Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
i
KATA PENGANTAR
Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan
nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung
perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
Di samping itu, berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini makin
mendorong semangat dan upaya pemerintah untuk memprioritaskan pendidikan karakter
sebagai dasar pembangunan pendidikan. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana
Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas
pembangunan nasional.
Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya
dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan luar sekolah, akan
tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin,
toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dan sebagainya. Pembisaan itu bukan hanya
mengajarkan (aspek kognitif) mana yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu merasakan
(aspek afektif) nilai yang baik dan tidak baik serta bersedia melakukannya (aspek
psikomotorik) dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di
masyarakat. Nilai-nilai tersebut perlu ditumbuhkembangkan peserta didik yang pada akhirnya
akan menjadi pencerminan hidup bangsa Indonesia. oleh karena itu, sekolah memiliki peranan
yang besar sebagai pusat pembudayaan melalui pengembangan budaya sekolah (school culture).
Pedoman ini ditujukan kepada semua warga pada setiap satuan pendidikan(dasar sampai
menengah) melalui serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian yang bersifat
komprehensif. Perencanaan di tingkat satuan pendidikan pada dasarnya adalah melakukan
penguatan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sedangkan
pelaksanaan dan penilaian tidak hanya menekankan aspek pengetahuan saja, melainkan juga
sikap perilaku yang akhirnya dapat membentuk akhlak mulia.
Pedoman ini dikembangkan berdasarkan atas pengalaman beberapa satuan pendidikan yang
telah mengimplementasikannya. Hasil-hasil pengalaman itu diperoleh melalui pelaksanaan
(piloting) yang dilakukan Pusat Kurikulum pada tahun 2010.
Semoga Pedoman ini bermanfaat untuk kita semua. Selain itu, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan kontribusi demi kesempurnaan pelaksanaan pendidikan karakter
bangsa di masa depan.
Jakarta, Januari 2011
Kepala
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
ii
DAFTAR ISI
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
TIM PENYUSUN iv
BAB I PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER 1
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1
B. Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan Karakter 2
C. Nilai-nilai Pembentuk Karakter 2
D. Proses Pendidikan Karakter 4
BAB II STRATEGI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER 5
A. Strategi di Tingkat Kemendiknas 5
B. Strategi di Tingkat Daerah 7
C. Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan 7
1. Kegiatan Pembelajaran 8
2. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar 8
3. Kegiatan Ko-kurikuler dan/atau Kegiatan Ekstra Kurikuler 8
4. Kegiatan Keseharian di Rumah dan Di Masyarakat 9
D. Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran 9
E. Penilaian keberhasilan 10
BAB III PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN
11
A. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 11
B. Tahapan Pengembangan 11
C. Penyiapan perangkat Dalam Rangka Pelaksanaan Pendidikan
Karakter di Satuan pendidikan
12
BAB IV PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER (BEST
PRACTICE)
13
A. PAUD 13
B. SD 18
C. SMP 26
D. SMA 39
E. SMK 50
F. SLB 52
G. PKBM 59
BAB V MEMBANGUN BUDAYA SEKOLAH 63
A. Keterlibatan Semua Warga Sekolah dalam Pembelajaran yang
Berkarakter
63
B. Keterlibatan Semua Warga Sekolah dalam Perawatan, Pemanfaatan,
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pembelajaran serta Lingkungan
Sekolah
63
BAB VI PENUTUP 64
SUMBER BAHAN 65
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Implementasi Pendidikan Karakter dalam KTSP 9
Tabel 2 Gambaran Implementasi Pendidikan Karakter Setiap Hari di PAUD 16
Table 3 Contoh Rancangan Rencana Aksi Sekolah SMP Negeri 36 Bandung 29
Tabel 4 Contoh Pengintegrasian Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan
Pengembangan Diri di SMP Negeri 36 Bandung
35
Tabel 5 Contoh Kalender Akademik SMP Negeri 36 Bandung 36
Tabel 6 Contoh Implementasi Pendidikan Karakter melalui Berbagai Kegiatan di
SMA Negeri 4 Kota Balikpapan
42
Tabel 7 Contoh Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di SMA Negeri 4
Kota Balikpapan
45
Tabel 8 Contoh Perencanaan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1
Bantul
Tabel 9 Contoh Rencana Aksi Sekolah di SLB Negeri Singkawang 52
Tabel 10 Contoh Nilai-Nilai Pembentuk Karakter yang Diprioritaskan
di SLB Negeri Singkawang
54
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa 2
Bagan 2 Ruang Lingkup Pendidikan Karakter 4
Bagan 3 Strategi Kebijakan Pendidikan Karakter 5
Bagan 4 Alur (Stream) Dalam Pendidikan Karakter 6
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
iv
TIM PENYUSUN
Pengarah Prof. Dr. Mansyur Ramly, Kepala Balitbang Kemdiknas
Dra. Diah Harianti, M.Psi., Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Kemdiknas
Penanggung Jawab Erry Utomo, Ph.D.
Tim Pengembang Drs. Zulfikri Anas, M.Ed.
M. Hamka, S.S., M.Ed.
Dr. Hermana Somantrie, M.A.
Suharyadi, S.E., M.Pd.
Kontributor Dra. Yuke Indrati, M.Ed.
Drs. Ariantoni
Dra. Darmiasti, M.Si.
Drs. Heni Waluyo, M.Pd.
Drs. Djuharis Rasul, M.Ed.
Dra. Elly Marwati, M.Si.
Dra. Maria Listiyanti
Dra. Ranti Widyanti, M.Psi.
Feisal Ghozaly, LLM.
Drs. Budi Santosa
Drs. Suherman
Drs. Slamet Wibowo
Drs. Bunyamin, M.Pd.
Anggraeni, S.Pd.
Dra. Renni Diastuti, M.Si.
Mohamad Irfan, S.TP.
Dra. Sri Yuniarti, M.M.
Euis Yumirawati, S.Sos.
Sandra Novrika, S.T.
Farah Ariani, S.Pd.
Nina Purnamasari, S.H., M.Ak.
Noorman Prio Wicaksono, S.Kom.
M. Yusri Saad, S.S., MM.
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
1
BAB I
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
A. Hakikat Pendidikan Karakter
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang
berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila;
keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya
nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilainilai
budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Buku
Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). Untuk mendukung
perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah
menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan
nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana pendidikan karakter ditempatkan
sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan
masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah
Pancasila.”
Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang
diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi
dan tujuan pendidikan nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional --UUSPN).
Dengan demikian, RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk
melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas
program Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi
Nasional Pendidikan Karakter (2010): pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati.
Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan
mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana
yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya
(psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja
aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau
loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter
menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan.
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
2
1.Tangguh;
2.kompetitif;3.
berakhlakmulia;
4.bermoral;5.
bertoleran;6.
bergotong
royong;7.
berjiwapatriotik;
8.berkembang
dinamis;9.
berorientasi
Iptekyang
semuanya dijiwai
olehIMTAQ
kepadaTuhan
YangMahaEsa
berdasarkan
Pancasila.
BANGSA
BERKARAKTER
BANGSAYANG
BERAKHLAK
MULIA,
BERMORAL,
BERTETIKA,
BERBUDAYA
DANBERADAB
BERDASARKAN
PANCASILA
pembagunan
karakterbangsa
RAN:
POLHUKAM,
KESRA,
PEREKONOMIAN
PERMASALAHANBANGSA
DANNEGARA
1. Disorientasidalam
implementasi nilainilai
Pancasila.
2. Bergesernyanilaietika
dalamkehidupan
berbangsadanbernegara.
3. Memudarnyakesadaran
terhadapnilainilaibudaya
bangsa.
4. Ancamandisintegrasi
bangsa
5. Melemahnyakemandirian
bangsa. STRATEGI:
1.Sosialisasi/
Penyadaran
2.Pendidikan
3.Pemberdayaan
4.Pembudayaan
5.Kerjasama
1.PANCASILA
2.UUD45
3.Bhineka
TunggalIka
4.NKRI
KONSENSUS
LINGKUNGAN NASIONAL
STRATEGIS
Global,
Regional,
Nasional
Alur Pikir Pembangunan KarakterBangsa
+
FITRAHMANUSIADICIPTAKAN SEBAGAIMAKHLUK
SOSIALYANGBERHARKATDANBERMATABAT
Bagan 1. Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa
Berdasarkan alur pikir pembangunan karakter bangsa, pendidikan merupakan salah
satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus
dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi lain. Strategi tersebut mencakup, yaitu
sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen
bangsa. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan
melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, media
massa, dunia usaha, dan dunia industri (Buku Induk Pembangunan Karakter, 2010). Sehingga
satuan pendidikan adalah komponen penting dalam pembangunan karakter yang berjalan
secara sistemik dan integratif bersama dengan komponen lainnya.
B. Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,
berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media
massa.
C. Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan
nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing.
Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk
selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
3
prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan
santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi
18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
(1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12)
Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca,
(16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab (Pusat Kurikulum.
Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Nilai dan
deskripsinya terdapat dalam Lampiran 1.
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan
pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai
prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas.
Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda
antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada
kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai yang
dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan
mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih,
rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
Sehubungan dengan hal tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada puncak
peringatan Hardiknas di Istana Negara (Selasa, 11 Mei 2010) mengutarakan:
”…Saudara-saudara, kalau saya berkunjung ke SD, SMP, Saudara sering mendampingi saya,
sebelum saya dipresentasikan sesuatu yang jauh, yang maju, yang membanggakan, Saya lihat kamar
mandi dan WC-nya bersih tidak, bau tidak, airnya ada tidak. Ada nggak tumbuhan supaya tidak
kerontang di situ. Kebersihan secara umum, ketertiban secara umum. Sebab kalau anak kita TK,
SD, SMP selama 10 tahun lebih tiap hari berada dalam lingkungan yang bersih, lingkungan yang
tertib, lingkungan yang teratur itu ada values creation. Ada character building dari segi itu. Jadi bisa
kita lakukan semuanya itu dengan sebaik-baiknya….”
(Gambar 1. Siswa SMP melakukan kegiatan di sawah bersama penduduk
untuk melatih kebersamaan, peduli lingkungan, kerja keras)
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011
4
D. Proses Pendidikan Karakter
Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup
seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas
sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Totalitas psikologis dan sosiokultural dapat dikelompokkan sebagaimana yang digambarkan
dalam bagan berikut:
OLAH
HATI
OLAH
PIKIR
OLAH
RASA/
KARSA
OLAH
RAGA
berimandanbertakwa,
jujur,amanah,adil,
bertanggungjawab,
berempati,berani
mengambilresiko,
pantangmenyerah,rela
berkorban,danberjiwa
patriotik
ramah,saling
menghargai,toleran,
peduli,sukamenolong,
gotongroyong,
nasionalis,kosmopolit,
mengutamakan
kepentinganumum,
banggamenggunakan
bahasadanproduk
Indonesia,dinamis,
kerjakeras,danberetos
kerja
bersih dansehat,
disiplin,sportif,
tangguh,andal,
berdayatahan,
bersahabat,
kooperatif,
determinatif,
kompetitif,ceria,
dangigih
cerdas,kritis,
kreatif,inovatif,
ingintahu,berpikir
terbuka,produktif,
berorientasiIpteks,
danreflektif
RUANGLINGKUPPENDIDIKANKARAKTER
Bagan 2: Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Berdasarkan gambar tersebut di atas, pengkategorian nilai didasarkan pada
pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan
perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia
(kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial-kultural dalam konteks interaksi
(dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyrakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat
dikelompokkan dalam: (1) olah hati (spiritual & emotional development); (2) olah pikir (intellectual
development); (3) olah raga dan kinestetik (physical & kinesthetic development); dan (4) olah rasa dan
karsa (affective and creativity development). Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling
keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya secara konseptual merupakan
gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai sebagaimana dapat di lihat pada
gambar di atas (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010: 8-9).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar