PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROSES
PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMA NEGERI 3
TAHUN AJARAN 2011/2012
PROPOSAL TESIS
Tugas Methodologi Penelitian PPS PI
Oleh:
S U L U R I
UNIVERSITA ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan
bukan sekedar untuk hidup. Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup
yang mesti diwujudkan, dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh lewat
pendidikan. Inilah salah satu perbedaan antara manusia dengan makhluk lain,
yang membuatnya lebih unggul dan lebih mulia.
Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan
pokok dalam membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan
dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta
mampu mengantisipasi masa depan. Pendidikan dalam maknanya yang luas
senantiasa menstimulir, menyertai dan membimbing perubahan-perubahan dan
perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.
Demikian strategisnya peranan pendidikan tersebut, sehingga umat
manusia senantiasa concern terhadap masalah tersebut. Bagi umat Islam,
menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dan bertanggung jawab melalui
pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan. Senada dengan pesan
Allah swt.
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS.At-Taubah: 122). 1
Oleh karena itu, perhatian guru dalam dunia pendidikan adalah
prioritas. Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan proses belajar
mengajar, guru menempati kedudukan sebagai figur sentral. Ditangan para
gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar
mengajar di sekolah, serta pada tangan mereka pulalah bergantungnya masa
depan karier para peserta didik yang menjadi tumpuan para orang tuanya.
Guru memikul tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan.
Disamping dia harus membuat pandai muridnya secara akal (mengasah
kecerdasan IQ) dia juga harus menanamkan nilai-nilai iman dan akhlak yang
mulia. Untuk itu guru harus memahami peran dan tugasnya, memahami
kendala-kendala pendidikan dan cara untuk mengatasinya. Dia harus
mempunyai sifat-sifat positif dan menjauhi sifat-sifat negatif agar bisa
memainkan peranannya dalam memberi pengaruh positif pada anak didiknya
disamping sarana dan prasarana, metode dan strategi pendidikan juga harus
dikuasainya.
Dewasa ini peran dan tugas guru pendidikan agama Islam dihadapkan
pada tantangan yang sangat besar dan komplek, akibat pengaruh negatif dari
Era Globalisasi serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mempengaruhi kepribadian dan akhlak pelajar sebagai generasi muda penerus
bangsa. Derasnya arus informasi media massa (baik cetak maupun elektronik)
yang masuk kenegara kita tanpa adanya seleksi seperti sekarang ini sangat
berpengaruh dalam mengubah pola pikir, sikap dan tindakan generasi muda.
Dalam keadaan seperti ini bagi pelajar yang tidak memiliki ketahanan moral
sangatlah mudah mengadopsi perilaku dan moralitas yang datang dari
berbagai media masa tersebut. Dijaman sekarang media masa telah menjadi
pola tersendiri dan menjadi panutan perilaku bagi sebagian kalangan. Padahal
nilai-nilai yang ditawarkan media masa tidak seluruhnya baik malah seringkali
kebablasan dan jauh dari nilai agama.
Tampaknya harus kita sadari, bahwa saat ini bangsa kita memang
sedang sakit, betapa tidak? Beberapa tahun belakangan, kita akrab dengan
istilah krisis multidimensional. Keterpurukan ekonomi, ketidak stabilan
politik, ancaman disintegrasi, dan lain sebagainya, hampir menjadi santapan
sehari-hari. Namun sesungguhnya yang kita alami saat ini adalah krisis
akhlak. Akhlak sangat berkaitan dengan pola pikir, sikap hidup dan perilaku
manusia. Keburukan akhlak sangat berpotensi memicu timbulnya perilakuperilaku
negatif. Jika akhlak dari seseorang individu buruk, maka sangat
mungkin ia akan melahirkan berbagai perilaku yang dampaknya dapat
merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
Gejala kemerosotan akhlak tersebut, dewasa ini bukan saja menimpa
kalangan dewasa, melainkan juga telah menimpa kalangan pelajar tunas-tunas
muda. Para orang tua, ahli didik dan mereka yang berkecimpung dalam bidang
agama dan sosial banyak yang mengeluhkan terhadap perilaku sebagian
pelajar yang berperilaku nakal, keras kepala, mabuk-mabukan, tawuran, pesta
obat-obatan terlarang dan penyimpangan lainnya.
Permasalahan tersebut diatas disebabkan oleh beberapa faktor yang
kini mempengaruhi cara berpikir manusia modern. Faktor-faktor tersebut
menurut Zakiah Daradjat antara lain: kebutuhan hidup yang semakin
meningkat, rasa individualitas dan egois, persaingan dalam hidup, keadaan
yang tidak stabil, dan terlepasnya pengetahuan dari agama (Abuddin Nata,
2007: 96). Problema yang dihadapi manusia tersebut menghendaki visi dan
orientasi pendidikan yang tidak semata-mata menekankan pada pengisian
otak, tetapi juga pengisian jiwa, pembinaan akhlak dan kepatuhan dalam
menjalankan ibadah (Abuddin Nata, 2007: 83).
Jika kita melihat dari tujuannya, pendidikan Islam memiliki tujuan
yang berkaitan dengan pembinaan akhlak dan tujuan hidup setiap muslim.
Athiyah Al-Abrasyi misalnya mengatakan “pendidikan budi pekerti danakhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam” mencapai akhlak yang mulia
adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam (Abuddin Nata, 2007: 129).
Sementara itu Imam al-Ghazali, mengatakan bahwa akhlak adalah hasil daripendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan yang sungguh-sungguh sehingga harus dibentuk (Abuddin Nata, 2007: 154).
Dan tujuan utama pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim yaitu untuk menjadi hamba Allah yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya (D. Marimba, 1980: 48).
Sejalan dengan masalah tersebut diatas, maka pembinaan akhlak bagi
para remaja sangat urgent untuk dilakukan dan tidak dapat dipandang ringan,
mengingat secara psikologis usia remaja adalah usia yang berada dalam
goncangan dan mudah terpengaruh sebagai akibat dari keadaan dirinya yang
masih belum memiliki bekal pengetahuan, mental, dan pengalaman yang
cukup. Akibat dari keadaan yang demikian, para remaja mudah sekali
terjerumus kedalam perbuatan-perbuatan yang dapat menghancurkan masa
depannya.
Pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran Islam. Fazlur
Rahman mengatakan, bahwa inti ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam
al-Qur’an adalah akhlak yang betumpu keimanan kepada Allah (hablum
minallah) dan keadilan sosial (hablum minannas). Hal ini sejalan pula dengan
jawaban istri Rasulullah saw, Siti Aisyah, ketika ia ditanya oleh sahabat
tentang akhlak Rasulullah. Siti Aisyah mengatakan bahwa akhlak Rasulullah
adalah al-Qur’an (Kaana khuluquhu Al-Qur’an). Oleh karena itu jika di dalam
al-Qur’an terdapat ajaran keimanan, ibadah, sejarah dan sebagainya, maka
yang dituju adalah agar dengan ajaran tersebut akan terbentuk akhlak yang
mulia.
Dengan membina akhlak para remaja berarti kita telah memberikan
sumbangan yang besar bagi penyiapan masa depan bangsa yang lebih baik.
Sebaliknya jika kita membiarkan para remaja terjerumus ke dalam perbuatan
yang tersesat, berarti kita telah membiarkan bangsa dan negara ini terjerumus
kejurang kehancuran. Pembinaan akhlak para remaja juga berguna bagi remaja
yang bersangkutan, karena dengan cara demikian masa depan kehidupan
mereka akan penuh harapan yang menjanjikan. Dengan terbinanya akhlak para
remaja keadaan lingkungan sosial juga semakin baik, aman, tertib dan tentram,
yang memungkinkan masyarakat akan merasa nyaman. Dengan demikian
berbagai gangguan lingkungan yang diakibatkan oleh ulah sebagian para
remaja sebagaimana disebutkan diatas dengan sendirinya akan hilang.
Menyadari hal yang demikian, maka berbagai petunjuk al-Qur’an dan
hadits tentang pembinaan akhlak patut kita renungkan dan kita amalkan.
Petunjuk tersebut misalnya dengan memberikan contoh dan teladan berupa
tutur kata dan perbuatan yang baik. Petunjuk tersebut kiranya dapat dipegang
teguh dan dilaksanakan secara konsekuen oleh para orang tua maupun para
pendidik. Maka dengan cara demikian akhlak para remaja akan terbina dengan
baik.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian terutama menyangkut peran guru pendidikan agama
Islam dalam membina akhlak serta mengatasi masalah penyimpangan nilai nilai
akhlak yang dilakukan oleh sebagian siswa SMA Negeri 3 Siak seperti kurang
disiplin dalam mengerjakan sholat, pakian tidak tertutup aurat, kebut-kebutan di
jalan raya, berkelahi,merokok dan lain-lain. Maka penulis ingin meneliti dan
mengkaji lebih jauh lagi persoalan tersebut melalui sebuah penelitian dengan
judul:
“PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROSES
PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMA NEGERI 3 SIAK TP. 2011/2012”
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memberikan penafsiran serta untuk memudahkan dalam memahami maksud dari judul skripsi ini, maka terlebih dahulu perlu penulis tegaskan arti dari istilah-iatilah yang terdapat dalam judul skripsi tersebut sebagai berikut:
1. Peranan Guru
Menurut Wrightman yang dikutip oleh Usman (1990: 1) bahwa,
peranan guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang
dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan
perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.
Adapun peranan guru yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah
peran serta atau usaha guru bidang studi pendidikan agama Islam di SMA Negeri
3 Siak. dalam mendidik, membina dan membimbingsikap atau tingkah laku siswa,
kearah yang lebih baik.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaranajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ini dapat memahami,
menghayati, mengamalkan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan
hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di
akherat (Zakiah Daradjat, dkk, 1992: 86).
3. Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak adalah proses perbuatan, tindakan, penanaman
nilai-nilai perilaku budi pekerti, perangai, tingkah laku baik terhadap Allah
swt, sesama manusia, diri sendiri dan alam sekitar yang dilakukan secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat (Azmi, 2006: 56).
Berdasarkan pada penjelasan masing-masing istilah di atas, dapat
dikemukakan bahwa maksud dari judul di atas adalah peranan guru
pendidikan agama Islam dalam proses pembinaan akhlak siswa SMA Negeri 3 Siak.tahun ajaran 2009/2010.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka
dapatlah dirumuskan permasalahannya yaitu: “Bagaimana Peranan Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Proses Pembinaan Akhlak Siswa SMA Negeri 3 Siak Tahun Ajaran 2011 / 2012 ?”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
“untuk mengetahui peranan guru pendidikan agama Islam dalam proses
pembinaan akhlak s siswa SMA Negeri 3 Siak.tahun ajaran 2011/2012”.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
a. Menambah khasanah keilmuan dalam bidang pendidikan agama Islam.
b. Bagi guru, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan agama Islam, khususnya pendidikan akhlak.
c. Bagi penulis sendiri, sebagai calon orang tua dan calon guru agama
Islam, diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengatasi masalahmasalah
yang timbul dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam.
E. Kajian Pustaka
1. Hanif Balikwan (UMS 2000) dalam skripsinya yang berjudul
“Kepemimpinan Orang Tua Dalam Pembentukan Pribadi Muslim Pada
Remaja di Kelurahan Sukoharjo”, menyimpulkan bahwa pengaruh pada
kepemimpinan orang tua terhadap pembentukan pribadi muslim pada
remaja. Pendidikan bagi anak berawal dari dalam keluarga terlebih lagi
pendidikan agama, dimana salah satu faktor yang mempengaruhi adalah
pola kepemimpinan yang digunakan mempunyai dampak positif maupun
negatif yang berbeda-beda bagi perkembangan kepribadian anak.
2. Agus Budiono (UMS 2003) dalam skripsinya yang berjudul “Keluarga
Sakinah Dalam Pembentukan Akhlaqul Karimah Pada Anak (Studi Kasus
di Kagokan Kelurahan Pajang)”, menyimpulkan bahwa: Konsep keluarga
Islam yang sakinah adalah keluarga yang berlandaskan agama dan saling
memahami antara seorang suami dan istri, saling mengerti kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Tujuan utama sebuah pernikahan adalah untuk
memiliki akhlak, budi pekerti dan perangai yang baik. Untuk itu akhlak
tidak terjadi dengan sendirinya pada anak, akan tetapi dilakukan dengan
latihan, keteladanan dan bimbingan dari orang tua, karena lingkungan
pertama yang dikenal anak adalah keluarga. Selain itu, di dalam
pertumbuhannya anak harus diberikan pendidikan agama yang menjadi
benteng untuk menghindarkan anak dari pengaruh yang buruk.
Keluarga yang di dalamnya terjalin suasana yang sakinah mawadah
wa rahmah akan membantu dalam pembentukan akhlak anak, karena
akhlak anak terbentuk dari keteladanan yang di berikan oleh orang tuanya.
Dalam keluarga sakinah yang bertujuan membentuk generasi yang
memiliki akhlaqul karimah ada beberapa faktor pendukung, antara lain:
agama, kasih sayang, saling memahami dan menjaga kerukunan diantara
anggota keluarga.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara berpikir dan berbuat yang
dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai
tujuan penelitian (Kartini Kartono, 1996: 20).
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari jenis penelitiannya, maka penelitian ini termasuk
penelitian lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan
adalah metode pendekatan kualitatif, yakni prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2007: 4).
2. Metode Penentuan Subjek
Metode penentuan subjek yaitu “Suatu usaha penentuan sumber
data, artinya dari mana data ini diperoleh”. (Arikunto, 1987: 102). untuk
memperjelas subjek penelitian, maka penulis menggunakan metode
penentuan subjek populasi.
Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian yang akan di teliti”
(Arikunto, 1992: 102). Jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua, sehingga menjadi penelitian populasi. jika subjeknya besar, dapat
diambil antara 10-20% atau 20-25% (Arikunto, 1992: 107).
Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka penulis menentukan
penelitian ini sebagai penelitian populasi. Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah dewan guru bidang studi pendidikan agama
Islam yang semuanya berjumlah 4 (empat) orang guru, karena mereka
adalah guru yang paling banyak berperan dalam membina kepribadian dan
akhlak para siswa di sekolah, terutama melalui materi pendidikan agama
Islam yang guru ajarkan kepada siswanya.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka untuk memperoleh data, maka penulis menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara (Interview) adalah teknik pengumpulan
data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keteranganketerangan
lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan
orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti. Wawancara
ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
observasi (Mardalis, 1995: 64).
Dalam hal ini penulis menggunakan metode wawancara bebas
terpimpin, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan
menurut keinginan penulis, tetapi masih berpedoman pada ketentuanketentuan
atau garis-garis yang menjadi pengontrol relevan tidaknya
isi wawancara.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan pendidikan agama Islam, khususnya pembinaan akhlak,
bagaimana peranan guru pendidikan agama Islam di dalam proses
belajar mengajar di sekolah terhadap pembinaan akhlak siswa.
b. Metode Observasi (Pengamatan)
Metode observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka
mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil
perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau suatu studi
yang disengaja dan sistematis tentang keadaan/fenomena sosial dan
gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat (Mardalis,
1995: 63).
Teknik observasi yang penulis gunakan adalah metode
observasi langsung, artinya penulis terjun langsung dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan di siswa SMA Negeri 3 Siak.
untuk mendapatkan data, data yang dikumpulkan dengan
metode ini adalah letak dan keadaan geografis, sarana-prasarana serta
peranan guru pendidikan agama Islam dalam proses pembinaan akhlak
siswa.
c. Metode Dokumentasi
Dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya
(Arikunto, 1992: 131)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak
bisa diungkap oleh metode yang lainnya. Dalam pelaksanaannya
penulis melihat arsip-arsip dan catatan-catatan yang diperlukan,
diantaranya tentang: sejarah singkat berdirinya sekolah, inventaris
sekolah, struktur organisasi, daftar nama guru, serta jumlah siswa SMA Negeri 3 Siak.
4. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis data untuk memperoleh kesimpulan. Dalam menganalisis
data tersebut dilakukan secara deskriptif (Menutur kata dengan apa adanya
secara kualitatif) dengan menggunakan metode induktif.
Metode induktif yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari faktafakta
atau peristiwa-peristiwa khusus kemudian ditarik generalisasi yang
bersifat umum (Sutrisno Hadi, 1995: 42).
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari dan memahami
skripsi ini, penulis menyajikan skripsi dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN, berisi tentang: latar belakang masalah,
penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PROSES PEMBINAAN AKHLAK, pada bab ini terdiri dari tiga sub
pokok bahasan yaitu: a) Guru, berisi tentang: pengertian guru, persyaratan
guru, tanggung jawab guru, tugas guru, dan peranan guru. b) Pendidikan
agama Islam, berisi tentang: pengertian pendidikan, pengertian pendidikan
agama Islam dan tujuan pendidikan agama Islam. c) Pembinaan akhlak, berisi
tentang: pengertian pembinaan akhlak, sumber pembinaan akhlak, tujuan
pembinaan akhlak, ruang lingkup akhlak, serta metode pembinaan akhlak.
BAB III : P PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PROSES PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMA NEGERI 3
TAHUN AJARAN 2011/2012
Pada bab ini terdiri dari dua sub pokok bahasan yaitu: a) Gambaran umum siswa
SMA Negeri 3 Siak.
berisi tentang: sejarah berdiri dan perkembangan siswa SMA Negeri 3 Siak.
Surakarta, letak geografis, dasar dan tujuan, struktur organisasi, keadaan guru,
karyawan dan siswa serta sarana dan prasarana. b) Peranan guru pendidikan
agama Islam dalam proses pembinaan akhlak siswa SMA Negeri 3 Siak.
BAB IV : ANALISIS DATA, menganalisis data yang telah terkumpul
sehingga dapat diketahui bagaimana peranan guru pendidikan agama Islam
dalam proses pembinaan akhlak s siswa SMA Negeri 3 Siak.
tahun ajaran 2011/2012.
BAB V : PENUTUP, berisi tentang: kesimpulan, saran-saran, dan
kata penutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar