Senin, 27 Juni 2011

TELAAH KRITIS TERHADAP PESANTREN KILAT

DI SMA NEGERI SAMPANG DAN ALTERNATIF PENGEMBNGANNYA

(Oleh Drs. Sugeng, M.Ag)

A. Pendahuluan

Bahwa keberadaan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua telah timbul dan berkembang sejak penyiaran Islam dan telah banyak berperan dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan melahirkan banyak ulama, mubaligh, dan guru agama yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Sejak masa pertumbuhan hingga kini pesantren tetap eksis dan konsisten memainkan fungsinya sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin). Fungsi tersebut diharapkan tetap berkembang di masa yang akan datang.

Mengingat fungsi pesantren yang sangat strategis dan peranannya yang cukup besar selama ini, sangat tepat apabila program pesantren kilat diselenggarakan melalui pendidikan sekolah, seperti di SMA Negeri Sampang.

Saat ini pemerintah memandang bahwa agama merupakn bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia yang sedang membangun. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang religius akan tetap menjadikan agama menjadi pilar pembangunan dalam mencapai cita-cita nasionalnya. Di samping itu, pemerintah juga tengah merasakan semakin merebaknya persoalan kenakalan remaja (pelajar) terutama di beberapa kota besar. Setelah tujuh tahun dijalankan (1996 – 2003) terlebih lagi dengan dikembalikannya kebijakan pesantren kilat, agaknya penyelenggaraan pesantren kilat itu perlu ditinjau, dievaluasi dan diformulasikan kembali. Hal ini mengingat peran strategis yang dimiliki oleh program ini sebagai alternatif pendidikan agama Islam di masa depan.

Tulisan ini akan mencoba menelaah kritis atas pelaksanaan pesantren kilat di SMA Negeri Sampang Kabupaten Cilacap dan alternatif pengembangannya.

B. Latar Belakang Perlunya Pesantren Kilat di SMA Negeri Sampang

Dalam Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditetapkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan Sistem Pendidikan Nasional yang meningkatkan keilmuan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-undang. Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

Ketentuan di atas merupakan pendidikan agama pada posisi yang amat strategis dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, maka perlu dikembangkan berbagai jenis kegiatan yang mengarah pada peningkatan optimalisasi penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah, terutama di SMA Negeri Sampang. Namun untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah cukup ditempuh dua jam pelajaran dalam satu minggu. Namun perlu dikembangkan salah satunya melalui pesanteren kilat (Pesanteren Ramadhan).

Era industrialisasi dsan informasi yang melanda Indonesia saat ini telah mendorong proses perubahan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Secara ekonomi, industialisasi telah mempertajam kesenjangan ekonomi dan menimbulkan konsumerisme di kalangan masyarakat. Secara sosial, industialisasi dan globalisasi informasi telah meningkatkan ketegangan dan kriminalitas. Sedangkan secara budaya telah memudarkan nilai-nilai tradisional dan religius.

Selain itu, kini bangsa Indonesia telah menghadapi berbagai persoalan akibat adanya gerakan reformasi. Berbagai krisis, mulai dari krisis moneter, ekonomi, politik, hukum, bahkan krisis global hingga sampai pada krisis kepercayaan, menjadikan bangsa Indonesia hidup dalam keterpurukan. Akibatnya di sana sini muncul berbagai kekerasan dan kerusuhan yang mengarah pada desintegrasi bangsa. Masyarakat semakin berani untuk berbuat semaunya sendiri dan bertindak melawan hukum. Semua masalah ini apabila ingin dicari penyebabnya tentu sangat kompleks. Tetapi tidaklah salah jika dikatakan bahwa pangkal permasalahannya terletak pada adanya krisis iman dan moral masyarakat.

Dengan kenyataan di atas, dunia pendidikan kita menghadapi sejumlah tantangan yang berat, khususnya menyangkut pembentukan kepribadian bangsa sebagaimana yang telah dicita-citakan dalam tujuan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang meliputi aspek pembangunan SDM memandang perubahan yang terjadi di masyarakat akan mempengaruhi tingkat keberhasilan yang dicapai oleh duinia pendidikan. Sukesnya pendidikan bukan hanya diukur dari perolehan nilai secara kuantitas, justru harus ada keseimbangan dari segi kualitas, seperti aspek afektif, psikomotor dan lain-lain.

Ukuran keberhasilan atau sukses pendidikan selama ini selalu ditekankan pada aspek kuantitatif (angka-angka) seperti pencapaian Ujian Nasional (UN), nilai raport, perolehan kursi di Perguruan Tinggi dan sebagainya. Padahal seharusnya tolok ukur keberhasilan pendidikan tidak hanya menyangkut aspek kognitif sja, namun aspek afektif dan psikomotorik sehingga watak atau karakteristik anak, keimanan kepada Tuhan, sopan santun, akhlak, budi pekerti luhur, dimasukkan ke dalam kriteria disamping nilai akademik yang baik.

Oleh karena itu, pengaruh perubahan itulah banyak pelajar yang cenderung teralienasi dari nilai-nilai luhur yang menjadi dambaan pendidik dan orang tua, bahkan banyak juga yang terlibat dalam berbagai tindak kriminal. Dalam konteks seperti ini,pendidikan agama yang banyak bersebtuhan dengan aspek moral dan kepribadian anak didik menjadi semakin penting untuk dikedepankan dalam rangka mengantisipasi dampak negatif industrialisasi dan reformasi, khususnya di dunia pendidikan. Akan tetapi justru yang sekarang dirasakan adalah bahwa pendidikan agama di sekolah tidak efektif. Hal ini karena pendidikan agama di sekolah memiliki problem seperti perangkat metodologi dan minimnya sarana prasarana dan kelangkaan SDM yang berkualitas dan konsen terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan agama.

Dari kondisi tersebut maka muncul inisiatif di kalangan pesantren untuk membuat Pesanteren Kilat. Ide ini dirspon secara positif oleh pemerintah (Departemen Pendidikan), sehingga muncul kebijakan untuk melaksanakan Pesanteren Kilat di sekolah.

C. Urgensi Pesantren Kilat

Pesanteren Kilat merupakan sebuah terobosan yang cukup penting dalam menghadapi sejumlah ketimpangan pendidikan agama. Secara metodologis atau pada bulan Ramadhan, Pesanteren Kilat yang diselenggarakan sebagai selingan dalam rangka mengisi bulan suci akan membawa suasana baru bagi anak didik dalam proses belajar dan dapat mengurangi rasa jenuh yang timbul karena metode pengajaran di kelas yang konvensional. Suasana seperti itu diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan pendidikan agama.

Dari segi didaktik, materi Pesanteren Kilat yang lebih mendalam dan spesifik sangat membantu dalam mengurangi kemiskinan pendidikan agama di sekolah yang banyak didominasi oleh metode ceramah. Selain itu, berbeda dengan pendidikan agama di sekolah yang lebih bersifat kognitif atau pengajaran semata, Pesanteren Kilat diharapkan mampu menjangkau aspek afeksi dan psikomotor anak didik.

Dari segi manfaat, selain menguntungkan pemerintah,orang tua dan masyarakat, Pesanteren Kilat juga bermanfaat bagi siswa yang sedang berproses menuju pendewasaan sebagai bagian dari proses pembelajaran individu. Beberapa manfaat antara lain :

1. Pesanteren Kilat dapat mengisi salah satu kebutuhan dasar individu, yaitu agama. Karena keterbatasan waktu dan materi pendidikan agama di sekolah maka pendidikan agama di luar sekolah menjadi alternatif untu mengatasi keterbatasan tersebut. Dengan intensif waktu dan metodologi Pesanteren Kilat, aspek pembentukan kepribadian lebih mungkin dijangkau.

2. Dengan Pesanteren Kilat siswa dapat menjangkau ruang sosial yang lebih luas. Mereka dapat mengenal banyak teman, memahami berbagai kepribadian yang heterogen.

3. Dengan Pesanteren Kilat siswa dapat belajar lebih dewasa dan mandiri. Hal ini mengingat bahwa pada umumnya peserta Pesanteren Kilat berasal dari kelompok ekonomi menengah ke atas, biasanya kurang mandiri.

4. Dengan Pesanteren Kilat dapat mempersiapkan siswa untuk menghadapi realitas perubahan di masyarakat yang begitu cepat. Dengan bekal agama yang cukup, siswa diharapkan dapat memiliki kepribadian yang kuat.

D. Keunikan Pesanteren Kilat

Sebagai wahana pendidikan dan pelatihan yang tumbuh sebagai eksperimen masyarakat muslim Indonesia memiliki keunikan atau kekhasan sendiri. Pertama, penyelenggaraan Pesantren Kilat berlangsung singkat tetapi intensif, sehingga lebih terasa hasilnya. Hal ini terjadi karena Pesantren Kilat dilaksanakan dengan pendekatan dan metode khusus yang sederhana merupakan kombinasi antara metode pesantren dengan metode-metode mutakhir yang biasanya digunakan dalam pelatihan-pelatihan modern. Kedua, Pesantren Kilat adalah sebuah komunitas muslim yang secara artificial dikembangkan sehingga para peserta dapat berinteraksi secara intensif dengan suasana dan semangat kebersamaan, peserta mencoba memahami dan menjalani esensi dan hakikat hidup Islami yang lebih kafah.

Dalam Pesanteren Kilat, santri tidak banyak belajar apa itu Islam, tetapi lebih ke arah bagaimana menjadi muslim yang lebih baik. Santri ditekankan untuk lebih menghayati Islam daripada sekedar mengetahui. Mereka diajak untuk lebih merasakan daripada sekedar memahami.

Ketiga, dalam Pesanteren Kilat diselenggarakan kegiatan ibadah seperi Qiyamullail, perenungan dan ekspresi diri, tadarrus intensif dan sebagainya. Kegiatan ini memberikan pengalaman beragama (religious experience) yang mendalam dan mengesankan bagi santri. Kegiatan dan interaksi yang dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil,disamping dapat meningkatkan interaksi antar santri, juga membina persaudaraan (ukhuwwah) antar mereka.

E. Problem di Seputar Pesanteren Kilat

Meski Pesanteren Kilat telah menjadi program nasional, beberapa agenda permasalahan masih menghadang. Secara garis besar masalah yang ada di seputar Pesanteren Kilat dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Materi

Materi apa yang perlu disampaikan di Pesanteren Kilat. Apakah sama dengan kurikulum di sekolah ? pertanyaan ini perlu diajukan karena sebagai gagasan baru, Pesanteren Kilat belum memilki materi baku yang siap pakai. Selama ini materi Pesanteren Kilat yang dilakukan oleh berbagai lembaga sangat bervariasi. Hal ini berbeda, misalnya dengan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) yang berkembang di masyarakat sejak beberapa tahun lalu. TPA berhasil dengan cepat memasyarakat karena materinya terfokus, yaitu membaca Al Qur’an. Untuk mencapai tujuan ini telah dikembangkan berbagai metode, misalnya apa yang ditempuh oleh As’ad Humam dengan metode Iqra nya telah mengembangkan metode belajar huruf Al Qur’an disertai dengan pemakaian metode klasikal dan tutorial, buku panduan mengajar, format kegiatan, evaluasi dan sebagainya.

2. Metode Penyampaian

Sebagaimana persoalan materi, metode penyampaian juga menjadi persoalan, karena beragamnya metode yang ada, terlebih lagi dengan kemunculan metode pelatihan baru seperti outward-outbonding, dan aneka games. Persoalan menjadi rumit apabila dikaitkan dengan kondisi daerah dan tingkat usia pendidikan yang berbeda. Misalnya untuk tingkat SD, metode apa yang sebaiknya digunakan. Demikian pula untuk tingkat SLTP dan SLTA.

3. Pemandu dan Tutor

Persoalan ini berkaitan dengan terbatasnya sumberdaya manusia, yaitu terutama dengan keinginan menjadikan Pesanteren Kilat sebagai tranfer nilai. Untuk mencapai tujuan ini tentu diperlukan pemandu, pembimbing atau tentor yang tidak semata-mata bisa memahami siswa, tetapi juga mampu membantu siswa untuk menghayati dan mengamalkannya. Sementara kemampuan seperti ini tidak bisa dikembangkan di lembaga-lembaga formal pendidikan di Indonesia. Hal ini semakin berat apabila Pesanteren Kilat akan diselenggarakan oleh sekolah di desa.

4. Ekses

Dilihat dari segi ekses, Pesanteren Kilat memang positif tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa Pesanteren Kilat akan mengakibatkan pemahaman agama yang sempit dan instan di kalangan siswa. Selain itu, juga memungkinkan untuk mengakibatkan konflik antara anak dan orang tua, karena sang anak mendapatkan orang tuanya tidak seideal apa yang ia kenal Pesanteren Kilat.

5. Waktu Pelaksanaan

Untuk pelaksanaan Pesanteren Kilat bila disesuaikan dengan kebutuhan sebagai lazimnya pondok pesantren, masih jauh dari sempurna, karena yang paling ideal, sistem pesantren 24 jam dalam pengawasannya.

6. Dukungan Pemerintah

Mestinya pemerintah lebih memperhatikan terhadap pelaksanaan Pesanteren Kilat melalui kebijakan, bantuan dana operasional dan lain-lain.

F. Kesimpulan

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pesanteren Kilat merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang lebih menekankan pendidikan nilai. Kekhasan Pesanteren Kilat ini merupakan potensi yang amat penting artinya bagi apabila dikaitkan dengan tujuan pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas sebagaimana tersebut di atas. Nilai imtak (spiritual) yang berkaitan dengan keimanan, ketakwaan, ibadah, akhlak dan muamalah belum dibina secara memadai dengan kegiatan kurikuler persekolahan yang ada, khususnya pendidikan agama Islam. Hal ini terjadi, mengingat bahwa nilai tambah Imtaq tersebut lebih berkaitan dengan dimensi nilai (yang menumbuhkan kesadaran, sikap dan perilaku) daripada pengetahuan.

Persoalan yang perlu dikaji lebih lanjut adalah bagaimana penjabaran operasional pengertian pendidikan nilai Pesantren Kilat ini dalam pelaksanaannya. Materi apa yang perlu disampaikan dan bagaimana metode yang digunakan pada kegiatan Pesanteren Kilat tersebut agar proses alih nilai (transfer of value) dapat berlangsung dengan baik. Pembimbing atau pemandu yang seperti apa yang diperlukan agar interaksi kegiatan dalam Pesanteren Kilat berlangsung seperti yang diharapkan. Model penyelenggaraan yang bagaimana yang di satu sisi mendukung terlaksananya proses pendidikan nilai di atas dan di sisi lain sesuai dengan kondisi dan lingkungan sekolah yang amat bervariasi.

G. Rekomendasi Untuk Pengembangan

Berbagai pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam hal penyelenggaraan Pesantren Kilat adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan kurikulum (materi dan metodologi) Pesantren Kilat hendaknya lebih menekankan pada aspek penghayatan dan pengamalan kehidupan beragama peserta didik/santri.

2. Perlu dikembangkan penggambaran kehidupan beragama dalam keterkitannya dengan realitas kehidupan dan persoalan nyata yang dihadapi oleh peserta didik/santri sebagai penggambaran bahwa Islam adalah Rahmatan Lil ‘Alamin.

3. Perlu dikembangkan wawasan yang utuh dan terpadu bagi peserta didik/santri dalam menghayati nilai-nilai Imtaq dan Iptek, pemahaman ayat Kauliyah dan Kauniyah.

4. Pengembangan aspek mtodologi hendaknya proses alih nilai dalam Pesantren Kilat ini dapat berlangsung secara intensif, antara lain dengan mekanisme: pembiasaan, peneladanan, penghayatan dan pelembagaan.

5. Diknas dan Depag perlu mendukung, menfasilitasi, membantu sesuatu yang diperlukan untuk operasionalisasi Pesantren Kilat.

6. Kepada Instrumen sekolah, lembaga terkait, komite sekolah, masyarakat, tokoh agama untuk meningkatkan secara intens atas dukungannya.

Ada beberapa komponen lain yang perlu dikembangkan dalam Pesantren Kilat, antara lain :

1. Pendekatan Pembelajaran dan Penilaian

Pendekatan ini meliputi :

a. Keimanan

b. Pengamalan

c. Pembiasaan

d. Rasional

e. Emosional

f. Fungsional

g. Keteladanan

2. Pengorganisasian Materi

Kegiatan ini mensiasati proses pembelajaran dengan perencanaan/rekayasa terhadap unsur-unsur instrumental melaluiupaya pengorganisasian yang rasional dan menyeluruh dengan kronologis, sebagai berikut :

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan

c. Penilaian

Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran hendaknya diikuti langkh-langkah strategis sesuai dengan prinsip didaktik, antara lain :

a. Dari mudah ke sulit

b. Dari sederhana ke kompleks

c. Dari konkrit ke abstrak

3. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi Informasi dan Komunikasidiperlukan dalam mewujudkan kreatifitas dan keterampilan agar hasil pembelajaran siswa/santri dapat diketahui oleh siswa/santri lain dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru dalam rangka mencari gagasan untuk perancangan dan pembuatan benda-benda keterampilan sebagai wujud dari kreatifitas siswa.

4. Membaca Al Qur’an

Membaca A; Quran di setiap awal pembelajaran selama 5 menit sampai dengan 10 menit dengan tujuan untuk mengoptimalkan ketercapaian kemampuan membaca/menghafal Al Quran secara baik dan benar.

5. Nilai-nilai

Setiap materi yang diajarkan kepada peserta didik/santri mengandung nilai-nilai yang terkait dengan perilaku kehidupan sehari-hari, misalnya mengajar materi ibadah, seperti wudhu. Selain keharusan menyampaikan air pada semua anggota wudhu, di dalamnya juga terkandung nilai-nilai bersih. Nilai-nilai yang harus ditanamkan kepada peserta didik dalam pendidikan agama (efektif)

6. Aspek Sikap

Unsur pokoknya adalah akhlak, misalnya selain dikaji masalah yang bersangkutan dengan aspek ilmu pengetahuan, aspek fungsionalnya diutamakan pada aspek sikap sehingga kelak siswa/santri mampu bersikap sebagai seorang muslim yang berakhlakuk karimah. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, unsur akhlak juga didukung oleh cerita-cerita Rasul yang berkaitan dengan sifat-sifat keteladanannya (Uswatun Hasanah).

7. Keterpaduan

Pola pembinaan pendidikan agama Islam dikembangkan dengan menekankan keterpaduan diantara tiga lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu, Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) perlu mendorong dan memantau kegiatan pendidikan agama Islam yang dialami oleh siswanya di lingkungan lainnya (keluarga dan masyarkat), sehingga terwujud keselarasan dan keserasian sikap perilaku dalam pembinaannya. Semoga bermanfaat ...

Rabu, 08 Juni 2011

Sejarah Terbentuk Nama Bengkalis

Sejarah Terbentuk Nama Bengkalis

Bengkalis merupakan Kabupaten dengan julukan Negeri Junjungan, pusat kota terletak di Kecamatan Bengkalis terdiri dari etnis Melayu, Tionghoa, Jawa, Batak, Minang dengan mayoritas penduduknya adalah Melayu. Asal mula terbentuknya nama Bengkalis berawal dari kedatangan Tuan Bujang alias Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah beserta pembantu dan pengikutnya pada tahun 1722 di kepulauan Bengkalis. Diambil dari kata "Mengkal" yang berarti sedih atau sebak dan "Kalis" yang berarti tabah, sabar dan tahan ujian. Raja Kecil mengungkapkan kepada pembantu dan pengikutnya "Mengkal rasanya hati ini karena tidak diakui sebagai Sultan yang memerintah negeri, namun tidak mengapalah, kita masih kalis dalam menerima keadaan ini" ketika ingin merebut tahta kerajaan Johor. Sehingga menjadi buah bicara penduduk bahwa baginda sedang Mengkal tapi masih Kalis, akhirnya ucapan itu menjadi perkataan "oh baginda sedang Mengkalis". Dari kisah ini timbullah perkataan Mengkalis dan lama kelamaan perkataan ini berubah menjadi "Bengkalis"
Adapun kedatangan Raja Kecil beserta pembantu dan pengikutnya disambut oleh Batin Senggoro, Batin Merbau, Batin Selat Tebing Tinggi dll. Raja Kecil adalah pewaris Raja Johor, sehingga membuat batin-batin tersebut lebih hormat dan mereka mengusulkan agar Raja Kecil membangunkan kerajaannya di pulau Bengkalis. Namun melalui musyawarah beliau dengan Datuk Laksemana Bukit Batu, Datuk Pesisir, Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh, Datuk Kampar dan Para Batin disepakati bahwa pusat kerajaan di dirikan didekat Sabak Aur yakni di Sungai Buatan salah satu anak Sungai Siak. Sehingga pada tahun 1723 dibangunlah pusat kerajaan dan berkembang menjadi Kerajaan Siak Sri Indrapura. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Bengkalis pernah menjadi basis awal kerajaan Siak dan dibengkalis pulalah wawasan mendirikan kerajaan Siak dimufakati. Jauh sebelum kedatangan Raja Kecil, Bengkalis telah menunjukkan peran penting dalam arus lalu lintas niaga di Selat Melaka, terutama sebagai tempat persinggahan saudagar yang keluar masuk Sungai Siak.

Wahai Pemimpin Tersayang. Ketahuilah 100 Fatwa Ulama Bahawa Wahabi Adalah MILITAN

Wahai Pemimpin Tersayang. Ketahuilah 100 Fatwa Ulama Bahawa Wahabi Adalah MILITAN

SEBAHAGIAN ORANG JAHIL DITIPU OLEH PENJAHAT WAHABI KONONNYA WAHABI ADALAH JEMAAH YANG ADIL, TIDAK CEPAT MENGHUKUM ORANG, IKUT SUNNAH, TAAT PADA PEMIMPIN, BERILMU DAN BAGUS SETARAF DENGAN SAHABAT NABI. Fuh!

BOHONG ! DAN DUSTA ! PENGKHIANAT ALLAH TIADA LAIN KECUALI WAHHABI. KAMI YANG MENGKAJI MENDAPATI WAHABI GEMAR MENGKAFIRKAN ULAMA ISLAM DAN UMAT ISLAM. PEMIMPIN ISLAM SEMUANYA DIHUKUM OLEH WAHHABI SEBAGAI KAFIR HALAL UNTUK DIBUNUH. TIDAK CUKUP DENGAN ITU SEJARAH KEZALIMAN DAN KEKEJAMAN WAHHABI TERHADAP ULAMA ISLAM DAN UMAT ISLAM MASIH MENGALIR BAHANG PANASNYA DARAH MEREKA DISETIAP DETIK KEHIDUPAN KAMI. SIAPA AKAN MEMBAYAR DARAH ITU?!

WALLAHI YA IKHWAN! KITA AHLI SUNNAH TIDAK PERNAH MENJENTIK SEORANG PUN WAHHABI WALAUPUN RATUSAN ULAMA DAN PULUHAN RIBU UMAT ISLAM DIBUNUH OLEH WAHHABI. KITA TIDAK MEMBALAS WALAUPUN DARAH PARA ULAMA ISLAM YANG DIBUNUH WAHABI TIDAK DIBAYAR. YANG KITA AHLI SUNNAH WAL JAMAAH MAHUKAN ADALAH KEHARMONIAN DAN KEMANTAPAN AKIDAH UMAT ISLAM DAN MEMBERI PERINGATAN AGAR TIDAK TERPENGARUH DENGAN WAHABI MILITAN INI.

Fatwa Khas Ulama-ulama Terkenal Bahwa Wahabi Adalah Militan, Pengganas, Radikal dan Perosak Agama Islam Dan Umat islam:-

1- Dr. Syeikh Ahmad Toyyib Syeikh Akbar Al-Azhar Universiti menyatakan bahawa pandangan seluruh ulama Al-Azhar yang mewakili ribuan ulama Al-Azhar mengfatwakan bahawa Wahabi adalah MILITAN & PENGGANAS. Rujuk:



2- Dr. Syeikh Ali Jumah Mufti Mesir menyatakan bahawa Wahabi itu ada kaitan dan jaringan yang besar dengan militan&pengganas. Rujuk:



3- Dr. Syeikh Ramadhan Al-Bouty fatwakan bahawa Wahabi adalah militan & pengganas yang merupakan agent kafir Britain dihantar untuk merosakkan Islam dari dalam. Rujuk:




4- Dr. Yusuf Qardawi menghukum Wahabi Salafi sebagai PENGGANAS & MILITAN memerang&membunuh umat Islam, kafir Yahudi pula dibiarkan. Rujuk: ( http://abu-syafiq.blogspot.com/2010/06/pengkhianatan-wahhabi-tahrir-di.html )



Video kenyataan Yusuf Qardawi dalam tv Al-Jazeerah.

Berkata Dr. Yusuf Qardawi apabila ditanya mengenai peperangan yang berlaku antara HAMAS dan WAHHABI (Masjid Ibnu Taimiah&Golongan Ansarrullah&SalafiyyahWahhabiyyah)

Dr. Yusuf Qardawi menjawab:

" Saya amat yakin bahawa HAMAS dalam melawan tindakan terhadap golongan itu (Wahhabiiyyah Salafiyyah) HAMAS telah melakukan sesuatu yang amat benar, HAMAS telah banyak kali menasihat jemaah tersebut ( SalafiyyahWahhabiyah) agar tidak menyerang saudara Umat Islam, memadai umat Islam menentang dan meyerang Yahudi Israeil sahaja bukan bergaduh sesama sendiri.

HAMAS telah banyak kali membawa para ulama dan pemerintah Islam berbincang dengan jemaah ini (SalfiyyahWahhabiyya) tetapi mereka (Wahhabi) tidak mempedulikan dan tidak pandai/ Mereka (SalafiyyahWahhabiyyah) itu tidak pandai mengenai Fiqh Jihad sama sekali. Kepada merekalah saya tujukan kitab Fiqh Jihad. Kerana mereka (SalafiyyahWahhabiyyah) memahami fiqh jihad itu adalah memerangi umat Islam. Buktinya ketikamana Yahudi merampas Gaza kita langsung tidak mendapati mereka (salafiyyahWahhabiyah) itu membantu umat Islam Palestin samaada secara pergorbanan,peperangan atau apa-apa sumbangan mereka langsung tidak ada terhadap umat Islam di Gaza yang diserang Yahudi.

Malangnya kita dapati mereka (SalafiyyahWahhabiyyah) menyumbangkan pembunuhan dan peperangan keatas umat Islam pula. Mereka mendakwa mahukan Daulah Islamiah atau Khilafah Islamiah. Apa ini?! Merdeka dahulu Palestin baru kita bicara mengenai itu semua!. Kita dapati mereka (SalafiyyahWahhabiyah) di Palestin bila tokoh mereka berkhutbah sehingga sampai mengangkat senjata dengan pakaian serba hitam, ini adalah suasana yang tidak sepatutnya...."- TAMAT KENYATAAN DR.YUSUF QARDAWI.

5- Ulama Malaysia Tuan Guru Abdullah Fahim mewakili seluruh ulama Ahli Sunnah Wal Jamaah Malaysia yang bilangannya jutaan atau lebih mengatakan bahawa Wahabi itu militan, pengganas dan KHAWARIJ. Rujuk: Jabatan Agama islam Pulau Pinang Tokoh-tokoh Ulama’ Semenanjung Melayu (2); Terbitan Majlis Ugama Islam Dan Adat Istiadat Melayu Kelantan; Cetakan Tahun 1996; Halaman 37 dan 38.

Selebihnya lagi ulama bersama karangan mereka yang mengfatwakan bahawa Wahabi adalah MILITAN dan Pengganas serta Khawarij…:

6- Fasl al-Khitab fi Radd ‘ala Muhammad ibn Abdil Wahhab oleh Syaikh Sulaiman ibn Abdil Wahhab. Inilah merupakan kitab yang pertama yang menolak fahaman Wahhabi yang ditulis oleh saudara kandung pengasas fahaman Wahhabi.

7- As-Sowa’qul Ilahiyyah fi Raddi ‘ala al-Wahhabiyyah oleh al-‘Alim al-‘Allamah al-Syaikh Sulaiman ibn ‘Abdul Wahhab al-Najdi.

8- Fitnah al-Wahhabiyyah oleh al-‘Alim al-‘Allamah al-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (kitab ini telah diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh Ustaz Muhammad Fuad bin Kamaluddin ar-Rembawi)

9- Ad-Durarus Saniyah fi al-Raddi ‘ala al-Wahhabiyyah oleh al-‘Alim al-‘Allamah al-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (kitab ini telah diterjemahkan ke bahasa Melayu, maaflah ambo lupa tajuknya)

10- Khulasatul Kalam fi Bayani 'Umara` al-Balad al-Haram karangan al-‘Alim al-‘Allamah al-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan

11- Saif al-Jabbar oleh Syaikh Fadhlur Rasul

12- Al-Aqwal al-Mardiyyah fi al-Radd 'ala al-Wahhabiyyah oleh al-Syaikh al-Faqih 'Atha' al-Kasam al-Dimashqi al-Hanafi

13- Ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah oleh Syaikh Sholeh al-Kuwaisy al-Tunisi

14- Ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah oleh Abu Hafs Umar al-Mahjub

15- Ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah oleh Syaikh Muhammad Sholeh al-Zamzami al-Syafie

16- Ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah oleh Syaikh Ibrahim ibn Abdul Qadir al-Tarabulasi al-Riyahi al-Tunisi

17- Ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah oleh Mufti Madinah Zubir di Bashrah - Syaikh Abdul Muhsin al-Asyniqiri al-Hanbali

18- Ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah oleh Mufti Fez - Syaikh al-Makhdum al-Mahdi

19- Ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah oleh Qadhi Jamaa’ah di Maghribi - Syaikh Ibn Kiran

20- Ar-Radd ‘ala Ibni Abdil Wahhab oleh Syaikhul Islam Tunisia- Syaikh Ismail al-Tamimi al-Maliki

21- Ar-Radd ‘ala Ibni Abdil Wahhab oleh Syaikh Ahmad al-Misri al-Ahsa’i

22- Ar-Radd ‘ala Ibni Abdil Wahhab oleh al-‘Allamah Barakat al-Syafie al-Ahmadi al-Makki

23- Ar-Radd ‘ala Muhmmaad ibn Abdil Wahhab karangan Muhammad ibn Sulaiman al-Kurdi asy-Syafie, guru dan syaikh bagi Ibn ‘Abdul Wahhab. Disebut oleh Ibnu Marzuq asy-Syafie: Syaikhnya ini telah berfirasat bahwa dia akan menjadi orang yang sesat dan meyesatkan seperti mana firasat syaikhnya Muhammad Hayat as-Sindi dan dan ayahnya [ayahnya Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab].

24- At-Taudhih ‘ala Tauhid al-Khallaq fi Jawab Ahli al-Iraq ‘ala Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab karangan Syaikh ‘Abdullah Affendi al-Rawi

25- Al-Haqiqah al-Islamiyah fi ar-Raddi ‘ala al-Wahhabiyyah oleh Syaikh Abdul Ghani ibn Sholeh Hamadah.

26- Ad-Dalil Kafi fi ar-Radd ‘ala al-Wahhabi oleh Syaikh Misbah ibn Muhamad Syabqalu al-Beiruti

27- Radd Muhtar ‘ala Durr al-Mukhtar oleh Ibn ‘Abidin al-Hanafi al-Dimasyqi

28- Al-Haq al-Mubin fi ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyin oleh Syaikh Ahmad Sa’id al-Faruqi al-Sirhindi al-Naqsyabandi
29- Al-Haqaiq al-Islamiyah fi Radd ‘ala Maza’im al-Wahhabiyyah bi Adillah al-Kitab wa al-Sunnah al-Nabawiyyah oleh Syaikh Malik ibn Syaikh Mahmud.

30- Ar-Rudud ‘ala Muhammad ibn Abdul Wahhab oleh al-Muhaddits Sholeh al-Fullani al-Maghribi. Telah berkata Sayyid ‘Alawi ibn Ahmad al-Haddad bahwa kitab yang besar ini mengandungi risalah dan jawapan daripada para ulama’ mazhab yang empat, Hanafi, Maliki, Syafie dan Hanbali dalam menolak pendapat/fahaman Muhammad ibn Abdul Wahhab.

31- Ar-Radd ‘ala Muhammad ibn Abdul Wahhab oleh Syaikh Abdullah al-Qudumi al-Hanbali al-Nablusi

32- Risalah fi Musyajarah baina Ahl Makkah wa Ahl Nadj fil ‘Aqidah oleh Syaikh Muhammad ibn Nasir al-Hazimi al-Yamani

33- Sa’adah ad-Darain fi ar-Radd ‘ala Firqatain – al-Wahhabiyyah wa Muqallidah al-Zhahiriyyah oleh Syaikh Ibrahim ibn Utsman ibn Muhammad al-Samhudi al-Manshuri al-Misri

34- Al-Saif al-Batir li ‘Unuq al-Munkir ‘ala al-Akabir oleh al-‘Allamah al-Habib ‘Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Quthubul Irsyad al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad.

35- As-Suyuf al-Masyriqiyyah li Qat’ie A’naaq al-Qailin bi Jihah wa al-Jismiyah oleh Syaikh ‘Ali ibn Muhammad al-Maili al-Jamali al-Tunisi al-Maghribi al-Maliki

36- Raudh al-Majal fi al-Radd ‘ala Ahl al-Dholal oleh Syaikh Abdurrahman al-Hindi al-Delhi al-Hanafi

37- Sidq al-Khabar fi Khawarij al-Qarn al-Tsani Asyara fi Itsbathi ‘an al-Wahhabiyyah min al-Khawarij oleh Syaikh al-Syarif ‘Abdullah ibn Hassan Basya ibn Fadhi Basya al-‘Alawi al-Husaini al-Hijazi

38- Al-Minhah al-Wahbiyyah fi Raddi al-Wahhabiyyah oleh Syaikh Daud bin Sulaiman al-Baghdadi an-Naqsyabandi al-Khalidi

39- Al-Haqaaiq al-Islamiyyah fi ar-Raddi ‘ala al-Mazaa’im al-Wahhabiyyah bi Adillah al-Ktab wa as-Sunnah an-Nabawiyyah oleh al-Hajj Malek Bih ibn Asy-Syaikh Mahmud, Mudir Madrasah al-‘Irfan, Kutbali, Mali

40- Misbah al-Anam wa Jala-uz-Zhalam fi Raddi Syubah al-Bid’i an-Najdi Allati Adhalla biha al-‘Awwam oleh al-‘Allamah al-Habib ‘Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Quthubul Irsyad al-Habib ‘Abdullah bin ‘alwi al-Haddad. Di dalam kitab ini, pada halaman 3, beliau berkata bahawa kesesatan Muhammad bin 'Abdul Wahhab telah disampaikan oleh ramai ulama secara tawatur dalam tulisan-tulisan mereka daripada orang-orang yang tsiqah dari kalangan ulama-ul-akhyar (terpilih) dan selain mereka, yang telah melihat dengan matanya sendiri dan mendengar dengan telinganya sendiri akan kesesatan Muhammad bin 'Abdul Wahhab dan pengikut-pengikutnya dan juga dari tulisan-tulisan, perkataan, perbuatan dan perintah Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikut-pengikutnya. Pada halaman 15, al-Habib berkata: Aku telah diberitahu oleh seorang tua yang bersinar wajahnya kerana kesholehannya dan sudah melebihi 80 tahun umurnya, salah seorang pemuka kita keluarga Abu 'Alawi yang lahir dan membesar di Makkah dan kerap berulang alik ke Madinah. Nama beliau Musa bin Hasan bin Ahmad al-'Alawi berketurunan Sayyidina 'Uqail bin Salim, saudara Sayyidina Quthubus-Syahir asy-Syaikhul Kabir Abu Bakar bin Salim. Beliau berkata:- "Aku dahulu berada di Madinah belajar kepada asy-Syaikh Muhammad Hayat (as-Sindi al-Madani). Muhammad bin 'Abdul Wahhab juga berulang-alik ke majlis Syaikh Muhammad Hayat seperti murid-murid lainnya. Aku mendengar daripada orang-orang sholeh dan ulama, sebagai kasyaf daripada mereka, firasat mereka mengenai Muhammad bin 'Abdul Wahhab di mana mereka menyatakan bahawa dia akan sesat dan menyesatkan Allah dengannya orang yang dijauhkan dari rahmatNya dan yang dibinasakanNya"

41- An-Nuqul as-Syar’iyyah fi Raddi ‘alal Wahhabiyyah oleh Hasan ibn ‘Umar ibn Ma’ruf as-Shatti al-Hanbali

42- Nasiha li Ikhwanina Ulama Najd oleh as-Sayyid Yusuf ibn Sayyid Hasyim ar-Rifaie

43- Tahakkum al-Muqallidin bi Mudda`i Tajdid ad-Din karangan Syaikh Muhammad bin 'Abdur Rahman bin 'Afaliq al-Hanbali, seorang ulama yang sezaman dengan Muhammad ibn Abdul Wahhab dan telah mencabar keilmuannya sehingga Ibnu 'Abdul Wahhab membisu seribu bahasa
44- Saiful Jihad li Mudda`i al-Ijtihad karangan Syaikh 'Abdullah bin 'Abdul Lathif asy-Syafi`i

45- Tarikh al-Wahhabiyyah oleh Ayyub Sabri Pasha (meninggal dunia tahun 1308H/1890M). Beliau adalah merupakan Laksamana Armada Laut di zaman pemerintahan Sultan ‘Abdul Hamid Khan II. Kitab karangan beliau ini menceritakan tentang Wahhabi secara terpeinci. Sebahagian kandungan kitab ini telah diterjemahkan ke bahasa Melayu dengan tajuk Faham Wahhabi dan Penyelewengannya. Beliau juga merupakan pengarang kitab Mir’ah al-Haramain

46- Faydul Wahhab fi Bayan Ahl al-Haq wa Man Dhalla 'an ash-Shawab karangan Syaikh 'Abdur Rabbih bin Sulaiman asy-Syafi`i

47- As-Sarim al-Hindi fi 'Unuqin-Najdi karangan Syaikh 'Atha` al-Makki;

48- As-Sarim al-Hindi fi Ibanat Tariqat asy-Syaikh an-Najdi karangan Syaikh 'Abdullah bin 'Isa bin Muhammad as-San`ani

49- Al-Basha`ir li Munkiri at-Tawassul ka Amtsal Muhammad ibn Abdul Wahhab karangan Syaikh Hamd-Allah ad-Dajwi

50- Risalah Irsyadul Jaawiyyin ila Sabilil 'Ulama-il-'Aamiliin karangan Tuan Guru Haji 'Abdul Qadir bin Haji Wangah bin 'Abdul Lathif bin 'Utsman al-Fathoni

51- Sinar Matahari Buat Penyuluh Kesilapan Abu Bakar al-Asy’ari [pelopor fahaman Wahabi di Perlis] karangan Syaikh Abdul Qadir bin ‘Abdul Muthalib al-Mandili

52- Tajrid Saif al-Jihad li Mudda’I al-Ijtihad karangan Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdul Lathif asy-Syafie. Beliau menolak pendapat Muhammad bin ‘Abdul Wahhab ketika hayatnya.

53- Al-Mazhab atau Tiada Haram Bermazhab karangan Syaikh Abdul Qadir bin ‘Abdul Muthalib al-Mandili

54 Kitab Senjata Syari'at karangan Ustaz Abu Zahidah bin Haji Sulaiman dan Abu Qani'ah Haji Harun bin Muhammad as-Shamadi al-Kalantani. Kitab ini telah ditaqridz oleh Syaikh 'Abdullah Fahim, Tuan Guru Haji Ahmad bin Tuan Hussin Kedah dan Tuan Guru Haji 'Abdurrahman Merbuk, Kedah.

55- Al-Fajr ash-Shodiq fi al-Radd ‘ala al-Maariq karangan Syaikh Jamil Affendi Shodiqi az-Zuhawi.

56- Al-Ushul al-Arba’ah fi Tardid al-Wahhabiyyah/ Al-‘Aqaid as-Shohihah fi Tardid al-Wahhabiyyah karangan Muhammad Hasan, Shohib al-Sirhindi al-Mujaddidi.

57- Al-Awraq al-Baghdadiyyah fi al-Jawabat an-Najdiyyah karangan Syaikh Ibrahim ar-Rawi al-Baghdadi.

58- Al-Bara’ah min al-Ikhtilaf fi ar-Radd ‘ala Ahli asy-Syiqaq wa an-Nifaq wa ar-Radd ‘ala Firqah al-Wahhabiyyah al-Dhallah karangan Syaikh Zainul ‘Abidin as-Sudani.

59- Al-Barahin as-Sati’ah karangan Syaikh Salamah al-‘Azzami

60- Risalah fi Ta’yid Madzhab as-Sufiyyah wa ar-Radd ‘ala al-Mu’taridhin ‘Alaihim karangan Syaikh Salamah al-‘Azzami

61- Risalah fi Jawaz at-Tawassul fi ar-Radd ‘ala Muhammad ibn ‘Abdil Wahhab karangan al-‘Allamah Syaikh Mahdi al-Wazaani, Mufti Fez, Maghribi.

62- Risalah fi ar-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah karangan Syaikh Qasim Abi al-Fadhl al-Mahjub al-Maliki

63- Al-Risalah ar-Raddiyyah ‘ala at-Tho’ifah al-Wahhabiyyah karangan Syaikh Muhammad ‘Atholah yang dikenali sebagai Ato ar-Rumi

64- ‘Iqd Nafis fi Radd Syubhat al-Wahhabi al-Ta’is karangan Syaikh Ismail Abi al-Fida` at-Tamimi at-Tunisi. Beliau adalah seorang yang faqih dan ahli sejarah.

65- Al-Madarij as-Saniyyah fi Radd al-Wahhabiyyah karangan Maulana Aamir al-Qadiri, guru di Darul Ulum al-Qadiriyyah, Karachi, Pakistan

# Dan banyak lagi kitab dan kenyataan ulama yang menolak fahaman Wahhabi yang ditulis ulama sejak dari tercetusnya fahaman ini. Dan sampai sekarang pun masih ada ulama yang menulis kitab untuk menolak fahaman Wahhabi dan menyifatkan Wahabi sebagai MILITAN dan PENGGANAS.

FATWA SONGSANG SALAHPI-WAHHABIY

FATWA SONGSANG SALAHPI-WAHHABIY


Saya sedikitpun tidak terkejut dengan fatwa-fatwa songsang mereka yang berfahaman Salafiy-Wahhabiy. Memang salah satu dari doktrin Salafiy-Wahhabiy bersikap fanatic dengan hujjah mereka. Dalam masa yang sama mereka menyalahkan fahaman dan amalan orang yang tidak sehaluan dengan mereka. Metod ini telah dipergunakan zaman-berzaman oleh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya untuk mengkafirkan umat Islam, menyalahkan ulamak, membid'ahkan mereka dan melancarkan peperangan terhadap umat Islam atas nama jihad fi sabillillah.

Berbalik Isu Akad Nikah dalam masjid sewajarnya tak perlu diungkitkan kembali memandangkan ia masalah picisan dan telah lama diselesaikan beribu-ribu ulamak muktabar sebelum kita. Mari kita tinjau pandangan mereka dalam masalah ini satu persatu. Sekurangnya terdapat dua pandangan utama dalam membicarakan Isu Akad Nikah di Masjid. Iaitu pandangan Jumhur Ulamak (majoriti) dan pandangan peribadi Imam al-Syaukani

Pandangan Jumhur Ulamak :

Menurut Mausu'ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Jumhur Ulama mengatakan, SUNAT melakukan akad nikah di masjid (jilid 39, ms.221). Mereka terdiri daripada ulama-ulama Mazhab Syafie dan Hanafi (jilid 32, ms.6) serta Mazhab Hambali (rujuk kitab Fatawa Wa Istisyarat Mauqi' al-Islam al-Yaum, jilid 11, ms.231)

Manakala Mazhab Maliki mengatakannya HARUS sahaja, bukannya sunat (Mausu'ah Fiqhiyyah al-Kuwaytiyyah, jilid 32. ms.6). Mausu'ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah mencatatkan :

Terjemahan : "Berkata ulama-ulama [mazhab] Hanafi dan Syafie, disunatkan [dilakukan] akad nikah dalam masjid berdasarkan hadis "umumkan [kepada khalayak] pernikahan ini dan jadikan [urusan akad] nya dalam masjid serta pukullah kompang". Berkata ulama-ulama [mazhab] Maliki, ia (melakukan akad nikah di masjid adalah) harus".

Ulama-ulama lain yang turut mengatakan SUNAT melakukan akad nikah dalam masjid ialah Imam Ibn Taimiyyah dalam Majmu' al-Fatawa dan Imam Ibnu Qayyim dalam I'lam al-Muwaqqi'in (rujuk kitab Fatawa Wa Istisyarat Mauqi' al-Islam al-Yaum, jilid 11, ms.231).

Kesimpulannya, para ulama 4 mazhab (Syafie, Hanafi, Maliki dan Hambali) bersepakat mengatakan sunat melakukan akad nikah dalam masjid (rujuk kitab Fatawa Wa Istisyarat Mauqi' al-Islam al-Yaum, jilid 11, ms.259)

Hujjah Jumhur Ulamak :

Pertama : Hadis Tabarani adalah hadis yang hasan. (al-Hafiz al-Sakhawi dalam al-Maqasid al-Hasanah, jilid 1, ms.36, al-'Ajluni dalam Kasyful Khafa', jilid 1, ms.145 dan lain-lain.)

Kedua : Akad nikah dilakukan di masjid bagi mengambil keberkatan masjid sebagai rumah Allah SWT dan aktiviti ibadah. (al-Baqarah 114)

Ketiga : Masjid adalah tempat yang diketahui ramai. Justeru, melakukan akad nikah dalam masjid akan menyebarkan berita perkahwinan. Menyebarkan berita perkahwinan pula adalah satu tuntutan syarak.

Keempat : Nikah adalah ibadat untuk tujuan iman dan taqwa. Oleh itu sunat untuk dilakukan akad dalam masjid.

Kelima : Melakukan sebarang aktiviti yang berkaitan dengan fungsi masji adalah sebahagian pengimarahan masjid (al-Taubah 18)

Keenam : Memudahkan tugas Imam untuk menjalankan urusan perkahwinan yang berbilang.

Ketujuh : Mengingatkan pasangan dan rombongan perkahwinan bahawa mereka membina ikatan perkahwinan secara mulia.(hadis sahih riwayat Ibn Khuzaimah, Kitab Solat, Bab Syahadah Bil Iman no : 1502)

Kelapan ; Mendapat pahala sampingan seperti melakukan sunat Tahiyyatul masjid, iktikaf , zikir, wirid, doa, membaca al-Qur'an dan lain-lain.

Kesembilan : Isu akad Nikah di masjid diamalkan secara mutawattir dalam dunia Islam. Tiada seorang ulamak pun bangkit membantah dan menganggap ia sebagai amalan bid'ah yang bercanggah dengan amalan Rasulillah SAW kecuali AJK Fatwa Perlis.

Pandangan Imam Syaukani

Imam Syaukani mempunyai pendapat yang berbeza dengan jumhur ulama. Bagi beliau, akad nikah TIDAK HARUS dilakukan dalam masjid.Alasannya kerana, masjid hanya dibina bagi menjadi tempat mengingati Allah dan mendirikan solat. Aktiviti selain mengingati Allah dan mendirikan solat, tidak boleh dilakukan di dalam masjid, kecuali dengan adanya dalil khusus yang mengharuskannya.Dalam kitabnya al-Sail al-Jarrar (jilid 2, ms.247-248) : "Masjid sesungguhnya dibina bagi [menjadi tempat] mengingati Allah dan [mendirikan] solat, maka TIDAK HARUS [dilakukan] di dalamnya (masjid) selain [daripada] itu, melainkan dengan [adanya] dalil yang mengkhususkan keumuman [hukum] ini, seperti permainan lembing oleh orang-orang Habsyah di masjid Nabi s.a.w sambil Baginda melihatnya dan seperti perakuan [Nabi s.a.w] kepada orang-orang yang membaca syair di dalamnya (masjid)".

Imam Syaukani tidak menerima hadis Tabarani yang menjadi dalil jumhur ulama, kerana ia adalah hadis dhaif pada penilaian beliau (rujuk Nayl al-Awtar, jilid 6, ms.211).

Kesimpulan :

1. Mazhab Jumhur Ulamak (iaitu Hanafi, Maliki, Syafi'ie, Hambali dan lain-lain bersepakat mengatakan SUNAT melakukan akad nikah di masjid.

2. Pandangan peribadi Imam al-Syaukani merupakan pandangan terpencil yang syadz kerana menyalahi jumhur ulamak. Ia bukanlah pandangan muktamad dalam penyelesaian isu ini. Oleh itu, menggunakan pandangan ini untuk menyalahkan pandangan Jumhur dikira sebagai menyanggah arus fatwa sedia ada, meragukan masyarakat dan dikira satu kesalahan.

3. Amalan melakukan akad nikah dalam masjid mempunyai sandaran dalil yang kukuh. Ia bukan bersandarkan kepada logic akal atau seputar isu pentadbiran hal ehwal masjid semata-mata.

4. Bagaimanapun, Majlis Tetap Fatwa Arab Saudi yang mengatakan melakukan akad nikah dalam masjid secara konsisten, atau beranggapan ia ada kelebihan, adalah bid'ah.(Rujuk : http://www.islam-qa.com/ar/ref/132420) adalah satu amalan dalam negara mereka. Pandangan ini bukan bersifat mutlak tetapi ada qaidnya yang tersendiri. Iaitu berbeza antara akad nikah secara konsisten ataupun tidak. Pandangan ini tidak bersesuaian untuk dipraktikkan di Malaysia memandangkan ia menjustifikasikan kesan negative (bid'ah sesat) terhadap berjuta-juta umat Islam yang telah melakukan akad nikah di Masjid dalam perkahwinan mereka sebelum ini. Apakah umat Islam boleh sesat dan bid'ah bila mengikut pandangan jumhur ulamak? Atau mereka dituduh sesat hanya berkhilaf dalam perkara furuk? Fikirkanlah.

3. Individu yang menegah akad nikah dalam masjid sebenarnya lebih mirip kepada pandangan Imam al-Syaukani. Tetapi Imam Syaukani sendiri tidak membid'ahkan pandangan Jumhur Ulamak. Apatah lagi menyalahkan mereka dan menuduh mereka melakukan amalan yang bertentangan dengan Rasulillah SAW. Jika ia diprakktik di perlis, maknanya umat Islam Perlis sebahagian besarnya dianggap telah melakukan perbuatan bid'ah kerana telah melakukan akad di masjid sebelum ini. Kemungkinan jua termasuk Datuk Ahmad Jusoh sendiri jika ayah dan ibunya melakukan amalan yang sama. Maka sewajarnya fatwa songsang ini tidak dipraktikkan.

4. Fatwa atau pandangan sembrono dari Perlis membuktikan aliran pemikiran mereka bukan berteraskan kepada fahaman Salafus Soleh atau Ahli Sunnah Wal Jamaah mengikut disiplin mazhab. Sebaliknya mereka mempunyai kecenderungan yang kuat kepada aliran Salafi Wahhabiy. Pandangan Dr Mohd Asri, Dr Juanda Jaya, Dr Azwira Abdul Aziz dan Datuk Ahmad Jusoh jika dianalisa dengan teliti dilihat mempunyai banyak persamaannya. Kami mempunyai bukti eksklusif untuk penghujahan.

5.Mengqiaskan amalan akad nikah dalam masjid menyerupai amalan orang Kristian yang melakukannya dalam gereja adalah satu contoh kiasan yang salah (Qiyas Maal Fariq). Ini kerana tidak wujud persamaan illat antara kedua majlis aqad Nikah di atas. Alasan yang jelas ialah akidah dan syariat kita berbeza antara satu sama lain (Islam, Kristian dan Yahudi). Jika ada persamaan pun ia hanya kebetulan sahaja. Contohnya, jika semua penganut agama berpuasa. Apakah dengan berpuasa kita dilihat mempunyai persamaan pegangan dan amalan? Bukankah al-Qur'an membezakan akidah dan syariat kita dgn mereka pada surah al-Kafiruun ayat 6. Jika anda memahami kaedah penggunaan kias ini anda sesekali tidak menganggap isu akad nikah ini mempunyai persamaan. Ia tidak dilakukan oleh orang yang berakal. Maka Mengertilah.
Posted by Zamihan Mat Zin AL-GHARI at 11:45 PM
1 comments: