zuraiti (w 741 H). Ia guru di Al Mujahidiyah di Baghdad,Ibnu Rajab menghadiri pelajaran Abdurrahim ketika masih anak-anak (Dzailuth Thabaqot 2/436 )
Abu Ar Rabi' Ali bin Abdushshomad bin Ahmad Al Baghdadi Al Hambali (w 742 H)
Al Hafidz Al Qosim bin Muhammad Al Barzali -rahimahullah- (w 739 H)
Muhammad bin Ahmad bin Hassan At Tali Ad Dimasyqi -rahimahullah- (w 741 H), Syaikh Muhammad memberikan ijazah langsung dengan tulisannya sendiri kepada Ibnu Rajab.
Orang tua Ibnu Rajab kemudian membawanya ke Damskus pada tahun 744 H untuk melanjutkan studi di sana dan dikota selain Damaskus, dan belajar hadits dan lain-lain kepada para Syaikh terkemuka. Ketika itu Damskus adalah Slah satu markas Ilmu yang menjadi tujuan para pencari ilmu dari seluruh pelosok negeri untuk menuntut ilmu Syar'i., karena disana banyak sekali dibangun sekolah-sekolah oleh para Amir kaum Muslimin yang dikenal cinta Ilmu, menghormati ulama, menciptakan kondisi kondusif untuk belajar disana. Ibnu rajab diantaranya mendengar hadits dari :
Hakim Abul Abbas Ahmad bin Al Hassan bin Abdulloh -rahimahullah- (w 771 H)
Shihabuddin Abul Abbas Ahmad bin Abdurrahman Al Hariri Al Maqdisi Ash Shalihi -rahimahullah- (w 758 H)
Imaddudin Abul Abbas Ahmad bin Abdul Hadi bin Yusuf bin Muhammad bin Qudamah Al Maqdisi -rahimahullah- (w 754 H)
Taqiyuddin Abu Muhammad bin Muhammad bin Ibrohim bin Nashr bin Fahd -rahimahullah- (w 761 H)
Imam Izzudin Abu Ya'la Hamzah bin Musa Ahmad bin Barhan -rahimahullah- dikenal sebagai Ibnu Syaikh As Salamiyah (w 769 H)
Alauddin Ali bin Zainuddin Al Manja (w 750 H), beliau membacakan kepada Ibnu Rajab sejumlah hadits yang diriwayatkan Muslim di shahihnya dari Imam Ahmad
Umar bin Hasan bin Farid bin Umailah Al Maraghi Al Halabi Ad Dimasqi Al Mizzi -rahimahullah- (w 778 H)
Syamsuddin Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Salim Ad Dimasqi Al Anshari Al Ubadi -rahimahullah- yang dikenal sebagai Ibnu Al Khabbaz. Ayah Ibnu Rajab juga membacakan seluruh kandungan buku Al Musnad Imam Ahmad di hadapan Ibnu Al Khabbaz seperti yang dikatakan di kitab Al Minhaj Al Ahmadi 2/157. Di kitab Qowaidut Tahdits karya Al Qosimi hal 262 dikatakan bahwa Al Hafidz Abu Al Fadhl Al Iraqi membacakan Shahih Muslim kepada Muhammad bin Ismail Al Khabbaz di Damaskus di enam pertemuan beruntun. Pada pertemuan terakhir , Al Hafidz Abu Al Fahdl membacakan seperti isi kitab Shahih Muslim kepada Muhammad bin Islamil Al Khabaz dengan dihadiri Al Hafidz Zainuddin bin Rajab yang ketika itu memperbaiki naskahnya..
Syamsuddin Yusuf bin Abdurrahman bin Najm Al hambali -rahimahullah- (w 751 H)
Pakar Fiqh dan Faraidh, Jamaluddin Yusuf bin Abdulloh bin Al Afif Muahmmad An Nablusi (w 754). Ibnu Rajab membacakan Sunan Ibnu Majah kepada beliau .
Syamsuddin Abu Abdulloh Muahmmad bin Abu Bakr bin Ayyub Az Zar'I -rahimahullah- yang dikenal dengan Ibnu Qoyyim Al Jauziyah (w 751 H), Ibnu Rajab selalu menghadiri majelis Ilmu Ibnul Qoyyim sebelum wafatnya lebih dari setahun dan mendengar darinya Syair An Nuniyah, kitab karangannya dan lainnya.
Syihabuddin AHmad bin Muhammad bin Umar Ash Shalihi Asy Syairazi Ad Dimasqi (w 771 H).
Ibnu An Nabasy, slah satu sahabat Sharifuddin Abduk Mukmin bin Abdul Haq. Ibnu Rajab membacakan hapalan tentang mukhtashor Al Kharaqi kepada Ibnu An nabasy, mendengar banyak sekali kitab karangan beliau yang dibacakan kepada Ibnu rajab, dan menemaninya hingga wafat.
Abdurrahman bin Abu Bakr bin Ayyud bin Sa'ad bin hariz bin Makki Abu Al Faraj Zainuddin Az Za'I Ad Dimasqi (w 769 H), Beliau adalah Suadara dari Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. Ibnu Rajab berkata tentang gurunya," Aku mendengarkan kitab At Tawakul karya Ibnu Abid Dunya kepada Abdurrahman bin Abu Bakr."
Setelah itu, Ibnu Rajab pergi ke Mesir sebelum tahun 754 H, disana beliau belajar hadits kepada :
Nashiruddin Muhammad bin Ismail bin Abdul Aziz bin Isa Bin Abu Bakr Al Ayyubi -rahimahullah- (w 756 H), Ibnu rajab banyak sekali menimba ilmu darinya.
Shadruddin Abu Al Fath Muhammad bin Muhammad bin Ibrahim Al Maidumi (w 754 H)
Fathuddin Abu Al Haram Muhammad bin Muhammad Al Qalansi Al Hambali (w765 H)
Izzuddin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim bin Sa'dulloh bin Jama'ah , hakim/Qodhi di mesir (w 767 H). Ibnu Rajab bertemu beliau di Mesir dan Makkah, Ibnu rajab berkata di kitabnya Dzailuth Thabaqot 1/85 ," Syaikh kami, Abu Umar Abdul Aziz adalah hakim mesir dan ayahnya juga hakim di Mesir. Beliau melarang manusia memanggilnya dengan nama hakim agung atau menuliskan namanya seperti itu, dan memerintahkan mereka menggantinya dengannama Hakim kaum muslimin."
Ibnu Rajab juga bersahabat dengan Al Hafidz Zainuddin Abu Al Fahdl Abdurrahim bin Al Husain Al Iraqi (w 806 H) dan mendengar banyak hal bersamanya.
Ibnu Rajab kembali berada di bagdad pada tahun 748 H dan belajar kepada :
Jamaluddin Abul Abbas Ahmad bin Ali Bin Muhammad bin Al Babashiri Al Bagdadi (w 750 H). Ibnu Rajab menghadiri pengajian jamaluddin lebih dari sekali dan mendengar pembacaan hadits olehnya. (Dzailuth Thabaqat 2/446]
Shafiyuddin Abu Abdulloh Al Husain bin Badran Al bashri Al Baghdadi (w 749 H). Ibnu rajab membacakan hadits kepada Shafiyuddin, menghadiri majlis ilmunya, dan mendengar pembacaannya terhadap shahih Al Bukhori kepada Syaikh Jamaluddin Musafir bin Ibrahim Al Khalidi (Dzailuth Thabaqat 2/444)
Abu Al Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sulaiman Al Hambali Al baghdadi (Dzailuth Thabaqat 1/301).
Tajuddin Abdulloh bin Abdul Mukmin bin Al Wajih Al Wasithi (w 740 H).
Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali bin Amr Al Qazuwini, seorang pakar hadits Iraq (w 750 H), Ibnu Rajab berkata dalam Dzailuth Thabaqat 2/444,"Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali Al Baghdadi Al Bazzar pergi ke Baghdad pada akhir usianya dan menetap beberapa lama disana, setelah itu ia menunaikan Haji tahun 749 H. Pada tahun itu juga aku menunaikan haji bersama ayahku, lalu kau membacakan tsulatsiyat Al Bukhori kepada Al Hullah Al Yazidiyah".
Ibnu Rajab sering bepergian ke Al Quds, Nablus, Mesir, Hijaz dan lainnya guna mencari hadits, ketika itu Damaskus adalah domisilinya. Ia pergi dari Damascus dan pulang kepadanya. Petualangannya mencari hadits berlangsung hingga tahun 763 H.
Di Al Quds, Ibnu Rajab mendengar hadits dari Al hafidz Shalahuddin Abu Sa'id Khalil bin Kaikalidi Al Alai (w 761 H). Ibnu Rajab berkata dalam Dzailuth Thabaqat 2/365 bahwa ia mendengarnya di baitul Maqdis berkata," Semoga Allah merahmati syaikhku Al Qodhi Taqiyuddin bin sulaiman yang aku dengar berkata,'Aku hanya sholat sendirian tidak berjamaah sebanyak dua kali dan sepertinya aku tidak pernah mengerjakannya'.
Di Makkah, Ibnu Rajab mendengar hadits dari Fakhruddin Utsman bin Yusuf bin Abu Bakr An Nuwairi Al Maliki (w 756 H) (ibnu Qodhi Syuhbah hal 488)
DI Biografi Syamsuddin Muhammad bin Syaikh Ahmad As Saqa di Dzailuth Thabaqat 2/446 disebutkan bahwa Ibnu Rajab menunaikan haji pada tahun 763 H dan di Makkah bertemu sejumlah ulama yang mulia.
Di Madinah, Ibnu rajab mendengar hadits dari Al hafidz dan sejarawan Madinah, Afufuddin Abu Muhammad Abdulloh bin Muhammad bin Muhammad Al Khazraji Al Ubadi Al Mathari (w 765 H) ( Dzailuth Thabaqat 2/370)
Dengan meninggalnya ayah Ibnu Rajab di tahun 774 H, Ibnu rajab berhenti dari mendengar hadits dari para Syaikh. kemudian sibuk dengan ilmu, membaca, menulis, mengarang, mengajar dan berfatwa hingga wafat.
Ibnu Rajab mengajar di Madarasah Al Hanabilah. Beliau menjadi terkenal di madrasah Al Kubra setelah wafatnya Al Qodhi Syamsuddin bin At Taqi tahun 788 H. Beliau mengajar di Madrasah tersebut hingga tahun 791 H.
Madrasah tersebut diwakafkan Syafarul Islam Abdul Wahhab bin Abdul Wahid bin Muhammad Al Anshari Asy Syairazi Ad Dimasyqi Al Hanbali yang merupakan faqih, orator dan syaikh sahabat-sahabat Imam Ahmad di Syam setelah wafatnya ayah Syafaratul Islam Abdul Wahhab dan pemimpin mereka tahun 536 H. Abdul Wahid ayah Syarafatul Islam adalah orang yang menyebarkan madzab Hanbali kepada penduduk Al Qodisiyah dan penduduk Damaskus. Sebelum itu, Madzab Hanbali tidak dikenal di daerah-daerah Al Quds dan Syam.
Semasa Hidup ayahnya, Ibnu Rajab menyelenggarakan halaqoh ( kajian) hari selalsa di Masjid Jami' Bani Umaiyyah. Halaqoh tersebut diperuntukkan bagi tokoh-tokoh madzab Imaam Ahmad setelah wafatnya Ibnu Qadhi Al Jabal pada tahun 771 H.
Imam Ibnu Rajab adalah orator ulung. Pidatonya menarik perhatian para pendengar, menggugah perasaan mereka, dan memahamkan agama Allah kepada mereka sesuia dengan ilmu bermanfaat yang diberikan Allah kepadanya, metode menarik, hati yang khusyu' dan niat yang benar.Berbagai kalngan berkumpul padanya dan hati manusia mencintainya.
Ibnu rajab menetap di Daar Al Hadits As Sukriyah di Al Qoshain ( sekang bernama Al Khaidhariyah) di pintu Al Jabiyah disebelah selatan Daar Al Qur'an Al Khaidhariyah yang masih ada sampai sekarang.Beliau menetap didalamnya hingga wafat.



Al hafidz Ibnu rajab mengajarkan ilmunya. Oleh karena itu banyak sekali penuntut ilmu datang untuk belajar padanya, memanfaatkan semua ilmunya dan mendengarkan seluruh hadits yang diriwayatkan darinya. banyak sekali pencari ilmu yang setelah belajar padanya kemudian menjadi ulama terpercaya, meraih kedudukan tinggi dan meninggalkan risalah ilmiyah yang bermanfaat.
diantara para muridnya :
1. Hakim Agung Syihabuddin Abu Al Abbas Ahmad bin Abu Bakr bin Ahmad bin Ali Al Hanbali, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Ar Rassam ( w 844 H). Ibnu rajab memberikannya ijazah, dan beliau memliki buku berisi nasihat yang persis seperti buku syaikhnya yakni Ibnu rajab, yang berjudul Lathaiful ma'arif [lihat : Syadzaratul Dzzahab 7/252-253].
2. Muhibuddin Abu Al Fadhl Ahmad bin Nashrullah bin Ahmad bin Muhammad bin Umar Al Baghdadi Al Mishri, mufti Mesir ( w 844 H), Beliau mendengar hadits dari Ibnu rajab di damaskus, belajar fiqh padanya, an berinteraksi dengannya ( lihat : Adh Dhaul Lami 2/233-239 dan Syadzaratudz Dzahab 7/250].
3. Daud bin Sulaiman bin Abdullah Az Zain Al Mushili Ad Dimasqi Al hanbali [w 844 H]. Beliau mendengar syarah ibnu Rajab terhadap kitab Al Arbain An Nawawiyyah dan Lathaiful Ma'arif di majelis ilmu. [ lihat : Dhaul Lami' 3/212].
4. Abdurrahman bin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Yusuf Ad Dimasqi Al makki Asy Syafii ( w 853 H]. Ia mendengar hadits dari Ibnu Rajab di damascus.
5. Imam, orang alim, pakar tafsir, pakar hadits dan faqih, Zainuddin Abdurrahman bin Sulaiman bin Abu Al Karam Ad Dimasyqi Ash Shalihi. terkenal dengan nama Abu Syi'r [w 844 H]. Ia membacakan permulaan buku Al Mughni karya Imam Ibnu Qudamah kepada Ibnu rajab { Dhaul lami 4/82, Syadzaratudz DZahab 7/253].
6. Abu Dzar Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Muhamamd Al Mishri Al Hanbali, terkenal dengan nama Az Zarkasyi [w 846 H].. Ia pergi ke damaskus sebelum tahun 803 H dan belajar Fiqh pada Ibnu Rajab [ Lihat Inbaul Gharm 9/194 dan Dhaul Lami' 4/136-137].
7. Al Imam, Orang alim, pakar ushul fiqh, Alauddin Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Abbas Al Ba'li Ad Dimasyqi Al Hanbali , terkenal dengan nama Ibnu Lahham [w 803 H]. Ia menjadi murid Ibnu Rajab dan beajar fiqh padanya. ibnu rajab memberikan izin kepadanya untuk berfatwa dan berceramah di masjid jami' Al Umawi' di halaqoh-nya sepeninggalnya [ lihat : inbaul Gharm 4/301-302, Dhaul Lami' 5/320-321, Syadzaratudz Dzahab 7/31 dan Al Maqshid Al Arsyad 2/237 ].
8. Alauddin Ali bin Muhammad bin Ali Ath Thursusi Al Mizi [w 850]. Ia hadir di majelis ilmu Ibnu Rajab dan mendengarnya berkata," Az Zain Al iraqi mengirim surat kepadaku memintaku mensyarah At Tirmidzi." [lihat ; Dhaul Lami' 5/328].
9. Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al ja'fari An nablusi Al Hanbali , lahir pada 752 H. As Sakhawi mewakafkan dua bukunya kepadanya, salah satunya berjudul rasyful Madam. As Sakhawi menukilkannya dari Ibnu rajab. Jadi Ali bin Muhammad seperti belajar fiqh dari Ibnu rajab [ lihat Dhaul Lami' 5/279].
10. Syaikh, Al Imam, orang alim, hakim, Alaudin Ali bin Muhammad bin Abu Bakr As Sulami Al Hamawi Al Hanbali [w 828 H]. ia belajar fiqh pada Ibnu rajab di Damaskus [ lihat : Dhaul Lami' 6/34 dan Al Maqshid Al Arsyad 2/264-266].
11. Abu hafash Umar bin Muhammad bin Ali bin Abu Bakr bin Muhammad As Siraj Al halabi Ad Dimasyqi Asy Syafii, {w 841 H]. ia mendengarkan hadist dari Ibnu Rajab di damskus [Dhaul Lami' 6/120].
12. Hakim Makkah Syamsyuddin Muhammad bin Ahmad bin Sa'id Al Maqdisi An nablusi Ad Dimasyqi Al Halbi [w 864 H]. Beliau emndengar hadiots dari Ibnu rajab di damaskus {lihat ; Dhaul Lami' 6/309].
13. Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad Al Anshari Al halabi Ad Dimasyqi Ash Shalihi Al Hanbali, Ia muadzin di Masjid Jami' Al Umawi, terkenal dengan nama Ibnu Asy Syahham [w 864 H]. Ia menghadiri kajian Ibnu rajab di Damaskus { lihat : Dhaul Lami 2/41 dan Syadzaratudz Dzahab 7/303 ].
14. Qadhi Izzuddin Muhammad bin bahauddin Ali Al Maqdisi Al Hanbali. ia khatib Masjid Jami' Al Mudhaffari Di Shalihiyah, Damaskus [lihat ; Syadzaratudz Dzahab 7/147 ].
15. Qadhi Himsh, Syamsyuddin Muhammad bin Khalid bin Musa Al himshi yang terkenal dengan nama Ibnu Zahrah. beliau membacakan hadits pada Ibnu Rajab di damaskus [lihat : Syadzaratudz Dzahab 7/195 ].
16. Syamsuddin Abu ubaidillah Muhammad bin Khalil bin Thughan Ad Dimasyqi Al hariri Al Hanbali [ w 803 H]. Beliau mengikuti kajian ilmu di majelis Ibnu Rajab di damaskus [ lihat Syadzaratudz DZahab 7/35].
17. Hakim Agung Damaskus, Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin ubadah As Sa'di Al Anshar [ w 820 H], beliau belajar di majelis Ibnu Rajab di Damaskus
18. Muhibuddin Abu fadhl bin Syaikh Nashrullah yang lahir pada tahun 765 H di baghdad, dan belajar ilmu di majelis Ibnu Rajab di damaskus.
19. Al Imam, orator ulung dan hakim Agung Shadruddin Abu bakr bin ibrahim bin Muhammad bin Muflih (w 820 H) ( lihat : Ad Daris fi Tarikhil Madaaris 2/51).
20. Dan masih banyak lagi murid Beliau.
Ibnu Hijji berkata seperti dinukil Al Hafidz di kitab Ad Durarul Kaminah 3/176,' Sebagian besar sahabat-sahabat kami pengikut madzab Hanbali adalah murid Imam Ibnu Rajab."
Pujian Para Ulama kepada Imam Ibnu Rajab
1. Al Qadhi Alauddin bin Lahham berkata seperti dinukil oleh Yusuf bin Abdul Hadi," ibnu rajab adalah Syaikh kami, imam, orang alim, ulama paling istimewa, hafidz hadits, Syaikhul Islam, penerang bagi yang gelap dan penjelas segala hal yang tidak jelas ( berkaitan dengan keluasan ilmu beliau -red)" { lihat Al jauhar Al Mundzidh hal 48]. Al Qodhi juga berkata," Ibnu Rajab dalah Syaikh kami, Imam, orang alim, hafidz hadits, sisa generasi Salaf yang mulia, orang istimwa pada zamannya dan Syaikhul Islam"
2. Al Hafidz Syam dan sejarawan Islam, Syihabuddin Ahmad bin Hijji berkata seperti dinukil darinya oleh Al hafidz Ibnu Hajar," Ibnu Rajab hebat dalam banyak disiplin ilmu dan menjadi orang yang paling ahli tentang cacat hadits dan jalur-jalurnya. Sebagian besar sahabat-sahabt kami pengikut madzab hanbali adalah murid-muridnya di damaskus." [lihat : ibnaul Gharm 3/176].
3. Ibnu Nashiruddin Ad Dimasyqi berkata," Ibnu Rajab adalah syaikhul Islam, Imam, ulama hebat, orng zuhud, orang panutan, penuh berkah, Hafidz haits, narasumber, orang terpercayahujjah, orator hebat, pakar hadits, salah satu seorang imam yang zuhud dan ulama ahli ibadah." [lihat : Ar radd Wafir hal 176].
4. Ibnu Qadhi Syuhbah berkata,"Ibnu Rajab adalah Syaikh, pakar hadits, Al hafidz hadits, orang zuhud, wara', Syaikh para pengikut Madzab Hanbali, oang termulia dari mereka dan pakar hadits yang hebat." [lihat: Ibnu Qadhiy Syuhbabh 1/3/488].
5. Al Hafidz Ibnu Hajar berkata,"Ibnu Rajab adalah Syaikh, pakar hadits, hafidz hadits, nama-nama perawi, jalur-jalur hadits dan kana-maknanya. Ia rajin veribadah dan tahajjud." [lihat : Ad Durarul Kaminah 2/322 dan inbaul Gharm 3/176].
6. Taqiyuddin Muhammad bin Fahd berkata," Ibnu Rajab adalah Imam, Hafidz hadits, hujjah, faqih, narasumber, salah satu ulama yang zuhud, imam yang rajin beribadah, pakar hadits hebat, dan penasehat kaum muslimin." [lihat : Lahhul Alhadz hal 180].
7. Ibnu Muflih berkata,"Ibnu Rajab adalah Syaikh, ulama, hafidz hadits, orng zuhud, dan syaikh para pengkut madzab Hanbali." [lihat : Al Maqshid Al Arsyad 2/81].
8. Ysyuf bin Abdul Hadi berkata," Ibnu Rajab adalah Syaikh, imam, orang langka, panutan para hafidz hadits, penyatu perbedaan dan keutamaan, faqih, orang zuhud, orang hebat, pakar ushul fiqh, dan hadits.", Setelah menyebutkan sebagian besar buku-buku karya Ibnu Rajab, Yusuf bin Abdul Hadi berkata," Dan buku-buku lainnya yang bermanfaat yang tidak ada tandingannya,Ibnu rajab mempunyai analisa dalam banyak masalah berasal dari nash-nash Imam Ahmad dan sahabat-sahabatnya. Ia juga mempunyai banyak sekali masalah-masalah asing dan hal-hal bagus yang tidak mampu dihitung manusia." [ lihat ; Al Jauhar Al Mundzidh hal 46].
9. Imam As Suyuthi berkata," Ibnu Rajab adalah Imam, hafidz hadits, orang zuhud, dan syaikh para pengikut madzab Hanbali." {lihat : Dzailu Tadzkiratul Huffadz hal 367].
10. An Nu'ami berkata,"Ibnu Rajab adalah Syaikh, ulama, hadits, orang zuhud, dan syaikh para pengikut Madzab Hanbali." [lihat : Ad Daris fi tarikhil Madaaris 2/76].
11. Al Alimi berkata," ibnu rajab adalah salah satu Imam, hafidz hadits terkemuka, ulama yang zuhud dan pilihan." [Al Minhaj Al Ahmadi 2/174/1].
12. Ibnu Al Imad berkata," ibnu Rajab adalah Syaikh, Imam, orang alim,ulama,orang zuhud, orang panutan, orang berkah, hafidz hadits, narasumber, orang terpercaya, hujjah." [lihat : Syadzaratudz DZahab 6/339].
Wafatmya Ibnu Rajab
Al hafidz Ibnu Rajab wafat pada 795 H di Damaskus, dimakamkan di kuburan Al bab Ash Shaghir di samping kuburan Syaikh Abul faraj Abdul Wahid bin Muhammad Asy Syairazi Al Maqdisi Ad Dimasyqi yang wafat pada bulan Dzulhijjah 486 H.
Insya Allah bersambung pada pembahasan kitab-kitab karya Ibnu Rajab
Sumber : Panduan Ilmu dan Hikmah, Terjemah Jamiul Uluw Wal Hikmah, Penerbit darul Falah.
Nasab :
Beliau adalah Abu Muhammad Sufwan bin Uyainah bin Abu Imran Maimun.Beliau lahir di kota Kuffah pada pertengahan bulan Sya'ban tahun 107 H. Beliau menuntut ilmu hadits sejar berusia 10 tahun. mendapatkan ilmu yang banyak dan kuat hafalannya. Beliau tidak hanya mengumpulkan ilmu namun juga menuliskannya sampai kepada 'uluwul isnad (sanad yang 'ali).
Guru
Beliau belajar kepada banyak syaikh/guru, diantaranya :
- Amru bin Dinar
- Ibnu Syihab Az Zuhri
- Ashim bin Abu najud
- Abdulloh bin Dinar
- Zaid bin Aslam
- Muhammad bin Al Munkadir
- 'Atha bin As Saib
- Yahya bin Said Al Ansari
- Sulaiman Al A'masy
- Suhail bin Abu Shalih
- Ibnu Juraij
- Syu'bah
- Zaidah bin Qudamah
- dan ulama lainnya -rahimakumulloh-
Kisah Beliau dalam Menuntut Ilmu
Syu'bah bin Al hajaj berkata," Saya melihat Ibnu Uyainah orang yang masih kecil, dia membawa papan yang panjang ketika belajar pada Amru bin Dinar.."
Yahya bin Adam berkata," Saya tidak melihat seorangpun yang tidak salah ketika diuji hafalan haditsnya kecuali Sufyan bin Uyainah."
Ziyad bin Abdulloh bin Khuza'I mendengar Sufyan bin Uyainagh berkata,"Dahulu ayahku adalah seorang penukar uang (money changer-red) di Kota Kufah, maka ketika kami telah sampai di Kota Mekah kemudian menuju mesjid. tanpa sengaja aku bertemu dengan Amru bin Dinar ( seorang ulama besar di zamannya -red). Dia membacakan kepadaku 8 hadits. lalu saya memegang tali keledainya sehingga dia sholat. Maka ketika dia keluar dari masjid saya setorkan 8 hadits yang tadi disampaikannya, maka diapun berdoa" Semoga Allah memberkahi dirimu.""
Ibnu Al Madini mendengar Ibnul Al Uyainah berkata," Saya belajar pada Abdul Karim Al hazari selama 2 tahun dan dia berkata kepada penduduk kotanya,"Perhatikan anak kecil ini, dia bertanya kepadaku sedangkan kalian tidak bertanya kepadaku."
Mujahid bin Musa mendengar Ibnu Uyainah berkata,"Aku menulis sesuatu melainkan telahku hafalkan sebelum menulisnya."

Murid- Muridnya
Penuntut ilmu yang datang kepada beliau sangat banyak. Diantara yang meriwayatkan hadits darinya adalah Al Amasy, Ibnu Juraij dan Syu'bah (guru-guru beliau sendiri).
Murid murid beliau diantaranya :
- Hamam bin Yahya
- Zuhair bin Mua'wiyah
- Abu Ishaq Al Fazari
- Abdulloh Ibnul Mubarak
- Yahya Al Qohthan
- Muhammad bin Idris (Imam Asy Syafii)
- Al Humaidi
- Said bin Manshur
- Yahya bin Ma'in
- Ahmad bin hambal (imam Ahmad)
- Abu bakar bin Abu Syaibah ( Ibnu Abi Syaibah)
- Muhammad bin Al Mutsanna
- Az Zubair bin Bikar
- dan masih banyak lagi -rahimakumulloh-
Sufyan bin 'Uyainah Menurut Para Ulama
Imam Asy Syafii berkata,"Kalaulah bukan karena Imam malik dan Sufyan bin Uyainah maka akan hilanglah perbendaharaan ilmu di Hijaz."
Imam Syafii juga berkata," Tidaklah aku melihat seorangpun yang memiliki keluasan ilmu sebagai Syuyah bin Uyainah dan tidaklah saya melihat orang yang lebih dapat menahan diri untuk berfatwa daripada Ibnu Uyainah. Dan tidaklah saya melihat seorangpun yang lebih bagus dalam menafsirkan hadits dibanding Ibnu Uyainah."
Imam Abdurrahman bin Mahdi berkata," Ibnu Uyainah adalah orang dari Hijaz yang paling alim tentang hadits-hadits."
Abdurrahman bin Wahb berkata,"Saya tidak mengetahui tentag tafsir Al Qur'an daripada Ibnu Uyainah, adapun untuk sunnah maka Ahmad bin Hanbal lebih mengetahuinya daripada Sufyan bin Al Uyainah."
Ibnu Al madini mendengar Yahya Al Qoththan berkta," Tidaklah seorangpun dari guruku yang tersisa selain Sufyan Ibnu Uyainah dan beliau menjadi Imam semenjak 40 tahun yang lalu."
Abdurrazaq berkata," Saya tidak melihat seorangpun setelah Ibnu Juraij yang seperti Ibnu Uyainah dalam kefasihan berbicara."
Periwayatan Hadits Sufyan bin Uyainah
Abu Hatim Ar-razi berkata,"Sufyan bin Uyainah adalah imam yang tsiqoh (terpercaya) dan dia adalah orang yang tahu tentang hadits dari jalur Amru bin Dinar daripada Syu'bah."
Yahya bin Ma'in berkata,"Sufyan bin Uyainah adalah orang yang lebih tsabat (terpercaya) terhadap hadits yang diriwayatkan dari Amru bin Dinar."
Diriwayatkan bahwa Sufyan bin Uyainah memliliki beberapa saudara yaitu Imran bin Uyainah, Ibrahim bin Uyainah, Adam bin Uyainah dan Muhammad bin Uyainah yang semuanya meriwayatkan hadits Sufyan bin Uyainah. Hanya saja Sufyan dikenal dengan taldis dalam meriwayatkan hadits dari jalur AzZuhri dan tidaklah beliau mentaldis hadits darinya melainkan dari perawi yang tsiqoh (terpercaya).
Hikmah Ibnu Uyainah
Ahmad bin An Nadhar Al Hilali mendengar ayahnya bercerita," Saya berada di Majelis Sufyan bin Uyainah, kemudian Sufan memandang anak saya. Orang-orang dimasjid seakan-akan meremehkan anak saya karena masih kecil.Maka berkatalah Sufyan dengan mengutip ayat ,"Beigitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugrahkan nikmatNya atas kamu, maka telitilah…"[QS An Nisaa 94].
Kemudian di berkata," Wahai An Nadhar, kalau engkau tahu saya dahulu disaat berusia 10 Tahun, tinggiku baru 5 jengkal, wajahku seperti uang dinar, pakaianku kecil,lengan bajuku pendek,sandalku seperti telinga keledai liar,aku belajar kepada ulama-ulama di berbagai negeri seperti kepada Az Zuhri dan Amru bin Dinar, maka apabila aku datang ke majelis mereka (murid-murid lainnya-red) berkata,' Geser-geser, syaikh kecil datang,' Kemudian Beliaupun tertawa."
Ibnu Dawud menukil dari sufyan bin Uyainah,"Barangsiapa yang bermaksiat karena syahwatnya, maka dia telah menceburkan dirinya ke lubang. barangsiapa yang bermaksiat karena kesombongannya maka dia telah berbuatan yang sangat keji. Sesungguhnya Adam bermaksiat karena menuruti hawa nafsunya, lantas Alloh Azza wa Jalla mengampuninya dan Iblis bermaksiat karena kesombongannya maka Alloh Azza wa Jalla melaknatnya."
Beliau juga berkata,"Zuhud itu bersabar dan mempersiapkan diri untuk kematian.dan Ilmu apabila tidak bermanfaat maka akan membahayakan (pemilik)nya."
Muhammad bin Manshur berkata bahwa seorang lelaki pernah bertanya kepada Sufyan bin Al Uyainah,"Apa pendapatmu tentang Al Qur'an?,maka beliau menjawab,"Al Qur'an adalah kalamulloh, dari Allah-lah Al Qur'an itu diturunkan dan kepadaNya ia akan kembali."
Ahmad bin Nashr bertanya kepada Ibnu Uyainah maksud hadits Abdulloh dari Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam ,"Sesungguhnya Allah menjadikan langit-langit (yang tujuh) berada disalah satu jariNya."
dan Hadits: "Sesungguhnya hati hamba-hamba Allah berada diantara dua jari-jemari Ar Rahman."
Juga Hadits:"Sesungguhnya Allah itu kagum atau tertawa terhadap orang-orang yang menyebut (mengingat)Nya di pasar-pasar."
Maka Sufyan bin Uyainah menjawab," hadits-hadits tersebut hakikatnya sebagaimana yang disampaikan.Kami menetapkannya dan membicarakan hadits-haidts tersebut tanpa mempersoalkan bagaimana hakikatnya."
Ibrahim bin Al Asy'ats mendengar Ibnu Uyainah bekata,"barangsiapa mengamalkan apa yang telah diketahuinya mka akan mencukupkan terhadapnya apa-apa yang tidak diketahuinya. Dan Barangsiapa melihat dirinya lebih baik dari orang lain maka sesungguhnya dia telah berbuat kesombongan,' Kemudian beliau menceritakan kisah Iblis.
Ahmad bin Abul Hawari bertanya kepada Sufyan bin Uyainah,"Apa zuhud di dunia itu?" Beliau menjawab,"Apabila Allah memberimu karunia engkau bersyukur kepadaNya dan apabila diuji dengan musibah engkau bersabar,itulah zuhud."
Ibrahim bin Sa'id mendengar Ibnu Uyainah berkata,"Iman itu terdiri dri ucapan dan amalan,dia bertambah (dengan ketaan)dan berkurang (dengan kemasiatan)."
Al Humaidi mendengar Ibnu Uyainah ditanya tentang perkataan Bisyr Al Murisi bahwa Alloh Azza wa Jalla tidak akan dilihat pada hari kiamat,Beliau membantahnya dengan berkata," Semoga Allah membinasakan binatang melata yang kecil itu,apakah kalian tidak mendengar firman Allah:"Sekali-kali tidak,sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat)Rabb mereka." [QS Al Muthaffifin 15]
Maka apabila wali-wali Allah dan musuh-musuhNya sama-sama terhalang (dari melihat Allah) apa keistimewaan wali Allah dengan musuh Allah ?!!.
Al Musayyib bin Wadhih berkata bahwa Ibnu Uyainah ditanya tentang zuhud,maka beliau menjawab, Zuhud adalah menjauhi apa-apa yang diharamkan, adapun semua yang dihalalkan Allah boleh dikonsumsi. Sesungguhnya para Nabi itu menikah, berkendaraan, berpakaian yang bagus dan memakan makanan, akan tetapi Allah melarang mereka dalam beberapa perkara maka merekapun meninggalkannya, dan mereka adalah orang-orang yang zuhud."
Ali bin Harb mendengar Sufyan bin Uyainah tatkala menjelaskan firmah Allah :"Orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh." [QS An Nisa 69]. Beliau berkata," Orang-orang shaleh adalah para ahli hadits."
Wafat
Beliau meninggal pada tahun 198 H dalam usia 91 tahun, semoga Allah merahmati beliau.

maraji'
Siyar Alam Nubala _Imam Adz Dzahabi
Tadzkiratul Hufazh jilid 1_Imam Adz Dzahabi
sumber :Fatwa vol 04 th II 1425 H
Mengenal Para Imam Ahlus Sunnah Ashabul Hadits
Ditulis Oleh: Ustadz Muhammad Umar As-Sewed



Sesungguhnya tidak ada keselamatan kecuali dengan mengikuti Kitab dan Sunnah dengan pemahaman Salaful Ummah. Tapi kita tidak mungkin mendengar sunnah dan pemahaman mereka kecuali dengan melalui sanad (rantai para rawi). Dan sanad termasuk dalam Dien. Maka lihatlah dari siapa kalian mengambil Dien kalian. Sedangkan yang paling mengerti tentang sanad adalah Ashabulhadits. Maka dalam tulisan ini kita akan lihat betapa tingginya kedudukan mereka. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

“Allah membuat cerah (muka) seorang yang mendengarkan (hadits) dari kami, kemudian menyampaikannya.” (Hadits Shahih, H.R. Ahmad, Abu Dawud)

Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali hafidzahullah berkata : “Hadits ini adalah Shahih, diriwayatkan oleh : Imam Ahmad dalam Musnad 5/183, Imam Abu Dawud dalam As Sunan 3/322, Imam Tirmidzi dalam As Sunan 5/33, Imam Ibnu Majah dalam As Sunan 1/84, Imam Ad Darimi dalam As Sunan 1/86, Imam Ibnu Abi Ashim dalam As Sunan 1/45, Ibnul Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil Ilmi wa Fabhilihi 1/38-39, lihat As Shahihah oleh Al ‘Alamah Al Albani (404) yang diriwayatkan dari banyak jalan sampai kepada Zaid bin Tsabit, Jubair bin Muth’im dan Abdullah Bin Mas’ud Radhiallahu 'Anhu”

Hadits ini dinukil oleh Beliau (Syaikh Rabi’) dalam kitab kecil yang berjudul Makanatu Ahlil Hadits (Kedudukan Ahli Hadits), yaitu ketika menukil ucapan Imam besar Abu Bakar Ahmad bin Ali Al Khatib Al Baghdadi (wafat 463 H) dari kitabnya Syarafu Ashabil Hadits yang artinya “Kemuliaan Ashabul Hadits.” Dalam kitab tersebut, beliau menjelaskan kemuliaan dan ketinggian derajat Ahlul Hadits. Demikian pula beliau juga menjelaskan jasa-jasa mereka dan usaha mereka dalam membela Dien ini, serta menjaganya dari berbagai macam bid’ah. Diantara pujian beliau kepada mereka, beliau mengatakan : “Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan golongannya (Ahlul Hadits) sebagai tonggak syariat. Melalui usaha mereka, Dia (Allah) menghancurkan setiap keburukan bid’ah. Merekalah kepercayaan Allah Subhanahu wa Ta'ala diantara makhluk-makhluk-Nya, sebagai perantara antara Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan umatnya. Dan merekalah yang bersungguh-sungguh dalam menjaga millah (Dien)-Nya. Cahaya mereka terang, keutamaan mereka merata, tanda-tanda mereka jelas, madzhab mereka unggul, hujjah mereka tegas… .”

Setelah mengutip hadits di atas, Al Khatib rahimahullah menukil ucapan Sufyan Bin Uyainah rahimahullah dengan sanadnya bahwa dia mengatakan : “Tidak seorangpun mencari hadits (mempelajari hadits) kecuali pada mukanya ada kecerahan karena ucapan Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam : (Kemudian menyebutkan hadits di atas). Kemudian, setelah meriwayatkan hadits-hadits tentang wasiat Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam untuk memuliakan Ashabul Hadits, Beliau meriwayatkan hadits berikut :

“Islam dimulai dengan keasingan dan akan kembali asing, maka berbahagialah orang-orang yang (dianggap) asing.” (H.R. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnul Majah)

Syaikh Rabi’ berkata : “Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya 1/130, Imam Ahmad dalam Musnad-nya 1/398, Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya 5/19, Imam Ibnu Majah dalam Sunnah-nya 2/1319, dan Imam Ad Darimi dalam Sunan-nya 2/402.”
Setelah meriwayatkan hadits ini, Al Khatib menukil ucapan Abdan rahimahullah dari Abu Hurairah dan Ibnu Mas’ud Radhiallahu 'Anhu : “Mereka adalah Ashabulhadits yang pertama.” Kemudian meriwayatkan hadits :

“Umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh sekian firqah, semuanya dalam neraka kecuali satu.”

Syaikh Rabi’ berkata : “Hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad 2/332. Imam Abu Dawud dalam Sunan 4/197, dan Hakim dalam Al Mustadrak 1/128. Lihat Ash Shahihah oleh Syaikh kita Al ‘Alamah Al Albani (203).”

Beliau (Al Khatib) kemudian mengucapkan dengan sanadnya sampai ke Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah bahwa dia berkata : “Tentang golongan yang selamat, kalau mereka bukan Ahlul Hadits, saya tidak tahu siapa mereka.” (Hal. 13, Syaraful Ashhabil Hadits oleh Al Khatib). Kemudian Syaikh Al Khatib menyebutkan hadits tentang Thaifah yang selalu tegak dengan kebenaran :

“Akan tetap ada sekelompok dari umatku di atas kebenaran. Tidak merugikan mereka orang-orang yang mengacuhkan (membiarkan, tidak menolong) mereka sampai datangnya hari kiamat.” (H.R. Muslim, Ahmad, Abu Dawud)

Syaikh Rabi’ berkata : “Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya 3/1523, Imam Ahmad dalam Musnad 5/278-279, Imam Abu Dawud dalam Sunan 4/420, Imam Ibnu Majah dalam Sunan 1/4-5, Hakim dalam Mustadrak 4/449-450, Thabrani dalam Mu’jamul kabir 76643, dan Ath Thayalisi dalam Musnad halaman 94 no.689. lihat Ash Shahihah oleh Al ‘Alamah Al Abani 270-1955.”

Kemudian berkata (Al Khatib Al Baghdadi) : Yazid bin Harun berkata : “Kalau mereka bukan Ashabul Hadits, aku tidak tahu siapa mereka.” Setelah itu beliau meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Abdullah bin Mubarak, dia berkata : “Mereka menurutku adalah Ashabul Hadits.” Kemudian meriwayatkan juga dengan sanadnya dari Imam Ahmad bin Sinan dan Ali Ibnul Madini bahwa mereka berkata : “Sesungguhnya mereka adalah Ashabul Hadits, Ahli Ilmu dan Atsar” (Hal. 14 - 15)

Demikianlah para ulama mengatakan bahwa Firqah Naajiah (golongan yang selamat) yaitu golongan yang selalu tegak dengan kebenaran dan selalu ditolong (Thaifah Manshurah), yaitu orang-orang yang asing(Ghuraba’) di tengah-tengah kaum Muslimin yang sudah tercemar dengan berbagai macam bid’ah dan penyelewengan dari Manhaj As Sunnah dan Ashabul Hadits.

SIAPAKAH ASHABUL HADITS ?

Hadits yang pertama yang kita sebutkan menunjukkan ciri khas Ashabul Hadits, yaitu mendengarkan Hadits kemudian menyampaikannya. Dengan demikian, mereka bisa kita katakan sebagai para ulama yang mempelajari Hadits, memahami sanad, meneliti mana yang Shahih mana yang Dha’if, kemudian mengamalkannya dan menyampaikannya. Merekalah pembela As Sunnah, pemelihara Dien dan pewaris Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam serta Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu yang kemudian dibawa Ahlulhadits ini. Seorang ahli fiqih tanpa ilmu hadits adalah Aqlani (rasionalis) dan Ahli tafsir tanpa ilmu hadits adalah ahli takwil.

Imam Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah (wafat 276 H) berkata : “…Adapun Ashabul Hadits, sesunggguhnya mereka mencari kebenaran dari sisi yang benar dan mengikutinya dari tempatnya.

Mereka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mengikuti sunnah Rasul Shalallahu 'Alaihi wa Sallam serta mencari jejak-jejak dan berita-beritanya (Hadits), baik itu di darat dan di laut, di Barat maupun di Timur. Salah seorang dari mereka bahkan mengadakan perjalanan jauh dengan berjalan kaki hanya untuk mencari berita atau satu hadits, agar dia mengambilnya langsung dari penukilnya (secara dialog langsung). Mereka terus membahas dan menyaring berita-berita (riwayat-riwayat) tersebut sampai mereka memahami mana yang shahih dan mana yang lemah, yang nasikh dan yang manshuk, dan mengetahui dari kalangan fuqaha’ yang menyelisihi berita-berita tersebut dengan pendapatnya (ra’yu-nya), lalu memperingatkan mereka. Dengan demikian, Al Haq yang tadinya redup kembali bercahaya, yang tadinya kusam menjadi cerah, yang tadinya bercerai berai menjadi terkumpul.

Demikian pula orang-orang yang tadinya menjauh dari sunnah, menjadi terikat dengannya, yang tadinya lalai menjadi ingat kepadanya, dan yang dulunya berhukum dengan ucapan fulan bin fulan menjadi berhukum dengan ucapan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam ” (Ta’wil Mukhtalafil Hadits dalam Muqaddimah)

Imam Abu Hatim Muhammad Ibnun Hibban bin Mu’adz bin Ma’bad bin Said At Tamimi (wafat 354 H) berkata : “…Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memilih sekelompok manusia dari kalangan pengikut jalan yang baik dalam mengikuti sunnah dan atsar untuk memberi petunjuk kepada mereka agar selaalu taat kepada-Nya.

Allah indahkan hati-hati mereka dan memberikan pada lisan-lisan mereka Al Bayan (keterangan), yaitu mereka yang menyingkap rambu-rambu Dien-Nya, mengikuti sunnah-sunnah Rasul-Nya dengan menelusuri jalan-jalan yang panjang, meningggalkan keluarga dan negerinya, untuk mengumpulkan sunnah-sunnah dan menolak hawa nafsu (bid’ah). Mereka mendalami sunnah dengan menjauhi ra’yu….”. Pada akhirnya beliau mengatakan : “Hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala memelihara Dien ini lewat mereka untuk kaum Muslimin dan melindunginya dari rongrongan para pencela. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan mereka sebagai imam-imam (panutan-panutan) yang mendapatkan petunjuk di saat terjadi perselisihan dan menjadikan mereka sebagai pelita malam di saat terjadi fitnah. Maka merekalah pewaris-pewaris para Nabi dan orang-orang pilihan….” (Al Ihsan 1/20-23)

Imam Abu Muhammad Al Hasan Ibnu Abdurrahman bin Khalad Ar Ramhurmuzi (wafat 360 H) berkata : “Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuliakan Hadits dan memuliakan golongannya (Ahlul Hadits). Allah Subhanahu wa Ta'ala juga meninggikan kedudukannya dan hukumnya di atas seluruh aliran. Didahulukannya dia (Hadits) diatas semua ilmu serta diangkatnya nama-nama para pembawanya yang memperhatikannya. Maka jadilah mereka (Ahlul Hadits) inti agama dan tempat bercahayanya hujjah. Bagaimana mereka tidak mendapatkan keutamaan dan tidak berhak mendapatkan kedudukan yang tinggi, sedangkan mereka adalah penjaga-penjaga Dien ini atas umatnya…” (Al Muhadditsul Fashil 1-4).

Imam Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah Al Hakim An Nisaburi (wafat 405 H) berkata setelah meriwayatkan dengan sanadnya dua ucapan tentang Ahlul Hadits (yang artinya) : Umar bin Hafs bin Ghayyats berkata : Aku mendengar ayahku ketika dikatakan kepadanya : “Tidaklah engkau melihat Ashabul Hadits dan apa yang ada pada mereka ?” Dia berkata : “Mereka sebaik-baik penduduk bumi” dan riwayat dari Abu bakarbin Ayyash : “Sungguh aku berharap Ahli Hadits adalah sebaik-baik manusia. “ kemudian beliau (Abu Abdullah Al Hakim) berkata : “Keduanya telah benar bahwa Ashabul Hadits adalah sebaik baik manusia. Bagaimana tidak demikian? Mereka telah mengorbankan dunia seluruhnya di belakang mereka . Kemudian menjadikan penulisan sebagai makanan mereka, penelitian sebagai hidangan mereka, mengulang-ulang sebagai istirahat mereka….” Dan akhirnya beliau mengatakan : “Maka akal-akal mereka dipenuhi dengan kelezatan kepada sunnah. Hati-hati mereka diramaikan dengan keridhaan dalam berbagai keadaan. Kebahagiaan mereka adalah mempelajari sunnah. Hobi mereka adalah majelis-majelis ilmu. Saudara mereka adalah seluruh Ahlus Sunnah dan musuh mereka adalah seluruh Ahlul Ilhad dan Ahlul Bid’ah.” (Ma’rifatu Ulumul Hadits 1-4)

Berkata Syaikh Rabi bin Hadi Al Madkhali tentang Ashabul Hadits : “Mereka adalah orang-orang yang menjalani manhaj para sahabat dan tabi’in, yang mengikuti mereka dengan ihsan dalam berpegang dalam kitab dan sunnah, dan menggigit keduanya dengan geraham meerka, mendahulukan keduanya da atas semua ucapan dan petunjuk, apakah itu dalam masalah aqidah, ibadah, muamalah, akhlak, politik, ataukah sosial.

Oleh sebab itu , mereka adalah orang-orang yang mantap dalam dasar-dasar dan cabang-cabang Dien ini, sesuai dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan dan wahyukan kepada Rasul-Nya Shalallahu 'Alaihi wa Sallam

Mereka tegak dalam dakwah, mengajak kepada yang demikian dengan sungguh-sungguh dan jujur dengan tekad yang kuat. Merekalah pembawa-pembawa ilmu Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan membersihkannya dari penyelewengan orang-orang yang melampaui batas, dari kedustaan orang-orang yang bathil dan dari takwilnya orang-orang yang bodoh . Oleh karena itu mereka selalu mengintai, memperhatikan setiap firqah-firqah yang menyeleweng dari manhaj Islam seperti Jahmiyyah, Mu’tazilah, Khawarij, Rafidhah, Murji’ah, Qadariyyah, dan setiap firqaah yang menyempal dari manhaj Allah di setiap jaman dan setiap tempat. Mereka tidak peduli dengan celaan orang-orang yang mencela….”

Beliau pun akhirnya menyebut mereka dengan sebutan golongan yang selamat (Firqatun Naajiah) yang selalu tegak dengan kebenaran dan selalu ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala (Thaifah Manshurah) kemudian berkata : “Mereka setelah sahabat Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dengan pimpinan mereka, Al Khulafaur Rasyidin, adalah para tabi’in. Diantara tokoh-tokoh mereka adalah :
• Sa’id bin Musayyab (wafat setelah 90 H)
• Urwah bin Zubair(wafat 94 H)
• Ali bin Husain Zainal Abidin (wafat93 H)
• Muhammad Ibnuul Hanafiyyah (wafat80 H0
• Ubaidillah bin Abdullah bin Umar (wafat 106 H)
• Al Qasim bin Muhammad bin Muhammad bin abu bakar Ash Shiddiq (wafat 106 H)
• Al Hasan Al Bashri (wafat 110 h)
• Muhammad bin Sirrin (wafat 110 H)
• Umar bin Abdul Aziz (wafat 101 H0
• Muhammad bin Syihab Az Zuhri (wafat 125 H) dan lain lain

Kemudian diantara tabi’ut tabi’in (pengikut tabi’in) tokoh-tokoh mereka adalah :
• Imam Malik (wafat 179 H)
• Al Auza’i (wafat 198 H)
• Sufyan Ats Tsauri (wafat 161 H)
• Sufyan bin Uyainah (wafat198 H)
• Ismail bin Ulayyah (wafat 198 H)
• Al Laits bin Sa’d (wafat 175 H)
• Abu Hanifah An Nu’man (wafat 150 H) dan lain-lain.

Setelah tabiut tabi’in adalah pengikut mereka, diantaranya :
• Abdullah ibnu mubarak (wafat 181 H)
• Waqi’ bin Jarrah (wafat 197 H)
• Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i (wafat 204 H)
• Abdurrahman bin Mahdi (198 H)
• Yahya bin Said Al Qattan (wafat 198 H)
• Affan bin Muslim (wafat 219 H) dan lain-lain.

Kemudian pengikut mereka yang menjalani manhaj mereka diantaranya :
• Imam Ahmad bin Hambal (wafat 241 H)
• Yahya bin Main (wafat 233 H)
• Ali Ibnul Madini (wafat 234 H), dan lain-lain.

Kemudian murid-murid mereka seperti :
• Al Bukhari (wafat 256 H)
• Muslim (wafat 261 H)
• Abu Hatim (wafat 277 H)
• Abu Zur’ah (wafat 264 H)
• Abu Dawud (wafat 275 H)
• At Tirmidzi (wafat 279 H)
• An Nasa’I (wafat 303 H), dan lain-lain.

Setelah itu orang-orang generasi berikutnya yang berjalan di jalan mereka adalah :
• Ibnu Jarir At Thabari (wafat 310 H)
• Ibnul Khuzaimah (wafat 311 H)
• Ad Daruquthni (wafat 385 H)
• Ibnul Abdil Barr (wafat 463 H)
• Abdul Ghani Al Maqdisi sdan Ibnul Qudamah (wafat 620 H)
• Ibnu Shalih (wafat 743 H)
• Ibnu Taimiyyah (wafat 728 H)
• Al Muzzi (wafat 743 H)
• Adz Dzahabi (wafat 748 H)
• Ibnu Katsir (wafat 774 H)


Dan ulama yang seangkatan di zaman mereka.

Kemudian yang setelahnya yang mengikuti jejak mereka dalam berpegang dengan kitab dan sunnah sampai hari ini. Mereka itulah yang kita sebut dengan Ashabul Hadits.

PEMBELAAN MEREKA TERHADAP AQIDAH

Sebagaimana telah disebutkan di atas, mereka adalah pembawa ilmu dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam Mereka membelanya dan membersihkannya dari penyelewengan, kedustaan dan takwil-takwil ahli bid’ah.

Maka, ketika muncul ahli bid’ah yang pertama, yaitu Khawarij, Ali dan para Sahabat radhiallahu anhum bangkit membantah mereka, kemudian memerangi mereka dan mengambil dari Rasululah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam riwayat-riwayat yang menyuruh unntuk membunuh mereka dan mengkhabarkan bahwa membunuh mereka adalah sebaik-baik pendekatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (Lihat Mawaqifush Shahabah fi Fitnah Bab 3 Juz 2 hal 191 oleh Dr. Muhammad Ahmazun)

Ketika Syiah muncul, Ali Radhiallahu 'Anhu mencambuk orang-orang yang mengatakan dirinya lebih baik daripada Abu Bakar dan Umar dengan delapan puluh kali cambukan. Dan orang-orang ekstrim di kalangan mereka yang mengangkat Ali Radhiallahu 'Anhu sampai kepada tingkatan Uluhiyyah (ketuhanan), dibakar deengan api. (Lihat Fatawa Syaikhul Islam)

Demikian pula ketika sampai kepada Abdullah bin Umar Radhiallahu 'Anhu berita tentang suatu kaum yamg menafikan (menolak) takdir dan mengatakan bahwa menurut mereka perkara ini terjadi begitu saja (kebetulan), beliau mengatakan kepada pembawa berita tersebut : “Jika engkau bertemu mereka, khabarkanlah pada mereka bahwa aku berlepas diri (bara’) dari meerka dan mereka berlepas diri dariku ! Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalau salah seorang mereka memiliki emas segunung uhud, kemudian diinfaqkan di jalan Allah, Allah tidak akan menerima daripadanya sampai dia beriman dedngan taqdir baik dan buruknya.” (H.R. Muslim 1/36)

Imam Malik pun ketika ditanya tentang orang yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu makhluk, maka beliau berkata : “Dia menurut pendapat adalah kafir, bunuhlah dia !” Juga Ibnul Mubarak, Al Laits bin Sa’ad, Ibnun Uyainah, Hasyim, Ali bin Ashim, Hafs bin Ghayats maupun Waqi bin Jarrah sependapat dengannya. Pendapat yang seperti ini juga diriwayatkan dari Imam Tsauri, Wahab bin Jarir dan Yazid bin Harun. (Mereka semua mengatakan) : Orang-orang itu diminta untuk taubat, kalau tidak mau dipenggal kepala mereka. (Syarah Ushul I’tikad 494, Khalqu Af’alil Ibad hal 25, Asy’ariyah oleh Al Ajuri hal. 79, dan Syarhus Sunnah/ Al Baghawi 1/187)

Rabi’ bin Sulaiman Al Muradi, sahabat Imam Syafi’i, berkata : “Ketika Haf Al Fardi mengajak bicara Imam Syafi’i dan ia mengatakan bahwa Al Qur’an itu makhluk, maka Imam berkata kepadanya : “Engkau telah kafir kepada Allah Yang Maha Agung.”

Imam Malik pernah ditanya tentang bagaimana istiwa’ Allah di atas ‘Arsy-Nya, maka dia mengatakan : “Istiwa’ sudah diketahui (maknanya), sedangkan bagaimananya tidak diketahui. Dan pertanyaan tentang itu adalah bid’ah dan aku tidak melihatmu kecuali Ahli Bid’ah !” Kemudian (orang yang bertanya tentang itu) diperintahkan untuk keluar dan Beliau menegaskan bahwa sesungguhnya Allah itu di langit. Dan beliau pernah mengeluarkan seseorang dari majelisnya karena dia seorang Murji’ah. (Syarah Ushul I’tiqad 664)

Said bin Amir berkata : “Al Jahmiyyah lebih jelek ucapannya daripada Yahudi dan Nashrani dan seluruh penganut agama (samawi), telah sepakat bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala di atas Arsy-Nya, tapi mereka (Al Jahmiyyah) mengatakan tidak ada sesuatu pun di atas Arsy.” (Khalqu Af’alil Ibad Hal. 15)

Ibnul Mubarak berkata : “Kami tidak mengatakan seperti ucapan Jahmiyyah bahwa Dia (Allah) itu di bumi. Tetapi (kami katakan) Allah di atas Arsy-Nya ber-istiwa’.” Ketika ditanyakan kepadanya : “Bagaimana kita mengenali Rabb kita ?” Beliau berkata : “Di atas Arsy…Sesungguhnya kami bisa mengisahkan ucapan Yahudi dan Nashrani, tapi kami tidak mampu untuk mengisahkan ucapan Jahmiyyah.” (Khalqu Af’alil Ibad / Bukhari hal. 15 As Sunnah /Abdullah bin Ahmad bin Hambal 1/111 dan Radd Alal Jahmiyyah / Ad Darimi hal. 21 dan 184)

Imam Bukhari berkata : “Aku telah melihat ucapan Yahudi, Nashara dan Majusi. Tetapi aku tidak melihat yang lebih sesat dalam kekufuran selain mereka (Jahmiyyah) dan sesungguhnya aku menganggap bodoh siapa yang tidak mengkafirkan mereka kecuali yang tidak mengetahui kekufuran mereka.” (Khalqu Af’alil Ibad hal. 19)

Dikeluarkan oleh Baihaqi dengan sanad yang baik dari Al Auza’i bahwa dia berkata : “Kami dan seluruh tabi’in mengatakan bahwa sesungguhnya Allah di atas Arsy-Nya dan kami beriman dengan sifat-sifat yang diriwayatkan dalam sunnah.” Abul Qasim menyebutkan sanadnya sampai ke Muhammad bin Hasan Asy Syaibani bahwa dia berkata : “Seluruh fuqaha’ (ulama) di timur dan di barat telah sepakat atas keimanan kepada Al Qur’an dan Al Hadits yang dibawa oleh rawi-rawi yang tsiqqah (terpecaya) dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tentang sifat-sifat Rabb Subhanahu wa Ta'ala tanpa tasybih (penyerupaan) dan tanpa tafsir (takwil). Barangsiapa menafsirkan sesuatu daripadanya dan mengucapkan seperti ucapan Jahm (bin Sofyan), maka dia telah keluar dari apa yamg ada di atasnya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, dan dia telah memisahkan diri dari Al Jama’ah karena telah mensifati Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sifat yang tidak ada.” (Syarah Usul I’tiqad ahlus Sunnah 740)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Manaqib Syafi’i dari Yunus bin Abdul A’la : Aku mendengar Imam Syafi’i berkata : “Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang tidak seorangpun bisa menolaknya. Barangsiapa yang menyelisihinya setelah tetap (jelas) baginya hujjah, maka dia telah kafir. Adapun jika (menyelisihinya ) sebelum tegaknya hujjah, maka dia dimaklumi karena bodoh. Karena ilmu tentangnya tidak bisa dicapai dengan akal dan mimpi. Tidak pula dengan pemikiran. Oleh sebab itu, kami menetapkan sifat-sifat ini dan menafikkan tasybih sebagaimana Allah menafikkan dari dirinya sendiri.” (Lihat Fathul Bari 13/406-407)

Abu Isa Muhammad bin Isa At Tirmidzi berkata setelah meriwayatkan hadits tentang Allah menerima sedekah dengan tangan kanannya (muttafaqun alaih), katanya : “Tidak hanya satu dari Ahli Ilmu (ulama) yang telah berkata tentang hadits ini dan yang mirip dengan ini dari riwayat-riwayat tentang sifat-sifat Allah seperti turunnya Allah Subhanahu wa Ta'ala setiap malam ke langit dunia. Mereka semua mengatakan : Telah tetap riwayat-riwayat tentangnya , diimani dengannya , tidak menduga-duga dan tidak mengatakan “bagaimana”. Demikian pula ucapan seluruh Ahli Ilmu dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.”

Demikianlah contoh ucapan-ucapan mereka dalam menjaga dan membela aqidah ini yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah. Al Khatib Al Baghdadi rahimahullah menukil dari Abu Hatim dari Abdullah bin Dawud Al Khuraibi bahwa Ashabul Hadits dan pembawa-pembawa ilmu adalah kepercayaan Allah atas Dien-Nya dan penjaga-penjaga atas sunnah Nabi-Nya, selama mereka berilmu dan beramal. Ditegaskan oleh Imam Ats Tsauri Rahimahullah : “Malaikat adalah penjaga-penjaga langit dan Ashabul Hadits adalah penjaga-penjaga dunia.” Ibnu Zura’i juga mengatakan : “Setiap Dien memiliki pasukan berkuda. Maka pasukan berkuda dalam Dien ini adalah Ashabul Asanid (Ashabul Hadits).” Mereka memang benar. Ashabul Hadits adalah pasukan inti dalam Dien ini. Mereka membela dan menjaga Dien dari penyelewengan, kesesatan dan kedustaan orang-orang munafiqin dan Ahlul Bid’ah. Hampir semua Ashabul Hadits menulis kitab-kitab Ahlus Sunnah serta membantah aqidah dan pemahaman-pemahaman bid’ah yang dan sesat, baik itu fuqaha’ (ahli fikih) mereka, mufassir (ahli tafsir) mereka maupun seluruh ulama-ulama dari kalangan mereka (Ahlul Hadits). Semoga Allah memberi pahala bagi mereka dengan amalan-amalan mereka, dan memberi pahala atas usaha mereka yang sampai hari ini dirasakan manfaatnya oleh kaum Muslimin dengan ilmu-ilmu yang mereka tulis, riwayat-riwayat yang mereka kumpulkan dan hadits-hadits yang mereka periksa.
Akhirnya, marilah kita simak perkataan Imam Syafi’i rahimahullah ini : “Jika aku melihat seseorang dari Ashabul Hadits, maka seakan-akan aku melihat Nabi hidup kembali.” (Syaraf Ashabul Hadits hal. 26)

Wahai Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang lebih dulu beriman daripada kami. Dan janganlah Engkau jadikan di hati kami kebencian atau kedengkian kepada mereka. Wahai Rabb kami, sesunggguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.


Imam Abu Bakar Ibnu Abi Syaibah -rahimahulloh-
Ditulis Oleh: Ustadz Muhammad Ali Ismah


Nama, Kunyah, dan Kelahiran Beliau

Beliau bernama Abdulloh bin Muhammad bin Al Qodli Abu Syaibah Ibrahim bin Utsman bin Kuwasta. Beliau seorang Imam yang alim, pemimpin para hafidh, penulis kitab-kitab besar seperti Al Musnad, Al Mushanaf dan At Tafsir. Kunyahnya Abu Bakr Al Absi lahir tahun 159 H.

Saudara beliau, Utsman bin Abi Syaibah dan Al Qosim bin Abi Syaibah Adl-Dla’if. Al Hafidz Ibrohim bin abi bakr adalah anak beliau. Al Hafidz ABu Ja’far Muhammad bin Utsman adalah kemenakan beliau. mereka semua adalah perbendaharaan ilmu. Abu bakar yang paling terhormat di kalanagn mereka.

beliau termasuk aqron (yang berdekatan secara umur dan isnad) Imam Ahmad, Ishaq bin rahawaih, Ali bin Al Madini dari sisi umur, kelahiran dan hapalan. Yahya bin Ma’in adlah yang paling tua beberapa tahun dari mereka.
Beliau menuntut ilmu sejak masih kecil. Guru beliau yang paling tua adalah Syarik bin Abdulloh Al Qodli.

Murid-Murid Beliau
Bayak sekali murid-murid beliau yang mendengar hadits dari beliau, diantaranya :

1. Abul Ahwash Sallam bin Sulaim
2. Abdus Salam bin Harb
3. Abdulloh bin Al Mubarok
4. Jarir bin Abdil Hamid
5. Abul Kholid Al Ahmar
6. Sufyan bin ‘Uyainah
7. Ali bin Musfir
8. Ibad bin Al ‘Awwam
9. Abdulloh bin Idris
10. Khalaf bin Khalifah
11. Abdul Aziz bin Abdus Shomad Al ‘Ammiyi
12. Ali bin Hasyim bin Al Barid
13. Umar bin Ubaid Ath Thanafisi dan saudaranya; Umar dan Ya’la
14. Husyaim bin Basyir
15. Abdul ‘Ala bin Abdil ‘Ala
16. Waki’ bin Al Jarrah
17. Yahya Al Qothon
18. Isma’il bin Iyasy
19. Abdurrahim bin Sulaiman
20. Abu Muawiyah
21. Yazid bin Al Miqdam
22. Marhum Al Athar dan lainnya di Irak dan Hijaz

Imam Abu Bakar bin Abi Syaibah -rahimahullah- adalah lautan ilmu dan dijadikan contoh dalam kekuatan hapalan. Diantara yang meriwayatkan hadist dari beliau adalah As Syaikhan (Al Bukhori dan Muslim), Abu Daud, Ibnu Majah, An Nasai’ dan para rekan beliau. Namun Turmudzi tiak meriwayatkand ri jami’nya. Demikian pula Muhamamd bin Sa’d Al Khaotib, Muhammad bin Yahya, Ahmad bin hambal, Abu Zur’ah, Abu Bakr bin Abu Ashim, Baqiyu bin Makhlad, Muhammad bin Wadlah-seorang muhadits dari negeri andalus- Al Hasan bin Syufyan, Abu Ya’la Al Mushuli, ja’far al Firyani, Ahmad bin Al Hasan, Hamid bin Syu’aib, Shalih jazarah, Al Haitsam bin Kholaf Ad Duri, Ubaid bin Ghanam, Muhammad bin abdus siroj, Al Baghandi, Yusuf bin Yaqub An Naisaburi, Abdan, Abul Qosim Al Baghawi dan lainya.

Komentar Ulama tentang Beliau.

Yahya bin Abdul Hamid Al Himami mengatakan,’Anak-anak Ibnu abi syaibah adalah para ulama. Mereka berdesak-deskan dengan kami ketika belajar dari setiap muhadits.”

imam Ahmad bin Hambal berkata,” Abu Bakr seorang yang sangat jujur (shoduq) dan lebih aku sukai daripada saudaranya, utsman.”

Imam Ahmad bin Abdulloh Al ‘Ijli mengatakan,”Abu bakar seorang yang sangat tsiqoh (terpercaya), ia juga seorang hafidzh (penghafal) hadits.”

Amr bin Ali Al Fallas mengatakan,”Aku belum pernah melihat orang yang kuat hapalannya dibandingkan Abu bakr bin Abi Syaibah. Dia datang kepada kami bersama Ali Al Madini, kemudian membacakan 400 hadits dengan cepat dan hapal di hadapan Syaibani, kemudian berdiri pergi.”

Imam Abu Ubaid mengatakan,” Hadits terhenti (habis) pada empat orang yaitu Abu bakar bin Abi Syaibah yang paling cepat mengambil, Ahmad bin hambal yang paling paham, Yahya bin Ma’in yang paling banyak mengumpulkan dan Ali Al Madini yang paling alim.”

Muhammad bin Umar bin ‘Ala Al Jurjani mengatakan,” Aku bertanya kepada Ibnu abi Syaibah ketika aku bersamanya di Jabbanah,’ Wahai Abu bakr, ketika engkau belajar dari Syarik, engaku masih berumur berapa? Beliau berkata,” ketika itu aku masih berumur 14 tahun, dan ketika itu aku hapal hadits daripada hari ini.”

‘Abdan Al Ahwazi, berkata” Abu Bakr duduk di sebuah tiang,sedang saudara beliau, Masybudanah, Abdulloh bin Al Barrad dan alin semuanya dia kecuali Abu Bakr, dia berbicara. Tiang ini, kata Ibnu Adi, adalah tiang yang biasa di duduki Ibnu Uqdah. Ibnu Uqdah pernah berkata kepadaku,” Inilah tiang tempat Ibnu Ma’ud -Rodliallohu anhu- mengajar, kemudian digantikan oleh Al Qomah, kemudian oleh Ibrohim, Manshur, Sufyan Ats Tsauri. Waki’ Ibnu Abi Syaibah dan setelah beliau Muthayin, kemudian Ibnu Sa’id.”

Shaleh bin Muhammad Al Hafidz Jarrah mengatakan,” Orang yang pernah aku jumpai yang paling tahu tentang hadits dan illat-illat (penyakit-penyakit)nya adalah Ali Al Madini dan yang paling tahu tentang tashhif (perubahan lafadz baik secara bacaan, titik, maupun huruf dan lainnya) para syaikh adalah Yahya Ibnu Ma’in serat yang paling hafal diantara mereka ketika mudzakaroh ( berdialog) adalah Abu Bakr Ibnu Abi Syaibah.”

Al Hafidz Abul Abbas bin Uqdah berkata bahwa ia mendengar Abdurrahman bin Khirasy mengatakan bahwa Abu Zur’ah pernah menyebutkan,” AKu tidak pernah melihat orang yang lebh hafal daripada Abu Bakr Ibnu Abi Syaibah.”Maka Abdurrahman bin Khirasy pun berkata,”Hai Abu Zur’ah, bagaimana dengan teman-teman kami dari Baghdad?”, Beliau berkata,” Tinggalkan teman-temanmu, mereka adalah orang-orang yang gersang. aku belum pernah melihat orang yang lebih kuat hafalannya dari pada Ibnu Abi Syaibah.”

Al Khatib bekata,”Abu Bakr adalah seorang yang mutqin (kuat hafalan) lagi hafidh, Beliau menulis Al Musnad, Al Ahkam dan At Tafsir. Dan Beliau juga menyampaikan hadits di Baghdad bersama kedua saudaranya , yaitu Al Qoshim dan Utsman.”

Pada tahun 234H, kata Ibrahim Nafthawaih, Al Mutawakil membuat cemas para fuqoha dan muhaddits. Dikalangan mereka ada Mush’ab bin Abdillah Az Zubairi, Ishaq bin Abi Isma’il, Ibrahim bin Abdillah Al Harawi, Abu Bakr dan Utsman anak Abi Syaibah, keduanya termasuk para huffadh. Kemudian mereka diberi surat tugas. Lalu Al Mutawakil menyuruh mereka untuk menyampaikan hadits-hadits yang mengandung bantahan terhadap kaum mu’tazilah dan Jahmiyyah. Majelis Utsaman ada di kota Manshur yang berkumpul menuntut ilmu darinya sekitar 30 ribu orang. Sedangkan Abu Bakr di Masjid Ar Rushafah dan dia telah terkenal daripada saudaranya, utsman. Muridnya mencapai 30 ribu orang pula.

Abu Bakr Ibnu Abi Syaibah -rahimahullah- adalah orang yang kuat jiwanya, Bila dia menjumpai sebuah hadits yang Yahya bin Ma’in tafarrada (menyendiri dalam meriwayatkannya) dari Hafsh bin Ghiyats, dia akan berkata dan mengingkarinya,” Darimana dia mendapatkan hadits ini ? ini buku Hafsh, tidak ada hadits itu di dalamnya.”

Imam Ad Daruwardi berkata,” Abu Bakr adalah seorang hafidh, sulit dicari tandingannya, kokoh dalam redaksi hadits.

Ibnu Hajar berkata,”Dia seorang Kufi yang tsiqoh lagi hafidh. Dia memiliki banyak tulisan/karangan.”

Ibnu Qoni’ berkata,” Dia Tsiqoh.”

Adz Dzahabi, berkata” Abu Bakr termasuk orang yang melompati jembatan, dan kepadanya berakhir pada ketsiqohan.”

Karya tulisan Beliau

1. Al Mushanaf
2. At Tarikh, Kitab ini ada di Berlin denngan nomor perpustakaan 9409
3. Kitabul Iman
4. Kitabul Adab
5. Tafsir Ibnu Abi Syaibah
6. Kitabul Akhkam
7. Kitab Tsawabul Qur’an
8. Kitabul Jumal
9. Kitab Ar Radd ‘Ala Man Radda ‘Ala Abi Hanifah
10. Kitabul Futuh
11. Al Musnad
Wafat Beliau
Beliau wafat, kata Imam Bukhori, pada Muharram tahun 235H. Dan Al Khatib Al Baghdadi menambahkan dengan wafat di waktu Isya’ yang akhir.

Semoga kita bisa mengikuti jalan beliau, memahami agama ini dari sumber yang bersih bebas dari kotoran sampah pemikiran merusak yang jauh dari tuntunan pada Salafush Sholeh., Insya Allahu ta’ala.

Rujukan

1. Al Kitab Mushanaf, tahqiq Muhammad Abdus Salam
2. Tanzibul Kamal 16/34-42, tahqiq DR Basyar Awad
3. Taqribut Tahzib, tahqiq Irsyadul Haq
4. Rijal Shahih Buhkori 1/427, Al Kalabadzi, tahqiq Abdulloh Al Laitsi
5. Mizanul I’tidal, Adz Dzahabi, no 4549
6. Rijal Shahih Muslim 1/38-386, Ahmad Al Ashbahani
7. Tahzibut Tahzib no 3695 6/1, tahqiq Musthafa Atha
8. Al Jarhu wat Ta’dil, Ar Razi 5/160 no 737

allohu ta’ala ‘alam





Imam Bukhari -rahimahullah-
Ditulis Oleh: Administrator

Nasab dan Kelahiran Beliau
beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Ja'fi Al Bukhari -rahimahullah- . Lahir pada bulan Syawwal tahun 194 H.
Guru-guru Beliau
Beliau banyak melakukan perjalanan dalam mencari hadits (ilmu) ke seluruh penjuru dunia. Beliau belajar hadits di Khurasan, Al Jibal, Iraq, Hijaz, Syam, Mesir dan lainnya. Diantara guru-gurunya adalah : Makki bin Ibrahim, Abdan bin Utsaman Al Muruzi, Abu 'Ashim Asy Syaibani, Muhammad bin Abdulloh Al Anshori, Muhammad bin Yusuf, Abu Walid Ath Thayalisi, ABdulloh bin Maslamah Al Qa'nabi, Abu Bakar Al Humaidi, Abdullah bin Yusuf, Abul Yaman,Ismail bin abu uwais, Muhammad bin Katsir, Khalid Al Mukhalid, Ali Ibnu Al Madini, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma'in dan masih banyak lagi -rahimakumullah-
Beliau sering pergi ke baghdad dan mengajarkan hadits disana.
Ibadah dan Muamalah Beliau
Bakar Abu Said berkata," Ada seseorang yang membawakan barang dagangan kepada Muhammad bin Ismail (Al Bukhori), dan setelah Isya' berkumpullah beberapa pedagang untuk mengambil dagangan tersebut dengan memberi untuk 5000 dirham. Beliau menyetujui dan berkata kepada merka," Pulanglah kalian malam ini," Pagi harinya datang para pedagang lain yang ingin mengambil dagangan tersbut dengan memberikan keuntungan 10000 dirham, namun beliau menolaknya dan berkata,"Saya sudah meniatkan untuk memberikan barang dagangan ini kepada para pedagang yang telah datang tadi malam, dan saya tidak senang membatalkan niat saya."
Bakar Abu Said juga berkata," Pada suatu hari Muhammad bin Ismail merasa terganggu ketika sedang sholat. Selesai sholat dia berkata kepada para sahabatnya," Lihatlah ini ! apa yang menggangguku di waktu sedang sholat.!",Maka mereka melihatnya, ternyata lalat penyengat telah menyengat sebanyak 17 tempat, akan tetapi dia tidak memutuskan sholatnya. Tatkala para sahabatnya menanyakan mengapa tidak memutuskan sholat sejak awal, dia menjawab," Karena saya sedang sholat, saya lebih suka untuk menyempurnakannya."
Nasj bin Said berkata," Ketika awal malam bulan ramadhan, para sahabat Al Bukhori berkumpul bersamanya. Beliau sholat bersama mereka dengan membaca 20 ayat setiap rakaat. Setiap waktu sahur beliau membaca Al Qur'an lebih dari sepertiganya, dan menghatamkannya selama 3 hari juga pada waktu sahur. Jika pda waktu tersebut beliau tidak menghatamkan, maka beliau sempurnakan/selesaikan pada waktu iftar (bebuka puasa) sambil berdoa."
Muhammad bin Yusuf berkata," Pada suatu malam saya bersama Muhammad bin Ismail Al Bukhori di rumahnya. Saya menghitung dia bangun untuk menyalakan lampu lalu mudzakarah (menelaah) sesuatu ampai 18 kali, dan pada waktu sahur beliau melakukan sholat lain 13 rakaat dengan witir 1 rakaat."
Pujian Ulama kepadanya
Muhammad bin Abu Hatim mendengar Imam Al Bukhori berkata," Tatkala masuk ke kota Bashrah, saya bermajelis dengan Muhammad bin Basyar, ketika keluar majelis, dia melihatku. Dia bertanya kepadaku,"Darimana kamu wahai pemuda?", Maka akupun menjawab," dari penduduk Bukhara.". Bagaimana kamu justru meninggalkan Abu Abdillah Al Bukhori dan tidak belajar kepadanya?," keluhnya. Maka para Sahabat Muhammad bin Basyar berkata kepadanya,"Semoga engkau merahmati engkau. Dialah Abu Abdillah (Al Bukhori ) itu." lantas Muhammad bin Basyar memegang tanganku dan memelukku. Kemudian beliau berkata," Selamat atas kedatangan orang yang besar lagi mulai yang telah kami tunggu sejak dua tahun lalu."
Muhammad bin Ishaq berkata," Saya tidak melihat dibawah kolong langit ini yang lebih alim tentang hadits daripada Muhammad bin Ismail Abu Abdillah."
Abu Ja'far Abdullah bin Muhammad Al Ja'fi berkata," Muhammad bin Ismail dalah seorang imam. maka barangsiapa yang tidak menjadikannya sebagai imam, maka ia pantas untuk dicurigai."
Kedalaman Ilmu Haditsnya
Para ulama dari berbagai negeri seperti Bashrah, Syam, Hjaz, dan Kufah menaruh hormat kepada Al bukhori.
Pernah Imam Al Bukhori datang ke baghdad, dan kedatangannya didengar oleh para Ulama Ahlul Hadits, mereka berkumpul dan bersepakat untuk menguji Imam Bukhori dengan 100 hadits. Mereka membolak-balik matan (isi hadits) dan sanad (para periwayat hadits)nya. dan menyerahkan hadits yang sudah dibolak bailk tersebut kepada 10 orang, sehingga setiap orang mendapat jatah 10 hadits. Ketika hari yang sudah ditentukan untuk bermajelis telah tiba, datanglah para Ahli hadits baik dari Maghrib, Khurasan, Baghdad dan tempat lainnya. tatkala suasana majelis sudah nampak tenang, mulailah salah seorang dari 10 orang tadi menyampaikan hadits yang telah dibolak balikkan itu, dan setiap selesai membacakan satu hadits dia bertanya kepada Imam Al Bukhori tentag hadits tersebut, maka Imam Al Bukhori menjawab," Aku tidak tahu tentang hadits tersebut." lalu dibacakanlah lagi hadits berikutnya dan ditanyakan lagi kepadanya. Dia menjawab lagi "Tidak tahu." demikian sampai 10 hadits. para Ahli hadits yang hadir di majelis saling berpandangan satu sama lain dan berkata," Jawaban al Bukhori itu menunjukkan dia orang yang lemah dan sedikit hafalan serta pemahamannya." lalu mulailah orang kedua, ketiga, kempat sampai selesai 10 orang yang membacakan semua hadits yang dibolak balik tadi sehingga mencapai 100 hadits. dan setiap ditanya tentang hadits yang dibacakan kepadanya, Imam bukhori tetap menjawab," Saya tidak tahu hadits tersebut." Tidak lebih dari itu. Ketika Imam Bukhori mengetahui pembacaan hadits-hadits tersebut telah selesai, maka beliau menghadap kepada orang orang pertama yang membacakan hadits tadi dan berkata," Adapun haditsmu yang pertama seperti itu maka yang benar begini, haditsmu yang kedua begitu, maka yang benar begini dan seterusnya sampai 10 hadits. Beliau mengembalikan matan dan sanad hadits yang telah dibolak balik sebagaimana semula. demikianlah yang diperbuat Imam Al Bukhori kepada 10 orang tersebut. Hingga manusia menetapkan kuatnya hafalan Imam Al Bukhori dan keutamaannya.
Majelis Imam Al Bukhori
Abu Ali Shalih bin Muhammad Al Bagdadi berkata bahwa ketika Muhammad bin Ismail menyampaikan hadits-haditsnya beberapa kali di baghdad, yang hadir pada setiap majelisnya lebih dari 20.000 orang. Perkataan serupa juga disampaikan Muhammad bin Yusuf.
Al Bukhori berkunjung ke Bashrah, dan berada di dalam Masjid jami', tatkala ada orang yang mengetahuinya, maka dia umumkan kedatangannya kepada penduduk Bashrah, mereka meminta kepadanya untuk membuah sebuah majelis ilmu. maka berkumpullah para penuntut ilmu termasuk orang-orang tua, para ahli fiqih, ahli hadits para huffazh hingga berjumlah ribuan orang, sehingga keluar ungkapan," Telah hadir pada hari ini Sayyidul fuqoha' (penghulu para ahli fiqih).
Hikmah
Abu Sa'id Bakar bin Munir berkata bahwa Al Amir (penguasa) Khalid bin AHmad Adz Dzuhli mengirim utusan ke Bukhara kepada Muhammad bin Ismail agar mengajarkan kitab jami', At tarikh dan seterusnya (secara privat), Maka Muhammad bin Ismail berkata kepada utusan tersebut,"Sesungguhnya kami tidak merendahkan ilmu, dan tidak mengajarkan kerumah-rumah. Jika engkau membutuhkan ilmu tersebut maka datanglah ke masjid saya atau rumah saya, jika tidak, engkau dalah penguasa, mampu melarang saya untuk bermajelis, sehingga saya memiliki udzur di hadapan Alloh Azza wa Jalla pada hari kiamat. Karena saya tidak akan menyembunyikan ilmu, sebab Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda," barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lantas dia menyembunyikannya maka dia akan dikekang dengan tali kekang dari neraka."

Imam Bukhori berkata," gerakan, suuara dan tulisan mereka adalah makhluq, adapaun Al Qur'an yang dibaca, yang tetap dalam mushaf yang tertulis dan yang terjaga (dihafal) dalam hati, maka itu adalah kalam Allah dan bukan makhluq, Alloh Azza wa Jalla berfirman," Sebenarnya, Al Qur'an adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang berilmu," [QS Al Ankabut 49]
Ibrahim bin Muhammad setelah penyelenggaraan jenazah Muhammad bin ismail berkata bahwa Shahibul Qishar kemarin bertanya kepada Muhammad bin Ismail," Wahai Abu Abdillah, apa yang engkau katakan tentang Al Qur'an?' Beliau menjawab," Al Quran adalah kalamulloh bukan makhluq" Kemudian aku (Ibrahim bin Muhammad ) berkata," Manusia menyangka engkau mengatakan apa-apa yang terdapat dalam mushaf itu bukan Al Qur'an ! dan ayat-ayat yang berada di dalam dada-dada manusia juga bukan Al Qur'an." Maka beliau menjawab," Astaghfirrullah, engkau bersaksi terhadap sesuatu yang tidak kau dengar dariku. Maka aku katakan sebagaiman firman Alloh Azza wa Jalla ," Demi Thur dan demi kitab yang tertulis." [QS Ath Thur 1-2]
Wafat beliau
Abdul Wahin bin Adam berkata," Saya melihat Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam didalam mimpi bersama para sahabatnya. beliau berhenti/berdiri pada suatu tempat. Aku mengucapkan salam kepada beliau dan beliaupun menjawab salamnya. Aku bertanya," Mengapa berhenti disini wahai Rosululloh?." Beliau menjawab," Aku menunggu Muhammad bin Ismail Al Bukhori." , Setelah beberapa hari maka datanglah kabar tentang kematian Imam Al Bukhari, dan tatkala saya perhatikan waktu kematian beliau, ternyata tepat saat aku bermimpi bertemu dengan Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam .
Abul Hasan bin Salim berkata," Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhari meninggal pada malam sabtu malam idul fitri tahun 256 H."
Yahya bin Ja'far berkata," Seandainya saya mampu untuk menambah usia Muhammad bin Ismail Al Bukhori, maka akan saya lakukan. Karena kematianku adalah kematian seorang biasa, namun kematian Al Bukhori adalah hilangnya ilmu."
maraji:
Tarikh Al Baghdad, karya Al Khatib Al baghdadi
Siyar A'lam An Nubala kaya Imam Adz Dzahabi
ditulis kembali dari Al Fatawa vol 06/thII/1425 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar