Minggu, 31 Juli 2011

Tanda-Tanda Orang Taqwa (1)

Tanda-Tanda Orang Taqwa (1)

Feb 23

Posted by effendy akmal

Kalimat takwa sudah sering kita dengar dan banyak diantara kita yang sudah memahami tentang makna takwa tersebut. Juga kemungkinan ada yang belum mehamaminya secara dalam. Kenapa begitu penting masalah takwa ini, karena memang orang yang mulya disisi Allah adalah orang yang paling takwa, sebagaimana firmannya; إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ . takwa ada yang mengartikan takut, tapi yang dimaksud bukan takut seperti kita kepada makhluk, seprti takut kepada orang yang akan mengancam kita. Tapi takut dalam arti takwa adalah takut kepada Allah, takut meninggalkan peritahnya dan takut mengerkalan larangan-Nya. Kalau takut kepada manusia kita menjauh tapu takut kepada Allah justru kita mendekat, yang selalu kita istilah kan dengan Taqoruban Ilallah.

Takwa secara umum mengerjakan perintah dan larangan Allah, itu sudah disebut takwa. Namun dalam masa ke Khalifahan Umar ibnul Khattab pernah ada seorang yang bertanya kepadanya; ya Amirul mukminin, apa makna takwa? Umar menjawab, tetapi justru Umar balik bertanya kepadanya, kalau anda berjalan disuatu jalanan yang dalam jalanan itu ada halangan mungkin ada duri dan lain-lain, bagaimana cara anda berjalannya? Orang yang bertanya itu lalu menjawabnya, ya tentu saya akan berhati-hati. Lalu Umar berkata; itulah dia makna takwa. Artinya dalam kita menjalankan ajaran agama Islam itu kita harus berhati-hati baik itu yang ada kaitannya dengan Ibadah perintah Allah ataupun yang terlebih lagi larangannya.

Kita melihat ada orang yang sedang beribadah, menurut pandangan kita itu baik. Kita tidak boleh langsung mengikuti, tapi mari kita teliti, sedikit. Apakah yang dikerjakan oleh orang itu ada peritnahnya dari Allah dan rasul ataukah tidak ada?!. Kalau memang tidak ada perintahnya maka kita teliti lagi apakah ada manfaatnya? Kalau memang tidak ada manfaatnya jangan kita lakukan dan jangan kita kerjakan walaupun menurut pandangan kita itu baik itulah dia orang yang bertakwa. Tidak sembarangan melakukan ibadah tanpa mengetahui asal-usulnya. Karena ibadah yang dilakukan tanpa didasari dengan ilmu maka sia-sialah pengamalannya itu. Syaikh Ibnu Ruslan mengatakan dalam kitab Mattan Jubad ; فَكُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عَلْمٍ يَعْمَلُ أَعْمَالُهُ مَرْدُوْدَةٌ لاَ يُقْبَلُ segala amal ibadah yang dilakukan tanpa didasari dengan ilmu maka ditolak (tidak diterima).

Jadi dipelajari dulu dari ibadah itu, apalagi dia larangan. Orang menganggap mungkin ini menguntungkan tapi dilarang oleh Allah sebagai mana dalam Al-Quran Allah menjelaskan, “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Sama-sama menguntungkan, jual beli juga untung pun riba begitu. Jual beli menguntungkan dihalalkan oleh Allah, tapi ketika riba menguntungkan namun diharamkan oleh Allah. Oleh karena itu jangan karena kita melihat untungnya saja, ini bermanfaat tetapi diharamkan. Apabila orang bisa berhati-hati dalam dalam mengerjakan amal itu maka dia sudah masuk orang yang bertakwa.

Mungkin sudah ada yang melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah, tapi hanya berkaitan dengan Hablun minallah dia belum melaksanakan yang berkaitan dengan manusia atau hablun minannas, maka belum sempuna takwanya. Bahkan dalam surat3:112 Allah menjelaskan; ditimpakkan kepada kamu kehinaan dimanapun kamu berada, kecualu bagi kita kalau tidak mau ditimpakkan kepada kita maka harus selalu mengadakan hubungan vertikal kepada Allah, yaitu segala perintah yang Allah perintahkan kepada kita, kita kerjakan. Tapi tidak cukup kata Allahm harus juga berhubungan dengan manusia (horizontal) bahkan tidak hanya kepada sesama manusia kepada seluruh alam ini. Kita tetap berbuat baik.

Oleh karena itu kalau kita baru mengerjakan peritah Allah meningalkan larangan-Nya saja yang kaitannya dengan Allah maka belum sempurna kita. Untuk lebih sempurna agar kita bisa taka maka kita diperintahkan untuk berhubungan dengan manusia yang mana tanda-tandanya adalah yang bertakwa kepada Allah. Telah dijelaskan dalam Quran surat 3:133-135. Bila kita melihat orang itu berbuat sesuai dengan surat Ali-Imran mereka yakin bahwa orang itu termasuk orang-orang takwa menurut pandangan kita. Menurut pandangan Allah tergantung keihklasannya dalam melaksanaka ibadahnya.

Tanda-tanda orang yang bertakwa

Orang orang yang menginfakkan hartanya baik dalam keadaan senang maupun ketka susah (kaya dan miskin). Tinggal kadarnya saja yang berbeda.orang-orang yang mempunyai harta yang banyak tentu saja dia lebih banyak berinfak, bukan sebaliknya karena kaya takut kehabisan hartanya maka dia bakhil enggan untuk mengeluarkann sebagian hartanya. Bahkan sebaliknya orang yang tidak terlalu kaya, tapi dia ingin mendapatkan nilai-nilai pahala justru dia lebih banyak mengeluarkan hartanya. Demikian yang diperintahkan Allah senang atau susah terus tetap berinfak. Karena amal inilah yang kelak bisa menolong kita diyaumil mahsyar. Karena harta yang kita miliki didunia ini tidak akan kita bawa. Janganlah sampai keyaumil mahsyar keliang kubur pun tidak sampai. Bagaimana Rasul dalam sabdanya; bila anak Adam meninggal maka tiga perkara yang mengikutinya, yang dua kembali Cuma satu yang akan menemaninya yaitu amal shalehnya ketika didunia. Hartanya berapapun banyaknya tidak akan bisa menemaninya dialam kubur, tetap saja didunia tidak ada satupun yang ikut kepadanya. Begitupun dengan keluarganya, oleh karenanya bila kita memiliki yang berkelebihan harta keluarkanlah sebahagian dari padanya karena pada harta itu ada yang bukan milik kita. Firman Allah ; dan pada hartamu itu ada milik orang lain, وَفِى أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُوْمِ baik itu yang diminta ataupun yang tidak diminta (kalau mau berinfak jangan menunggu orang meminta) terlebih lebih untuk kemaslahatan umat
Orang yang bisa mengendalikan emosinya. Memang sifat marah itu pasti ada pada setiap manusia, karena memang manusia memiliki nafsu yang mengajak kepada hal-hal yang tidak baik “ Sesungguhnya nafsu itu selalu mengajak kepada hal-hal yang tidak baik, kecuali nafsu yang mendapatkan rahmat dari Allah”. Karena itu ketika dalam kondisi marah maka kendalikan, jangan sampai mencari kesalahan-kesalahan orang, mengejek, mencaci, menghina. Barang kali kita sakit hati, kalau timbul marah kita tak terkendali ini sangat bahaya. Karena itu Allah mengingatkan bahwa orang yang bertakwa adalah yang bsia mengendalikan amarahnya
Suka memaafkan kesalahan orang lain. Yang namanya manusia tidak ada yang tidak punya kesalahan, pasti ada saja kesalahan padanya dan kelupaan. Oleh karenanya kalau ada orang yang bersalah dan belum minta maaf tapi kita diperintahkan untuk menaafkannya. Kalau kita tidak memaafkannya maka nanti kita akan melakukan transaksi dipadang mahsyar kita akan meninta kepada orang yang pernah membuat kesalahan kepada kita agar dia memberikan apa yang pernah dia buat salah ketika didunia. Jika kita tidak bisa memaafkan kesalahan orang lain, ketika sudah diberikan tiket untuk masuk syorga maka kita tidak bisa masuk karena kita masih bertransaksi kepada orang-orang yang dahulu didunia tidak pernah kita maafkan. Akhirnya orang-orang sudah pada masuk syorga kita masih sibuk mencari cari orang yang belum kita maafkan. Padahal kita sudah mendapat izin untuk masuk syorga. Kerugian bagi kita walaupun didunia memang hak kita untuk tidak memaafkan, tapi Allah menjelaskan bahwa salah satu tanda orang yang bertakwa adalah memaafkan kesalahan orang lain. Karena perbuatan ini adalah perbuatan baik dan Allah menutup ayatnya bahwa Allah sangat suka kepada orang yang berbuat baik.

Dalam ayat 135 ada dua dosa yang besar;

Fahisyah; seperti mencelakakan orang lain, membunuh, mencuri, menipu dan lain-lain.
Zhalim (dosa diri sendiri) ketika melanggar larangan Allah, yang dilarang kita kerjakan. Bahkan belakanagan ini kita mendengar orang yang berangkat haji akan disuntik yang didalam suntikan itu mengandung, lemak babi (sutik menihitis).

Ini perlu ketegasan dari Departemen agama, menteri Agama, dan majlis ulama, untuk segera menetapkan itu haram atau halal. Apakah mengandung babi atau tidak karena ini berkaitan dengan menzhalimi diri sendiri. Kedua dosa ini kita lakukan dan ktia sadar maka cepat-cepatlah bertaubat kepada Allah. Segera memohon ampun dari dosa-dosa yang kita perbuat. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa itu kecuali kita langsung mohon kepada Allah. Jangan diulangi perbuatan tersebut karena tidak menyukai orang-orang yang mengulang-ulang dalam berbuat dosa padahal kamu tahu.

Demikianlah tanda-tanda orang yang bertakwa dalam kaitannya dengan hubungan dengan manusia. Semoga kita bisa mengintrospeksi diri kita ini, sehingga kita bisa lebih bertakwa kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar