Kamis, 03 November 2011

BAB V MEMBANGUN BUDAYA SEKOLAH

Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011􀀃 􀀃 􀀃 􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃
􀀃
63
BAB V
MEMBANGUN BUDAYA SEKOLAH
A. Keterlibatan Semua Warga Sekolah dalam Pembelajaran yang Berkarakter
TPengembangan nilai-nilai dalam pendidikan karakter melalui budaya sekolah
mencakup semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah.
TBudaya sekolahT adalah suasana kehidupan sekolah tempat antar anggota masyarakat sekolah
saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi meliputi antara peserta didik berinteraksi dengan
sesamanya, kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa, konselor
dengan siswa dan sesamanya, pegawai administrasi dengan dengan siswa, guru dan sesamanya.
Interaksi tersebut terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku
di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin,
kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, tanggung jawab dan rasa memiliki
merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah.
Proses pendidikan karakter melibatkan siswa secara aktif dalam semua kegiatan
keseharian di sekolah. Dalam kaitan ini, kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependikan
diharapkan mampu menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang
ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan
dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.
Dalam pendidikan karekater, proses pembelajaran di kelas tidak terlepas dari berbagai
kegiatan lain di luar kelas atau bahkan di luar sekolah. Di dalam kelas, guru dapat mengawali
dengan perkenalan terhadap nilai-nilai yang akan dikembangkan selama pembelajaran
berlangsung, lalu guru menuntun peserta didik agar terlibat secara aktif di sepanjang proses
pembelajaran. Hal ini dilakukan tanpa guru harus mengatakan kepada peserta didik bahwa
mereka harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik
aktif, misalnya dengan mengkondisikan siswa merumuskan dan mengajukan pertanyaan,
mengemukakan pendapat menggunakan kata dan kalimat yang santun, mencari sumber
informasi, dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, mengolah informasi yang
sudah dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau
proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka
melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.
B. Keterlibatan semua warga sekolah dalam perawatan, pemanfaatan, pemeliharaan
sarana dan prasarana pembelajaran serta lingkungan sekolah
Keterlibatan semua warga sekolah, terutama siswa dalam perawatan, pemanfaatan,
pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran serta lingkungan sekolah sangat diperlukan
dalam rangka membangun atau membentuk karakter mereka. Kondisi lingkungan sekolah
yang bersih, indah, dan nyaman dengan melibatkan siswa secara aktif akan menumbuhkan
rasa memiliki, tanggung jawab dan komitmen dalam dirinya untuk memelihara semua itu.
Dengan demikian, diharapkan di dalam diri setiap individu warga sekolah, terutama peserta
didik akan tumbuh sikap kepedulian terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik sekolah
maupun lingkungan sosialnya.
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011􀀃 􀀃 􀀃 􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃
􀀃
64
BAB VI
PENUTUP
Fungsi Pendidikan karakter selain mengembangkan dan memperkuat potensi pribadi
juga menyaring pengaruh dari luar yang akhirnya dapat membentuk karakter peserta didik
yang dapat mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Upaya pembentukan karakter sesuai
dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui
serangkaian kegiatan belajar mengajar baik melalui mata pelajaran maupun serangkaian
kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas dan luar sekolah. Pembiasaan-pembiasan
(habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai,
tanggung-jawab dan sebagainya, perlu dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai
dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentunya perlu
ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya dapat membentuk pribadi karakter peserta didik
yang selanjutnya merupakan pencerminan hidup suatu bangsa yang besar.
Panduan operasional yang disusun ini lebih diperuntukkan kepada kepala sekolah.
Pembentukan budaya sekolah (school culture) dapat dilakukan oleh sekolah melalui serangkaian
kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran yang lebih berorientasi pada peserta didik,
dan penilaian yang bersifat komprehensif. Perencanaan di tingkat sekolah pada intinya adalah
melakukan penguatan dalam penyusunan kurikulum di tingkat sekolah (KTSP), seperti
menetapkan visi, misi, tujuan, struktur kurikulum, kalender akademik, dan penyusunan
silabus. Keseluruhan perencanaan sekolah yang bertitik tolak dari melakukan analisis kekuatan
dan kebutuhan sekolah akan dapat dihasilkan program pendidikan yang lebih terarah yang
tidak semata-mata berupa penguatan ranah pengetahuan dan keterampilan melainkan juga
sikap prilaku yang akhirnya dapat membentuk ahklak budi luhur.
Pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri atau
merupakan nilai yang diajarkan, tetapi lebih kepada upaya penanaman nilai-nilai baik melalui
mata pelajaran, program pengembangan diri maupun budaya sekolah. Peta nilai dan indikator
yang disajikan dalam naskah ini merupakan contoh penyebaran nilai yang dapat diajarkan
melalui berbagai mata pelajaran sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) yang terdapat dalam standar isi (SI). Begitu pula melalui program pengembangan diri,
seperti kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian. Perencanaan
pengembangan Pendidikan Karakter ini perlu dilakukan oleh semua pemangku kepentingan di
sekolah yang secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan ke dalam
kurikulum sekolah yang selanjutnya diharapkan menghasilkan budaya sekolah.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari semua
pihak pemerhati, pelaksana pendidikan untuk kesempurnaan yang akhirnya dapat memberikan
pencerahan pelaksanaan di tingkat sekolah. Selanjutnya diharapkan kualitas produk peserta
didik yang memiliki ahklak budi mulia sebagai pencerminan bangsa yang besar.
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011􀀃 􀀃 􀀃 􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃􀀃
􀀃
65
SUMBER􀀃BAHAN􀀃
􀀃
1. Kemdiknas.􀀃(2010).􀀃Buku􀀃Induk􀀃Pembangunan􀀃Karakter.􀀃Jakarta.􀀃
2. Kemdiknas.􀀃(2010).􀀃Desain􀀃Induk􀀃Pendidikan􀀃Karakter􀀃(hal.􀀃8􀍲9).􀀃Jakarta.􀀃
3. Kemdiknas.􀀃(11􀀃Mei􀀃2010).􀀃Poin􀍲poin􀀃Sambutan􀀃dan􀀃Pengarahan􀀃Presiden􀀃RI􀀃Susilo􀀃Bambang􀀃
Yudhoyono􀀃pada􀀃Puncak􀀃Peringatan􀀃Hardiknas􀀃di􀀃Istana􀀃Negara.􀀃Jakarta.􀀃
4. Kemdiknas.􀀃(2010).􀀃Rencana􀀃Aksi􀀃Nasional􀀃Pendidikan􀀃Karakter.􀀃Jakarta.􀀃
5. Pusat􀀃Kurikulum.􀀃(2010).􀀃Bantuan􀀃Teknis􀀃Profesional􀀃Tim􀀃Pengembang􀀃Kurikulum􀀃di􀀃tingkat􀀃
Propinsi􀀃dan􀀃Kab.􀀃/􀀃Kota.􀀃Jakarta.􀀃􀀃
6. Pusat􀀃Kurikulum.􀀃(2010).􀀃Laporan􀀃ToT􀀃Tingkat􀀃Utama􀀃dan􀀃Tingkat􀀃Nasional􀀃terhadap􀀃1200􀀃
peserta􀀃dari􀀃unsur􀍲unsur􀀃unit􀀃utama􀀃Kemdiknas,􀀃Dinas􀀃Pendidikan􀀃Propinsi􀀃dan􀀃Kab./Kota,􀀃
P4TK,􀀃LPMP,􀀃Perguruan􀀃Tinggi􀀃Negeri􀀃dan􀀃Swasta.􀀃Jakarta.􀀃
7. Pusat􀀃Kurikulum.􀀃(2010).􀀃Laporan􀀃hasil􀀃Piloting􀀃di􀀃16􀀃Propinsi􀀃16􀀃Kab./Kota􀀃di􀀃125􀀃Satuan􀀃
Pendidikan.􀀃Jakarta.􀀃
8. Pusat􀀃Kurikulum.􀀃(2009).􀀃Pengembangan􀀃dan􀀃Pendidikan􀀃Budaya􀀃dan􀀃Karakter􀀃Bangsa:􀀃
Pedoman􀀃Sekolah􀀃(hal.􀀃9􀍲10).􀀃Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar