Senin, 26 Desember 2011

PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011

PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Author : DRA. INDAH MURFIDAH
Publish : 11-06-2011 16:46:19
PANDUAN PELATIHAN
PENDIDIKAN KARAKTER
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2011
KATA PENGANTAR
Dalam upaya peningkatan mutu sumberdaya manusia Indonesia, terutama pendidik dan tenaga kependidikan
dalam mengimplementasikan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional
Page 1
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
memandang perlu untuk menciptakan dan selalu meningkatkan layanan pendidikan kepada seluruh warga
negara terutama satuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional telah
menyusun berbagai kebijakan dan strategi mengenai Pendidikan Karakter yang kemudian dijabarkan dalam
bentuk program dan atau kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi, baik yang terkait
dengan substansi dan pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun satuan pendidikan.
Agar implementasi Pendidikan Karakter dapat mencapai target yang telah ditetapkan, perlu disusun dan
diterbitkan buku Panduan Pelatihan Pendidikan Karakter untuk digunakan berbagai pihak sebagai pedoman
serta acuan dalam melaksanakan pelatihan. Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dalam
implementasi Pendidikan Karakter di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan dapat
memahami dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya seluruh proses kegiatan pelatihan.
Jakarta, Maret 2011
a.n. Kepala Balitbang Kemdiknas
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Dra. Diah Harianti, M.Psi
NIP. 195504161983032001
DAFTAR ISI
Hal.
Page 2
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN
i
Ii
iii
A.
Pendahuluan
1
B.
C
Struktur Kurikulum Pelatihan
Pelatihan Pola 4 jam
2
3
D.
Pelatihan Pola 8 Jam
Page 3
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
4
E.
Pelatihan Pola 16 Jam
6
F.
G
H
Pelatihan Pola 24 Jam
Pelatihan Pola 32 Jam
Pelatihan Pola 40 Jam
8
11
15
Lampiran
20
Contoh Refleksi terhadap Realita Kehidupan
20
Page 4
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Contoh Rekomendasi Hasil Refleksi terhadap Realita Kehidupan
20
Contoh Format Observasi dan Wawancara di Sekolah Best Practice
20
Contoh Diskusi dan Refleksi Hasil Kunjungan ke Sekolah Best Practice
21
Contoh Perbandingan antara Sekolah BEST PRACTICE dengan Sekolah (Instansi) Asal Peserta
21
Contoh Rencana Aksi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
21
Page 5
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
TIM PENYUSUN
Pengarah
Prof. Dr. Mansyur Ramly, Kepala Balitbang Kemdiknas
Dra. Diah Harianti, M.Psi., Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kemdiknas
Penanggung Jawab
Erry Utomo, Ph.D.
Page 6
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Tim Pengembang
Drs. Zulfikri Anas, M.Ed.
M. Hamka, S.S., M.Ed.
Dr. Hermana Somantrie, M.A.
Suharyadi, S.E., M.Pd.
Kontributor
Nanik Suwaryani, Ph.D
Page 7
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Dra. Yuke Indrati, M.Ed.
Drs. Ariantoni
Dra. Darmiasti, M.Si.
Drs. Heni Waluyo, M.Pd.
Drs. Djuharis Rasul, M.Ed.
Drs. Kurniawan, M.Ed
Page 8
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Dra. Elly Marwati, M.Si.
Dra. Maria Listiyanti
Dra. Ranti Widyanti, M.Psi.
Feisal Ghozaly, LLM.
Drs. Budi Santosa
Drs. Suherman
Page 9
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Drs. Slamet Wibowo
Drs. Bunyamin, M.Pd.
Anggraeni, S.Pd.
Dra. Renni Diastuti, M.Si.
Mohamad Irfan, S.TP.
Dra. Sri Yuniarti, M.M.
Sujatmiko,S.Si.
Page 10
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Euis Yumirawati, S.Sos.
Sandra Novrika, S.T.
Farah Ariani, S.Pd.
Nina Purnamasari, S.H., M.Ak.
Noorman Prio Wicaksono, S.Kom.
M. Yusri Saad, S.S., MM.
Page 11
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
PANDUAN PELATIHAN
PENDIDIKAN KARAKTER
A. Pendahuluan
Program kerja Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2011 ini menargetkan berbagai penyempurnaan
program pendidikan, antara lain pelaksanaan Pendidikan Karakter. Program kerja ini telah mulai dilaksanakan
bersama oleh Badan Penelitian dan Pengembangan dan beberapa Unit Utama di lingkungan Kemendiknas
serta kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat sejak tahun 2010.
Pelaksanaan pendidikan karakter saat ini di sekolah diharapkan mengalami berbagai perubahan. Perubahan
yang diperlukan tidak mengubah kurikulum yang berlaku tetapi menghendaki sikap baru dan keterampilan
baru dari para guru, kepala sekolah dan konselor sekolah. Sikap dan keterampilan baru tersebut merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi (conditio sine qua non) untuk keberhasilan implementasi pendidikan karakter.
Perubahan sikap dan penguasaan keterampilan yang dipersyaratkan tersebut hanya dapat dikembangkan
melalui pendidikan dalam jabatan yang terfokus, berkelanjutan, dan sistemik.
Karakter sebagai suatu ’moral excellence’ atau akhlak dibangun di atas berbagai kebajikan
(virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna ketika dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku dalam
budaya (bangsa). Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara bangsa Indonesia
berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di
masyarakat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pendidikan Karakter diarahkan pada upaya
mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi suatu kepribadian diri warga
negara.
Berbeda dari materi ajar yang bersifat ’mastery’, sebagaimana halnya suatu
’performance content’ suatu kompetensi, materi Pendidikan Karakter bersifat
’developmental’. Perbedaan hakekat kedua kelompok materi tersebut menghendaki perbedaan
perlakuan dalam proses pendidikan. Materi pendidikan yang bersifat ’developmental’
menghendaki proses pendidikan yang cukup panjang dan bersifat saling menguat (reinforce) antara kegiatan
belajar dengan kegiatan belajar lainnya, antara proses belajar di kelas dengan kegiatan kurikuler di sekolah
dan di luar sekolah.
Di samping persamaan dalam kelompok, materi belajar ranah pengetahuan (cognitive) yang dalam satu
kelompok ’developmental’ dengan nilai, antara keduanya terdapat perbedaan yang mendasar
dalam perencanaan pada dokumen kurikulum (KTSP), silabus, RPP, dan proses belajar. Materi belajar ranah
pengetahuan (kognitif) dapat dijadikan pokok bahasan sedangkan materi nilai dalam Pendidikan Karakter
tidak dapat dijadikan pokok bahasan karena mengandung resiko akan menjadi materi yang bersifat
pengetahuan. Oleh karena itu, dalam pengembangan materi Pendidikan Karakter sikap menyukai, ingin
memiliki, dan mau menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai dasar bagi tindakan dalam perilaku kehidupan
peserta didik sehari-hari merupakan persyaratan awal yang mutlak untuk keberhasilan Pendidikan Karakter.
Page 12
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Panduan Pelatihan Pendidikan Karakter ini diharapkan menjadi acuan dan pedoman dalam melaksanakan
pelatihan sehingga meningkatkan keberhasilan pendidikan karakter. Proses pelatihan Pendidikan Karakter
yang akan dilaksanakan diharapkan melalui proses belajar aktif sesuai dengan prinsip pengembangan nilai
yang harus dilakukan secara aktif oleh peserta didik. Dalam buku panduan ini, pelatihan Pendidikan Karakter
dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu dan kebutuhan peserta pelatihan, yaitu: pelatihan 4 jam, 8 jam, 16
jam, 24 jam, 32 jam, dan 40 jam.
B. Struktur Kurikulum Pelatihan
Struktur kurikulum pelatihan untuk pola 4 jam, 8 jam, 16 jam, 24 jam, 32 jam dan 40 jam dapat dilihat pada
tabel di bawah ini. Satu jam pelatihan dialokasikan selama 45 menit dalam bentuk kegiatan seperti tatap muka,
diskusi, kunjungan sekolah, melakukan observasi.
Tabel. Struktur Kurikulum Pelatihan
C. Pelatihan Pola 4 jam (4 x 45 menit)
Model pelatihan 4 jam merupakan pelatihan bagi pengambil kebijakan di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, dan pihak-pihak lain yang perlu mengetahui kebijakan tentang Pendidikan Karakter. Secara
rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan
Peserta memahami:
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Pendidikan Karakter sebagai satu kesatuan dalam program satuan pendidikan
2. Hasil yang Diharapkan
Page 13
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
a. Kesamaan persepsi tentang:
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Pendidikan Karakter sebagai satu kesatuan dalam program satuan pendidikan
b. Dokumen hasil refleksi dari masing-masing peserta tentang pelaksanaan pendidikan karakter (lesson
learned).
3. Lingkup Materi
Materi yang disampaikan mencakup:
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Pendidikan Karakter sebagai satu kesatuan dalam program satuan pendidikan
4. Peserta
Unit Utama Kemdiknas
Kepala Dinas dan Kepala Bidang Dinas Pendidikan Provinsi
Kepala Dinas dan Kepala Bidang Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Dewan Pendidikan Provinsi
Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota
LSM Pendidikan
Pengurus Yayasan Pendidikan
5. Rancangan Jadwal Pelatihan Pola 4 Jam ( 4 x 45 Menit)
No
Page 14
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Materi
Metode
Durasi
1
Kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan pendidikan karakter
Ceramah dan Tanya jawab
35 Menit
2
Identifikasi permasalahan atau realita yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan bahwa
pendidikan karakter penting dilaksanakan di setiap satuan pendidikan dan instansi terkait (refleksi).
Diskusi Kelompok
45 Menit
3
Penyampaian hasil diskusi kelompok refleksi
Page 15
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Presentasi
60 Menit
4
Kesimpulan dan rekomendasi untuk bahan penyusunan Rencana Aksi penerapan Pendidikan Karakter di
setiap satuan pendidikan atau instansi
Diskusi Kelompok
40 Menit
Jumlah
180 Menit
D. Pelatihan Pola 8 Jam (480 menit)
Model pelatihan 8 jam merupakan pelatihan yang dilaksanakan bagi pengambil kebijakan di tingkat pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota serta pihak-pihak lain yang perlu mengetahui tentang kebijakan Pendidikan
Karakter. Secara rinci pola pelatihan 8 jam diuraikan sebagai berikut.
Page 16
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
1. Tujuan
a. Peserta memahami:
Pengertian Pendidikan Karakter
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
b. Peserta dapat membuat rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi pendidikan karakter di lingkungan
instansi masing-masing, meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
2. Hasil yang Diharapkan
a. Kesamaan persepsi tentang:
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Pendidikan Karakter sebagai satu kesatuan dalam program satuan pendidikan
Dokumen hasil refleksi dari masing-masing peserta tentang pelaksanaan pendidikan karakter (lesson learned).
Dokumen rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi pendidikan karakter di satuan pendidikan/lingkungan
instansi masing-masing.
3. Lingkup Materi
a. Pemahaman tentang :
Pengertian Pendidikan Karakter
Fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan.
Page 17
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
b. Rencana aksi pendidikan karakter di lingkungan instansi masing-masing, meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan).
c. Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
4. Peserta
Unit Utama Kemdiknas
Kepala Dinas dan Kepala Bidang Dinas Pendidikan Provinsi
Kepala Dinas dan Kepala Bidang Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Dewan Pendidikan Provinsi
Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota
LSM Pendidikan
Pengurus Yayasan Pendidikan
5. Rancangan Jadual Pola Pelatihan 8 Jam ( 8 x 45 Menit)
No
Materi
Metode
Durasi
1
Page 18
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Pembukaan:
Doa Pembuka
Menyanyikan lagu Indonesia Raya
Sambutan Pembukaan
Komitmen Pelatihan
Pleno
30 menit
2
Penyampaian kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan pendidikan karakter dan Tanya Jawab
Ceramah dan Tanya Jawab
30 menit
2
Identifikasi permasalahan atau realita yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan bahwa
pendidikan karakter penting dilaksanakan di setiap satuan pendidikan dan instansi terkait (refleksi)
Diskusi Kelompok
45 menit
3
Page 19
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Presentasi hasil diskusi kelompok refleksi
Pleno
60 menit
4
Kesimpulan dan rekomendasi untuk bahan penyusunan Rencana Aksi penerapan Pendidikan Karakter di
setiap satuan pendidikan atau instansi
Diskusi Kelompok
45 menit
5
Menyusun Rencana Aksi
Diskusi Kelompok
90 menit
6
Presentasi rencana aksi
Pleno
Page 20
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
60 menit
360 Menit
E. Pelatihan Pola 16 Jam ( 16 x 45 Menit)
Pelatihan pola 16 jam merupakan pelatihan bagi pengambil kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten kota
serta pihak lain di provinsi dan kabupaten/kota yang perlu mengetahui lebih rinci tentang Pendidikan
Karakter. Pelatihan ini secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan
Peserta memahami:
Pengertian Pendidikan Karakter
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Peserta dapat membuat rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi pendidikan karakter di lingkungan
instansi masing-masing, meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
Page 21
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
Peserta dapat menyusun rencana aksi penerapan pendidikan karakter di satuan pendidikan dan instansi, yang
meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
2. Hasil Yang Diharapkan
Kesamaan persepsi tentang:
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Pendidikan Karakter sebagai satu kesatuan dalam program satuan pendidikan
b. Dokumen hasil refleksi dari masing-masing peserta tentang pelaksanaan pendidikan karakter (lesson learn).
c. Dokumen rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi pendidikan karakter di satuan
pendidikan/lingkungan instansi masing-masing.
d. Dokumen rencana aksi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan/ instansi masing-masing
e. Model instrumen supervisi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter
3. Lingkup Materi
a. Pemahaman tentang :
Pengertian Pendidikan Karakter
Fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
b. Rencana aksi pendidikan karakter di lingkungan instansi masing-masing, meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
c. Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
Page 22
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
4. Peserta
Kepala Seksi Kurikulum atau Persekolahan Dinas Pendidikan Provinsi
Kepala Seksi Kurikulum atau Persekolahan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Pengawas Dinas Pendidikan Provinsi
Pengawas Dinas pendidikan Kabupaten/Kota
Kepala Sekolah
Komite Sekolah
LSM Pendidikan di Kabupaten/Kota
Dunia Usaha/Industri
5. Rancangan Jadual Pelatihan Pola 8 Jam (8 x 45 Menit)
Hari
Waktu
Materi
Metode
Produk
Hari ke-1
08.00 – 10.00
Pembukaan:
Page 23
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Pembacaan Doa Pembuka
Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
Sambutan Pembukaan dan penyampaian kebijakan daerah
Pre Test
Kompetensi awal peserta
10.00 – 10.15
Istirahat
10.15 – 12.00
Komitmen Pelatihan
Penyampaian kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan pendidikan karakter
Pleno, ceramah, dan tanya jawab
Page 24
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
12.00 – 13.30
Istirahat
13.30 – 15.30
Identifikasi permasalahan atau realita yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan bahwa
pendidikan karakter penting dilaksanakan di setiap satuan pendidikan dan instansi terkait (refleksi)
Diskusi kelompok
Peta masalah
15.30 – 17.00
Presentasi hasil kelompok
Pleno
Hari ke-2
Page 25
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
08.00 – 09.00
Kesimpulan dan rekomendasi untuk bahan penyusunan Rencana Aksi penerapan Pendidikan Karakter di
setiap satuan pendidikan atau instansi
Diskusi kelompok
Kesimpulan dan rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi
09.00-10.00
Penyusunan Rencana Aksi
Diskusi kelompok
Rencana aksi
10.00 – 10.15
Istirahat
10.15 – 12.00
Penyusunan instrument penilaian keberhasilan
Page 26
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Diskusi kelompok
Instrumen penilaian keberhasilan
12.00 - 13.30
Istirahat
13.30 - 16.30
Presentasi hasil kerja kelompok
Pleno
16.30 – 17.00
Pos Test, dan
Penutupan
Kompetensi akhir peserta
Page 27
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
F. Pelatihan Pola 24 Jam ( 24 x 45 Menit)
Pelatihan pola 24 jam merupakan pelatihan bagi pengambil kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
serta pihak lain di provinsi dan kabupaten/kota yang perlu mengetahui lebih rinci tentang Pendidikan
Karakter. Pelatihan ini secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan
Peserta memahami:
Pengertian Pendidikan Karakter
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Peserta dapat membuat rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi pendidikan karakter di lingkungan
instansi masing-masing, meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
Peserta dapat menyusun rencana aksi penerapan pendidikan karakter di satuan pendidikan dan instansi, yang
meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
Peserta mendapatkan pengalaman lapangan tentang pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan.
Page 28
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
3. Hasil yang Diharapkan
a. Kesamaan persepsi tentang:
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Pendidikan Karakter sebagai satu kesatuan dalam program satuan pendidikan
b. Dokumen hasil refleksi dari masing-masing peserta tentang pelaksanaan pendidikan karakter (lesson
learned).
c. Dokumen rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi pendidikan karakter di satuan
pendidikan/lingkungan instansi masing-masing.
d. Dokumen rencana aksi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan/ instansi masing-masing
e. Dokumen laporan hasil observasi/kunjungan ke satuan pendidikan (bestpractice).
f. Model instrumen supervisi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter.
3. Lingkup Materi
a. Pemahaman tentang :
Pengertian Pendidikan Karakter
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
b. Rencana aksi pendidikan karakter di lingkungan instansi masing-masing, meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
c. Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
d. Pengalaman lapangan tentang pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan.
5. Peserta
Kepala Seksi Kurikulum atau Persekolahan Dinas Pendidikan Provinsi
Kepala Seksi Kurikulum atau Persekolahan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Pengawas Dinas Pendidikan Provinsi
Pengawas Dinas pendidikan Kabupaten/Kota
Kepala Sekolah
Komite Sekolah
Page 29
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
LSM Pendidikan di Kabupaten/Kota
Dunia Usaha/Industri
Rancangan Jadual Model Pelatihan Pola 24 Jam (24 x 45 Menit)
Hari
Waktu
Materi
Metode
Produk
Hari ke-1
08.00 – 10.00
Pembukaan:
Pembacaan Doa Pembuka
Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
Sambutan Pembukaan dan penyampaian kebijakan daerah
Pre Test
Page 30
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Kompetensi awal peserta
10.00 – 10.15
Istirahat
10.15 – 12.00
Komitmen Pelatihan
Penyampaian kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan pendidikan karakter
Pleno, ceramah, dan tanya jawab
12.00 – 13.30
Istirahat
Page 31
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
13.30 – 15.30
Identifikasi permasalahan atau realita yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan bahwa
pendidikan karakter penting dilaksanakan di setiap satuan pendidikan dan instansi terkait (refleksi)
Diskusi kelompok
Peta masalah
15.30 – 17.00
Presentasi hasil kelompok
Pleno
Hari ke-2
08.00 – 12.00
Kunjungan ke satuan pendidikan *)
Diskusi kelompok
Page 32
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Informasi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan yang dikunjungi
12.00-13.30
Istirahat
13.30 – 15.00
Membahas hasil kunjungan
15.00 - 15.30
Istirahat
Diskusi kelompok
Page 33
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
15.30 – 17.00
Pemaparan hasil kunjungan
Pleno
Hari ke-3
08.00 – 10.00
Menyusun Rencana Aksi**)
Diskusi kelompok
Rencana aksi
10.00 – 10.15
Istirahat
10.15 – 12.00
Page 34
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Presentasi Rencana Aksi dan Penilaian keberhasilan program pendidikan karakter
Pleno
12.00 - 13.30
Istirahat
13.30 - 16.00
Lanjutan
Pleno
16.00 – 16.30
Post test
Kompetensi akhir peserta
Page 35
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
16.30-17.00
Penutupan
*) Sekolah yang dikunjungi merupakan salah satu sekolah ”best prectice”
**) Setiap peserta wajib membawa laptop dan file/Dokumen Kurikulum
G. Pelatihan Pola 32 Jam ( 32 x 45 Menit)
Pelatihan pola 32 jam merupakan pelatihan bagi pengambil kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten kota
serta pihak lain di provinsi dan kabupaten/kota yang perlu mengetahui lebih rinci tentang Pendidikan
Karakter. Pelatihan ini secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan
Peserta memahami:
Pengertian Pendidikan Karakter
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Peserta dapat membuat rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi pendidikan karakter di lingkungan
instansi masing-masing, meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Page 36
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
Peserta dapat menyusun rencana aksi penerapan pendidikan karakter di satuan pendidikan dan instansi, yang
meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
Peserta mendapatkan pengalaman lapangan tentang pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan.
Peserta dapat melakukan analisis perbandingan antara pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan
yang diobservasi dan satuan pendidikan atau instansi asal.
Peserta dapat menyusun rencana tindak lanjut pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan/instansi
tempat peserta bertugas.
2. Hasil yang Diharapkan
Kesamaan persepsi tentang:
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Pendidikan Karakter sebagai satu kesatuan dalam program satuan pendidikan
Dokumen hasil refleksi dari masing-masing peserta tentang pelaksanaan pendidikan karakter (lesson learned)
Dokumen rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi pendidikan karakter di satuan pendidikan/lingkungan
instansi masing-masing.
Dokumen rencana aksi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan/instansi masing-masing
Dokumen laporan hasil observasi/kunjungan ke satuan pendidikan (best practice).
Dokumen analisis perbandingan antara pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan yang
diobservasi dan satuan pendidikan atau instansi asal.
Dokumen rencana tindak lanjut pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan/instansi tempat peserta
bertugas.
Model instrumen supervisi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter.
3. Lingkup Materi
a. Pemahaman tentang :
Page 37
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Pengertian Pendidikan Karakter
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
b. Rencana aksi pendidikan karakter di lingkungan instansi masing-masing, meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
c. Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
d. Pengalaman lapangan tentang pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan.
e. Analisis perbandingan antara pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan yang di observasi dan
satuan pendidikan atau instansi asal.
f. Rencana tindak lanjut pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan/instansi tempat peserta
bertugas.
4. Peserta
Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Pusat
Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Provinsi
Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Kabupaten/Kota
Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Satuan Pendidikan Sekolah Piloting
Pendidik dan Tenaga Pendidikan di Satuan Pendidikan
5. Rancangan Jadual Pelatihan Pola 32 Jam ( 32 x 45 Menit)
Hari
Waktu
Materi
Metode
Page 38
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Produk
Hari ke-1
08.00 – 10.00
Pembukaan:
Pembacaan Doa Pembuka
Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
Sambutan Pembukaan dan penyampaian kebijakan daerah
Pre Test
Kompetensi awal peserta
10.00 – 10.15
Istirahat
Page 39
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
10.15 – 12.00
Komitmen Pelatihan
Penyampaian kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan pendidikan karakter
Pleno, ceramah, dan tanya jawab
12.00 – 13.30
Istirahat
13.30 – 15.30
Identifikasi permasalahan atau realita yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan bahwa
pendidikan karakter penting dilaksanakan di setiap satuan pendidikan dan instansi terkait (refleksi)
Diskusi kelompok
Pemetaan masalah
Page 40
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
15.30 – 17.00
Presentasi hasil kelompok
Pleno
Hari ke-2
08.00 – 12.00
Kunjungan ke satuan pendidikan *)
Diskusi kelompok
Informasi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan yang dikunjungi
12.00 - 13.30
Istirahat
13.30 – 15.00
Page 41
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Membahas hasil kunjungan
15.00 - 15.30
Istirahat
Diskusi kelompok
15.30 – 17.00
Pemaparan hasil kunjungan
Pleno
Kesimpulan
Hari ke-3
08.00 – 12.00
Review Kurikulum (Analisis Konteks, Rencana Kerja Sekolah, Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah,
Dokumen 1 dan Dokumen 2 KTSP **)
Page 42
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Diskusi kelompok
Hasil review kurikulum
12.00 – 13.30
Istirahat
13.30 – 17.00
Presentasi hasil review kurikulum
Pleno
Hari ke-4
08.00 – 10.00
Menyusun Rencana Aksi
Diskusi kelompok
Page 43
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Rencana Aksi
10.00 – 10.15
Istirahat
10.15 – 12.00
Presentasi Rencana Aksi dan Penilaian keberhasilan program pendidikan karakter
Pleno
12.00 - 13.30
Istirahat
13.30 - 16.00
Page 44
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Lanjutan
Pleno
16.00 – 16.30
Post test
Kompetensi akhir peserta
16.30-17.00
Penutupan
*) Sekolah yang dikunjungi merupakan salah satu sekolah ”best prectice”
**) Setiap peserta wajib membawa laptop dan file/Dokumen Kurikulum
Page 45
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
H. Pelatihan Pola 40 Jam (40 x 45 Menit)
Pelatihan 5 hari merupakan pelatihan bagi pengambil kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten kota serta
pihak lain di provinsi dan kabupaten/kota yang perlu mengetahui lebih rinci tentang Pendidikan Karakter.
Pelatihan ini secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Peserta memahami:
Pengertian Pendidikan Karakter
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
b. Peserta dapat membuat rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi pendidikan karakter di lingkungan
instansi masing-masing, meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
c. Peserta dapat menyusun rencana aksi penerapan pendidikan karakter di satuan pendidikan dan instansi, yang
meliputi:
Perencanaan (pelatihan, penyediaan daya dukung, analisis konteks, nilai-nilai yang diprioritaskan, dan
penanggung jawab)
Pelaksanaan (penjadualan, dan pengaturan kegiatan)
Penilaian keberhasilan dan tindak lanjut (strategi, jenis instrumen, penanggung jawab dan pelaporan)
d. Peserta mendapatkan pengalaman lapangan tentang pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan.
e. Peserta dapat melakukan analisis perbandingan antara pelaksanaan pendidikan karakter di satuan
pendidikan yang diobservasi dan satuan pendidikan atau instansi asal.
f. Peserta dapat menyusun rencana tindak lanjut pelaksanaan pendidikan karakter di satuan
pendidikan/instansi tempat peserta bertugas.
g. Peserta dapat menyusun rencana aksi diseminasi pelaksanaan pendidikan karakter di beberapa satuan
pendidikan/instansi.
2. Hasil yang Diharapkan
a. Kesamaan persepsi tentang:
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Page 46
PANDUAN PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Proses dan Strategi Pendidikan Karakter
Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penilaian Keberhasilan
Pendidikan Karakter sebagai satu kesatuan dalam program satuan pendidikan
Dokumen hasil refleksi dari masing-masing peserta tentang pelaksanaan pendidikan karakter (lesson learned).
Dokumen rekomendasi untuk penyusunan rencana aksi pendidikan karakter di satuan pendidikan/lingkungan
instansi masing-masing.
Dokumen rencana aksi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan/instansi masing-masing
Dokumen laporan hasil observasi/kunjungan ke satuan pendidikan (best practice)
Dokumen analisis perbandingan antara pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan yang
diobservasi dan satuan pendidikan atau instansi
Page 47

Kamis, 22 Desember 2011

evaluasi pendidikan Islam

BAB I PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Pendidikan Islam merupakan pendidikan karakter yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.[1]
Dalam prosesnya, pendidikan Islammenjadikan tujuan sebagai sasaran ideal yang hendak dicapai dalam program dan diproses dalam produk kependidikan Islam atau output kependidikan Islam.[2]Adagium ushuliyah menyatakan bahwa : “al-umûr bi maqâshidika”, bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan.[3]
Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan kegiatan yaitu evaluasi. Dengan evaluasi, maka suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan tarap kemajuannya.[4]Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap outputyang dihasilkannya.[5] Abdul Mujib dkk mengungkapkan , bahwa untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan oleh peserta didik diperoleh melalui evaluasi.[6] Dengan kata lain penilaian atau evaluasi digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu tujuan pendidikan dicapai atau tidak.[7] Atau untuk melihat sejauhmana hasil belajar siswa sudah mencapai tujuannya.
Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran.[8] Dalam makalah ini akan penulis sajikan hal-hal yang menyangkut evaluasi pendidikan Islam, dari mulai pengertian, tujuan, prinsip, fungsi dan perannya, sehingga tepat menghantarkan anak memilki karakter dalam hidupnya.
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬_______________________
[1]Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet ke.3, 173. [2]M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 162. [3]Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. ke 2, 72. [4]Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)cet I, 307 [5]Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, teoritis dan Prkatis, (Jakarta, Ciputat Press, 2005), 77. [6]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), cet. ke 10, 220. [7]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan [8]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 220.
B. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti penilaian dan penaksiran.[9] Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihân, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.[10]
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.[11]Sementara Abudin Nata menyatakan bahwa evaluasi sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.[12]
Kemudian menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. [13] Dan Edwind Wandt berpendapat evaluasi adalah: suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu.[14]
Adapun M. Chabib Thoha, mengutarakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.[15]
Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insedental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu yang terencana, sistematik dan berdasarkan tujuan yang jelas.[16]Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya.
_____________________
[9]John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, 220. [10]Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet ke-1, 183. [11]Oemar Hamalik, Pengajaran Unit,(Bandung: Alumni, 1982), 106. [12]Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, cet I, 307 [13]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm 3 [14]Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 338) [15]M. Chabib Thaha, Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1990 [16]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 221.
Selanjutnya, Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau tehnik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual religius, karena manusia bukan saja sosok pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya.[17]
Evaluasi pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam.[18] Program evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas dan sebagainya.[19]
Oleh karena itu, yang dimaksud evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauhmana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.[20]
Jadi evaluasi pendidikan Islam yaitu kegiatan penilaian terhadap tingkah laku peserta didik dari keseluruhan aspek mental-psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya yang menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan pelaksanaan evaluasi ini bukan hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur pendidikan Islam
Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan evaluasi adalah:
1. Mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian, dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya.
2. Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya.[21]
3. Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. [22]
[17]Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,162. [18]Zuhairini, dkk., Metodik Khusus pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), [19]Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2008), cet. II, 211. [20] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet I, 54. [21] Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 211. [22]Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 53.
C. Tujuan Evaluasi
Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan evaluasi adalah:
1. Mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian, dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya.
2. Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya.[21]
3. Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. [22]
Abudin Nata menambahkan, bahwa evaluasi bertujuan mengevaluasi pendidik, materi pendidikan, dan proses peyampaian materi pelajaran.
Pendapat senada mengungkapkan bahwa tujuan evaluai yaitu untuk mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompitensi/subkompitensi tertentu setelah mengikuti proses pembelajaran, untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan lingkup pengembangan eavaluasi selanjutnya.
Ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia,[23] yaitu:
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya.
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah SAW. terhadap umatnya.
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah SWT yaitu paling bertaqwa kepada-Nya, manusia yang sedang dalam iman atau ketaqwaannya, manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.
______________________
[21] Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 211. [22]Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 53. [23]Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, 163-164.


D. Fungsi dan Kegunaan Evaluasi
Seorang pendidik melakukan evaluasi di sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut:[24]
1. Untuk mengetahui peserta didik yang terpandai dan terkurang di kelasnya.
2. Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki peserta didik atau belum
3. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.
4. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mengalami pendidikan dan pengajaran.
5. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan berbagai penyesuaian dalam kls.
6. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport, ijazah, piagam dan sebagainya.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan Hamalik, bahwa fungsi evaluasi adalah untuk membantu peserta didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya, selain itu juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan adequate (cukup memadai) metode pengajaran serta membantu dan mempertimbangkan administrasinya.[25] Sementara pendapat lain mengemukakan, evaluasi berfungsi sebagai[26]
1. Mengidentifikasi dan merumuskan jarak dari sasaran-sasaran pokok dari kurikulum secara komprehensif;
2. Penetapan bagi tingkah laku apa yang harus direalisasikan oleh siswa;
3. Menyeleksi atau membentuk instrumen-instrumen yang valid, terpercaya dan praktis untuk menilai sasaran-sasaran utama proses kependidikan atau ciri-ciri khusus dari perkembangan dan pertumbuhan manusia didik.
____________________
[24]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 224. [25]Hamalik, Pengajaran Unit, 212. [26]M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 167

Kemudian, secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam[27], diantaranya :
1. Dari segi pendidik, yaitu untuk membantu seorang pendidik mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya
2. Dari segi peserta didik, yaitu membantu peserta didik untuk dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar ke arah yang lebih baik.
3. Dari segi ahli fikir pendidikan Islam, untuk membantu para pemikir pendidikan Islam mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam merumuskan kembali teori-teori pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika zaman yang senantiasa berubah.
4. Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk membantu mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akn diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam).
Sementara itu, sasaran evaluasi pendidikan meliputi: peserta didik dan juga pendidik untuk mengetahui sejauhmana ia bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.[28] Sementara menurut Abudin Nata, bahwa sasaran evaluasi yaitu untuk mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi pendidikan, proses penyampaian materi pelajaran, dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan dengan materi pendidikan.[29]
Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya melihat empat kemampuan peserta didik [30]yaitu:
1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4. Sikap dan pandangannya terhadap diri sendiri selaku hamba Allah Swt, anggota masyarakat serta selaku khalifah-Nya di muka bumi.

_____________________
[27]Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, teoritis dan Prkatis, 77-78. [28] Muhammad Athiyah al-Abrasyî, Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, (Saudi Arabia: dar Al-Ahya’, tt), 362 [29]Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, cet I, 308. [30]Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis, , 162-163.

Allah Swt. dalam mengevaluasi hamba-hamba-Nya tidak memandang formalitas, tetapi memandang substansi di balik tindakan hamba-hamba-Nya. Kualitas perilaku lebih dipentingkan daripada kualitasnya dalam proses evaluasi.[31]
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
E. Prinsip Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik, pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan prinsip-prisip sebagai berikut :[32]
1. Valid
Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes yang terpercaya dan shahih. Artinya ada kesesuaian alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.
2. Berorientasi kepada kompetensi
Dengan berpijak pada kompetensi, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.
3. Berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas)
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian. Dalam ajaran Islam sangatlah diperhatikan kontinuitas, karena dengan berpegang prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil serta menghasilkan suatu tindakan yang menguntungkan.


____________________
[31]Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 213. [32]Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 214. Lihat juga Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 225-226.

4. Menyeluruh (Komprehensif)
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab, dan sebagainya, atau dalam taksonomi Benjamin S. Bloom lebih dikenal dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Kemudian Anderson dan Cratwallmengembangkannya menjadi 6 aspek yaitu mengingat, mengetahui, aplikasi, analisis, kreasi dan evaluasi.
5. Bermakna
Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Adil dan objektif
Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektif berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Jangan karena kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi.
7. Terbuka
Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
8. Ikhlas
Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka efisiensi tercapainya tujuan pendidikan dan bai kepentingan peserta didik.
9. Praktis
Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan beberapa indikator, yaitu: a) hemat waktu, biaya dan tenaga; b) mudah diadministrasikan; c) mudah menskor dan mengolahnya; dan d) mudah ditafsirkan
10. Dicatat dan akurat
Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara sistematis dan komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan.


F. Sistem Evaluasi dalam Pendidikan Islam
Sistem evaluasi yang dikembangkan dalam oleh Allah Swt dan Rasul-Nya berimplikasikan paedagogis sebagai berikut:[33]
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi. Seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah: 155
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya. Seperti tercantum dalam QS. An-Naml: 40
“berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
        
27. Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.
Juga seperti pengevaluasian Nabi Sulaiman terhadap burung hud-hud, seperti tercantum dalam QS. Al-Naml: 27
“berkata Sulaiman: “Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.”
seperti pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelihIsmail putera yang dicintainya. Seperti tercantum dalam QS. As-Shaffat: 103-107

__________________________
[33] Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 215. Lihat juga Lihat juga Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis, , 163-164.

3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelihIsmail putera yang dicintainya. Seperti tercantum dalam QS. As-Shaffat: 103-107
“tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
               


31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah diberikan pdnya, seperti pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah Swt kepadanya di hadapan para malaikat, seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah : 31
“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
             
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
5. Memberikan semacam tabsyîr (berita gembira)bagi yang beraktivitas baik, dan memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk, seperti tercantum dalam QS. Al-Zalzalah: 7-8
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
G. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:[34]
1. Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.Jenis ini diterapkan berdasarkan asumsi bahwa manusia memiliki banyak kelemahan seperti tercantum dalam QS. An-Nisa: 28
         
28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat lemah.
[286] yaitu dalam syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila Telah cukup syarat-syaratnya.
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”.
Dan pada mulanya tidak mengetahui apa-apa, tercantum dalam QS. An-Nahl: 78, sehingga pengetahuan, ketrampilan, dan sikap itu tidak dibiasakan.
    •            
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. QS. An-Nahl: 78
Untuk itu Allah Swt menganjurkan agar manusia berkonsentrasi pada suatu informasi yang didalami sampai tuntas, mulai proses pencarian, (belajar mengajar) sampai pada tahap pengevaluasian.
______________________
[34] Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, 217. Lihat juga Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 227-229. Yahya Qahar, Evaluasi Pendidikan Agama, (–:PT Ciawi Jaya, tt), 14-21. Dan Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis, , 167-168.
Setelah informasi itu dikuasai dengan sempurna, ia dapat beralih pada informasi yang lain, tercantum dalam QS. Al-Insyirah: 7-8
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
a. Fungsi, yaitu untuk memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang lebih baik dan efisien atau memperbaiki satuan/rencana pembelajaran.
b. Tujuan, yaitu untuk mengetahui penguasaan peserta didik tentang materi yang diajarkan dalam satu satuan/rencana pembelajaran.
c. Aspek yang dinilai, terletak pada penilaian normatif yaitu hasil kemajuan belajar peserta didik yang meliputi: pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap materi ajar PAI yang disajikan.
d. Waktu pelaksanaan : akhir kegiatan pembelajaran dalam satu satuan/rencana pembelajaran.
2. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya, seperti tercantum dalam QS. Al-Insyiqaq: 19
•    
19. Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),[1566]
[1566] yang dimaksud dengan tingkat demi tingkat ialah dari setetes air mani sampai dilahirkan, Kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan sampai dewasa. dari hidup menjadi mati Kemudian dibangkitkan kembali.
QS. Al-Qamar: 49
 •    
49. Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui angka atau nilai peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester atau akhir tahun.
b. Tujuan, untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester atau akhir tahunpada setiap mata pelajaran (PAI) pada satu satuan pendidikan tertentu.
c. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kemajuan hasil belajar meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan penguasaan peserta didik tentang mata pelajaran yang diberikan.
d. Waktu pelaksanaan, yaitu setelah selesai mengikuti program pembelajaran selama satu catur wulan, semester atau akhir tahun pembelajaran pada setiap mata pelajaran (PAI) pada satu tingkat satuan pendidikan.
3. Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui keadaan peserta didik termasuk keadaan seluruh pribadinya, sehingga peserta didik tersebut dapat ditempatkan pada posisi sesuai dengan potensi dan kapasitas dirinya.
b. Tujuan, yaitu untuk menempatkan peserta didik pada tempat yang sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan diri peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami hambatan yang berarti dalam mengikuti pelajaran atau setiap program bahan yang disajikan guru.
c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi keadaan fisik, bakat, kemampuan, pengetahuan, pengalaman keterampilan, sikap dan aspek lain yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan peserta didik selanjutnya.
d. Waktu pelaksanaan, sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik menempati/menduduki kelas tertentu, bisa sewaktu penerimaan murid baru atau setelah naik kelas.
4. Evaluasi Diagnostik, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik, baik merupakan kesulitan-kesulitan maupun hambatan-hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar.
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalani kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam satu mata pelajaran tertentu (PAI). Sehingga kesulitan peserta didik tersebut dapat diusahakan pemecahannya.
b. Tujuan, yaitu untuk membantu kesulitan atau mengetahui hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada satu mata pelajaran tertentu (PAI) atau keseluruhan program pembelajaran.
c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi hasil belajar, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
d. Waktu pelaksanaan, disesuaikan dengan keperluan pembinaan dari suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya.
H. Langkah-langkah Evaluasi
Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan evaluasi belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut:[35]
1. Penentuan Tujuan Evaluasi
2. Penyususnan Kisi-kisi soal
3. Telaah atau review dan revisi soal
4. Uji Coba (try out)
5. Penyusunan soal
6. Penyajian tes
7. Scorsing
8. Pengolahan hasil tes
9. Pelaporan hasil tes
10. Pemanfaatan hasil tes
______________________
[35]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,


II
Penutup

Kesimpulan
Dari uraian di atas tentang evaluasi pendidikan Islam dapat ditarik kesimpulan :
1. Evaluasi adalah suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan.
2. Evaluasi pendidikan Islamadalah suatu proses dan kegiatan penilaian yang terencana terhadap peserta didik dari keseluruhan aspek mental-psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islamuntuk mengetahui taraf kemajuan dalampendidikan Islam.
3. Tujuan Evaluasi yaitu : a) mengetahui kadar pemahaman peserta didik; b) mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah; c) mengumpulkan informasi; d) untuk mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompetensi/subkompetensi tertentu; e) untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya.
4. Evaluasi dalam pendidikan Islam, secara umumsangat berguna bagi pendidik, peserta didik, ahli fikir pendidikan Islam,politik pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk membantu mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam).
5. Sasaran evaluasi yaitu untuk mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi pendidikan, proses penyampaian materi pelajaran, dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan dengan materi pendidikan.
6. Prinsip Evaluasi, yaitu : valid, berorientasi kepada kompetensi, berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas), menyeluruh (Komprehensif), bermakna, adil dan objektif, terbuka, ikhlas, praktis, dicatat dan akurat.
7. Sistem Evaluasi Pendidikan Islam, yaitu untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi, untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya, untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putera yang dicintainya, untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah diberikan padanya, seperti pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah Swt kepadanya di hadapan para malaikat, serta memberikan semacam tabsyîr (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik, dan memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk.
8. Jenis-jenis Evaluasi yaitu: a) Evaluasi Formatif, b) Evaluasi Sumatif, c) Evaluasi penempatan (placement), dan d) Evaluasi Diagnostik,
9. Langkah-langkah Evaluasi: penentuan tujuan evaluasi, penyususnan Kisi-kisi soal, telaah atau review dan revisi soal, Uji Coba (try out), Penyusunan soal, Penyajian tes, Scorsing, pengolahan hasil tes, pelaporan hasil tes, pemanfaatan hasil tes.
Demikian makalah yang dapat penulis buat, mudah-mudahan bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi insan pendidikan umumnya.Allâhu a’lam

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kencana, 2008.

2. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

3. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

4. Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

5. Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

6. Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, teoritis dan Praktis, (Jakarta : Ciputat Press, 2005.

7. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

8. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989..

9. John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia.
10 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
11. M. Chabib Thaha, Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1990
12. Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, Bandung: Alumni, 1982.
13. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2008.
14. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,tt.
15. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1990.
16. Zuhairini, dkk., Metodik Khusus pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
BAB. I. PEMBAHASAN
A. Pengertian………………………………………………………………….. 1
B. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam …………………………………. 2
C. Tujuan Evaluasi ……………………………………………………………. 3
D. Fungsi dan Kegunaan Evaluasi …………………………… 5
E. Prinsip Evaluasi……………………………………………………………. 7
F. Sstem Evaluasi Pendidikan Islam……………………………………….. 9
G. Jenis-jenis Evaluasi……………………………………………………….. 11
H. Langkah-langkah Evaluasi………………………………………………... 14
BAB. II. PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………. 13


EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM

OLEH
Drs. SULURI

PASCA Pa
UIN SUSQA PEKANBARU
2011


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM”

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian atau yang lebih khususnya membahas penerapan evaluasi pendidikan Islam, Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang evaluasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Penyusun

Suluri

DAFTAR PUSTAKA
1. Armstrong, T., 2002. Sekolah Para Juara : Menerapkan Multiple Intelegences di Dunia Pendidikan. Bandung : Kaifa
2. Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
3. Campbel, L, et al. 1996. Teaching and Learning through Multiple Intelegences. Massachusetts : Allyn and Bacon
4. Dalton, J. 1990. Creative Thinking and Cooperative Talk in Small Group. Australia : Thomas Nelson
5. Dryden, G.S. 1999. Revolusi Cara Belajar : Keajaiban Pikiran. Bandung : Kaifa
6. Meier, Dave. 2000. The Accerated Learning Handbook : A Creative Guide to Designing and Delivering Faster, More Effective Training Programs. Massachusetts : Allyn and Bacon
7. http://nardisungaililin.blogspot.com/2009/04/kecerdasan-majemuk-multiple- intelegensi.html

(Multiple Inteligence)

PENDAHLUAN BAB. I

A. pengertian
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yng dimkili menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada invidu peserta didik.

Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahman pendidik tentang karakteristik individu.
Jerold E. Kemp dan kawan-kawan mengemukakan (1996) beberapa karakteristik individu siswa yang perlu difahami antara lain :
• Age and maturity level
• Motivation and attitude toward subject
• Expectation and vocational level
• Special Talent
• Mechanical Dexterity
• Ability to work under various enviro condition.
Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu difahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal pternsi yang aa pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner – seorang professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Tulisan ini bertujuan untuk membahas dan lebih memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru dan pendidik dalam membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peseta didik
B. Siswa adalah Individu yang Unik
Pada dasarnya siswa adalah individu yang unik. Setiap siswa memiliki potensi dan kemempuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tidak semua individu memilki profil intelegensi yang sama. Setiap individu juga memilki bakat dan minat belajar yang berbeda-beda.
Pada era membanjirnya informasi dan pengetahuan seperti yang terjadi sekarang ini tidak semua individu harus mempelajari semua informasi. Setiap individu harus bersifat selektif dalam menentukan keterampilan dan pengetahuan yang akan dipelajari. Individu harus memilki pilihan untuk memilih apa yang ingin dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
Setiap siswa memang memiliki potensi yang berbeda – beda dan memilki pilihan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, namun ada beberapa pengetahuan dan kerterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah yaitu kemampuan atau kompetensi dalam bidang :
• Bahasa (linguistic)
• Matematika (math)
• Ilmu Pengetahuan Sosial (social sciences)
• Ilmu Pegetahuan Alam (Natural Sciences)
Keempat bidang ini dapat dipandang sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh individu siswa setelah lulus dari sekolah.









BAB. II
PEMBAHASAN
A. Jenis-Jenis Kecerdasan
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :
• Kecerdasan bahasa
• Kecerdasan matematis logis
• Kecerdasan spasial
• Kecerdasan kinestetis jasmani
• Kecerdasan musikal
• Kecerdasan interpersonal
• Kecerdasan intrapersonal
Terakhir, Gardner menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan naturalis.
1. Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks. Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu
• Pengarang
• Penyair
• Wartawan
• Pembicara
• Pembaca berita
Seseorang ketika dia berpidato atau menjelaskan sesuatu? Ini merupakan kelebihan orang yang memiliki kecerdasan linguistic-verbal. Mereka sangat terampil bermain kata-kata. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.

2. Kecerdasan Matematis/LogisA
Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi matematis yang kompleks. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram computer
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.
3. Kecerdasan Spasial
Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut

4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik tubuh adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan akt vfRtas fisik. Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin.
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir semua bayi dalam keadaan tidak berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai pola gerakan, tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang dan akrobatik. Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a) meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan kemampuan sosial dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan harga diri dan sudah barang tentu (d)meningkatkankesehatan.

5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara.
Para ahli mengatakan bahwa musik adalah jendela hati dan merupakan bahasa universal. Dengan musik orang dapat mengungkapkan isi hatinya, bahkan dengan musik pula orang dapat mempengaruhi hati, betulkan? Menikmati musik tidak menembus batas negara dan bangsa semua orang dapat menikmati musik.Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato).Musik dapat membantu seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik.Banyak pakar berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan kecerdasan pertama yang harus dikembangkan dilihat dari sudut pandang biologi (saraf) kekuatan musik, suara dan irama dapat menggeser pikiran, member ilham, meningkatkan ketakwaan, meningkatkan kebanggan nasional dan mengungkapkan kasih saying untuk orang lain.Kecerdasan musikal dapat member nilai positip bagi siswa karena: (a) meningkatkan daya kemampuan mengingat; (c) meningkatkan prestasi/kecerdasan; (c) meningkatkan kreativitas dan imajinasi.Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik selama delapan bulan mengalami peningkanan dalam IQ spatial sebesar 46% sementara kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat 6%.Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar bila ada musik yang diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini informasi akan lebih mudah tersimpan di dalam memorinya , karena mereka mampu mengoasiasikan irama musik dengan informasi pengetahuan yang mereka baca meskipun kadang-kadang mereka tidak menyadarinya.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain. Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan


7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain.
8. Kecerdasan Naturalis
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini.
Gardner juga mengelompokkan ketujuh kecerdasan manusia menjadi tiga kelompok yaitu:
• Kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related) noleh objek yang dihadapi.
• Kelompok kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, tapi dipengaruhi oleh sistem bahasa dan musik yang didengar.
• Kelompok kecerdasan yang dipengaruhi hubungan dengan orang lain (person related) yaitu kelompok yang bertalian dengan interksi dengan orang lain.
B. Kegiatan untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda
Sejumlah cara atau metode dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan – kemampuan individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis kecerdasan yang spesifik yaitu:
• Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukana dengan cara mengadakan permainan merangkai kata, buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
• Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu seringlah berlatih permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi ulang interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan mainan tiga dimensi lainnya.
• Meningkatkan kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara berlatih menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala ( berapa 21 X 40 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki silang/asah otak lainnya.
• Kecerdasan musikal dapat dilatih dengan cara mengunjungi konser atau pertunjukan musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang memungkinkan untuk bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan gaya musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country, world music ,dll).
• Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan carai bergabung dan berlatih berdsama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa, kumpulkanlah berbagai macam benda yang memiliki beragam tekstur dan bentuknya khas, cobalah kenali benda-benda tersebut dengan mata tertutup.
• Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal yaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin hubungan dengan mereka; luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat; bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek yang berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca, pemain bass, penulisan artikel tentang pantai).
• Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : pilihlah tokoh favorit yang positif, dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahan yang membutuhkan waktu pemahaman yang dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.
• Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acara-acara mengenai program flora dan fauna, (ini yang paling mudah) cobalah untuk menahan dari untuk tidak merusak lingkungan, seperti mencorat-coret meja, menginjak rumput kantor, memetik bunga yang sedang tumbuh.
Tabel berikut (Tabel. 1.) menggambarkan tentang kecenderungan dan kegemaran dan perilaku yang dapat dimati dan metode belajar yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan masing-masing kecerdasan.
Tabel. 1. Kecenderungan dan Metode Belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan Kecerdasan Ganda
JENIS KECERDASAN KECENDERUNGAN /
KEGEMARAN METODE BELAJAR
Bahasa / Verbal Gemar :
- membaca
- Menulis
- Bercerita
- Bermain kata Membaca, menulis, mendengar
Matematis Logis Gemar :
- bereksperimen
- tanya jawab
- menjawawab teka-teki
logis Berhitung, aplikasi rumus, eksperimen
JENIS KECERDASAN KECENDERUNGAN /
KEGEMARAN METODE BELAJAR
Spasial Gemar :
- Mendesain
- Menggambar
- Berimajinasi
- Membuat sketsa Observasi, menggambar, mewarnai, membuat peta
Kinestetik tubuh Gemar :
- menari
- berlari
- melompat
- meraba
- memberi isyarat Membangun, mempraktekan. menari, ekspresi
Musikall Gemar :
- bernyanyi
- bersiul
- bersenandung Menyanyi, menghayati lagu, mamainkan instrumen musik
Interpersonal Gemar :
- memimpin
- berorganisasi
- bergaul
- menjadi mediator Kerjasama dan interaksi dengan orang lain
Intrapersonal Gemar :
- menyusun tujuan
- meditasi
- imajinasi
- membuat rencana
- merenung Berfikir filosofi, analitis, berfikir reflektif
Naturalis Gemar :
- bermain dengan flora fauna
- mengamati alam
- menjaga lingkungan Observasi alamdan mengidentifikasi karakteristik flora dan fauna
C. Faktor – Faktor Penting dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
• Orang tua murid
• Guru
• Kurikulum dan fasilitas
• Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
• Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
• Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu
• 30 % pembelajaran langsung
• 30 % belajar kooperatif
• 30% belajar independent
Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musikal.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik, peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.














BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap individu memiliki potensi yang unik yang harus dikembangkan menjadi kompetensi. Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan potensi individu menjadi kompetensi. Manusia, pada dasarnya, memiliki beberapa jenis kecerdasan yang menonjol. Howard Gardner, seorang pakar psikologi dari Harvard University, mengemukakan delapan jenis kecerdasan yang meliputi kecerdasan:
• Bahasa
• Matematis logis
• Spasial
• Musikal
• Kinestetis tubuh
• Interpersonal
• Intrapersonal
• Naturalis
Dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda di sekolah, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu : masyarakat dan orang tua, guru, kurikulum, fasilitas pembelajaran dan sistem penilaian.
Strategi pembelejaran kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. Strategi dasar pembelajarannya dimulai dengan :
• Membangun/memicu kecerdasan
• Memperkuat kecerdasan
• Mengajarkan dengan/untuk kecerdasan
• Mentransfer kecerdasan
Sedangkan kegiatan-kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyediakan hari-hari karir, studi tour, biografi, pembelajaran terprogram, eksperimen, majalah dinding, papan display, membaca buku-buku untuk mengembangkan kecerdasan ganda, membuat table perkembangan kecerdasan anda, atau human intelligence hunt




DAFTAR PUSTAKA

1. Armstrong, T., 2002. Sekolah Para Juara : Menerapkan Multiple Intelegences di Dunia Pendidikan. Bandung : Kaifa
2. Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
3. Campbel, L, et al. 1996. Teaching and Learning through Multiple Intelegences. Massachusetts : Allyn and Bacon
4. Dalton, J. 1990. Creative Thinking and Cooperative Talk in Small Group. Australia : Thomas Nelson
5. Dryden, G.S. 1999. Revolusi Cara Belajar : Keajaiban Pikiran. Bandung : Kaifa
6. Meier, Dave. 2000. The Accerated Learning Handbook : A Creative Guide to Designing and Delivering Faster, More Effective Training Programs. Massachusetts : Allyn and Bacon
7. http://nardisungaililin.blogspot.com/2009/04/kecerdasan-majemuk-multiple- intelegensi.html













Kata Pengantar


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.


Penyusun

Suluri







DAFTAR ISI

Kata Pengantar
BAB. I. PENDAHULUAN
B. Pengertian………………………………………………………………………………………… 1
C. Siswa adalah Individu yang Unik………………………………………………………... 2

BAB. II. PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Kecerdasan………………………………………………………………………. 3
B. Kegiatan untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda……………………………… 7
C. Faktor – Faktor Penting dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda 10
BAB. III. PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………. 13













KECERDASAN GANDA



OLEH
SULURI
BUDI AGUS
ARMINTO
MAHASISWA PASCA SARJANA UIN SUSQA PEKANBARU
2011






















http://nardisungaililin.blogspot.com/2009/04/kecerdasan-majemuk-multiple- intelegensi.html
8 Macam Kecerdasan pada Manusia
8 MACAM KECERDASAN UNTUK BERHASIL

Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, Dr. Howard Gardner menemukan sebuah teori tentang kecerdasan. Ia mengatakan bahwa manusia lebih rumit daripada apa yang dijelaskan dari tes IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda. Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda meliputi: (1) kecerdasan linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang sudah dikenal sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu (3) kecerdasan spasial-visual, (4) kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal. Sekarang tujuh kecerdasan tersebut di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen kecerdasan yang lain, yaitu (8) kecerdasan naturalis.

Sumber : http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/8-macam-kecerdasan-untuk-berhasil.html
Diposkan oleh Padiya di 20:35 0 komentar
Kecerdasan Linguistik-Verbal
KECERDASAN LINGUISTIK-VERBAL

Pernahkah anda terpesona dengan seseorang ketika dia berpidato atau menjelaskan sesuatu? Ini merupakan kelebihan orang yang memiliki kecerdasan linguistic-verbal. Mereka sangat terampil bermain kata-kata. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.

Sumber : http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-linguistik-verbal.html
Diposkan oleh Padiya di 20:33 0 komentar
Kecerdasan Logika-Matematika
KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.

Sumber : http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-logika-matematika-kecerdasan.html
Diposkan oleh Padiya di 20:31 4 komentar
Kecerdasan Visual-Spasial
KECERDASAN VISUAL-SPASIAL

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut.

Sumber : http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-visual-spatial.html
Diposkan oleh Padiya di 20:30 0 komentar
Kecerdasan Ritmik Musikal
KECERDASAN RITMIK MUSIKAL YANG MEMPESONA

Para ahli mengatakan bahwa musik adalah jendela hati dan merupakan bahasa universal. Dengan musik orang dapat mengungkapkan isi hatinya, bahkan dengan musik pula orang dapat mempengaruhi hati, betulkan? Menikmati musik tidak menembus batas negara dan bangsa semua orang dapat menikmati musik.Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato).Musik dapat membantu seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik.Banyak pakar berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan kecerdasan pertama yang harus dikembangkan dilihat dari sudut pandang biologi (saraf) kekuatan musik, suara dan irama dapat menggeser pikiran, member ilham, meningkatkan ketakwaan, meningkatkan kebanggan nasional dan mengungkapkan kasih saying untuk orang lain.Kecerdasan musikal dapat member nilai positip bagi siswa karena: (a) meningkatkan daya kemampuan mengingat; (c) meningkatkan prestasi/kecerdasan; (c) meningkatkan kreativitas dan imajinasi.Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik selama delapan bulan mengalami peningkanan dalam IQ spatial sebesar 46% sementara kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat 6%.Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar bila ada musik yang diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini informasi akan lebih mudah tersimpan di dalam memorinya , karena mereka mampu mengoasiasikan irama musik dengan informasi pengetahuan yang mereka baca meskipun kadang-kadang mereka tidak menyadarinya.

Sumber : http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-ritmik-musikal-yang.html
Diposkan oleh Padiya di 20:28 1 komentar
Kecerdasan Kinestetik
KECERDASAN KINESTETIK

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir semua bayi dalam keadaan tidak berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai pola gerakan, tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang dan akrobatik. Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a) meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan kemampuan sosial dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan harga diri dan sudah barang tentu (d) meningkatkan kesehatan.

Sumber : http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-kinestetik_3534.html
Diposkan oleh Padiya di 20:26 0 komentar
Kecerdasan Interpersonal
KECERDASAN INTERPERSONAL

Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain. Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan

Sumber : http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-interpersonal.html