Sabtu, 23 Maret 2013


PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER  DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA
SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK




PROPOSAL TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas
Dan Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister
Dalam Ilmu Pendidikan Islam


Oleh :

SULURI
NIM. 1004 S2 1258




PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2013
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I
SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK
Oleh : Suluri

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan Karakter merupakan struktur antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia secara terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang mempunyai keutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya.1 Hal ini karena jiwa manusia bisa dirubah dengan  pendidikan, dan ini bisa dilakukan di sekolah. Di sekolah tersebut  dapat  diterapkan  lima macam metode pendidikan karakter, yaitu : (1)Mengajarkan  pengetahuan  tentang  nilai, (2) Memberikan keteladanan, (3)Menentukan prioritas, (4) praksis prioritas dan (5) refleksi.2
Upaya pembentukan karakter merupakan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, di mana dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dikatakan sebagai berikut :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Berdasarkan Undang-undang SISDIKNAS tersebut, terdapat dua kata kunci yaitu pembentukan karakter dan pengembangan potensi peserta didik agar berakhlak mulia yang merupakan dua bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional. Karakter dirumuskan sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu, yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.4 Rumusan ini sejalan dengan terminologi akhlak sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa pertimbangan dan pemikiran yang mendalam.5 Ruang lingkup akhlak ditinjau dari segi objeknya mencakup: (1) Akhlak kepada Allah SWT, (2)Akhlak kepada Kedua orangtua, (3) Akhlak kepada sesama manusia/ masyarakat, dan (4) Akhlak kepada Makhluk lain, dan ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, maka akhlak terbagi kepada : (1) Akhlak Terpuji/Mulia (Akhlaq al-Karimah/al-Mahmudah), dan (2) Akhlak Tercela (Akhlaq al-Sayyi’ah).6 Akhlak yang mulia tidak akan terwujud pada seseorang tanpa adanya pendidikan, pembinaan dan latihan yang dilakukan, oleh karena itu, pembinaan akhlak mulia perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pendidikan.7
Berdasarkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana dijelaskan di atas, maka pada setiap jenjang pendidikan di seluruh Indonesia, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam buku Desain Induk Pengembangan Karakter, dijelaskan sebagai berikut :
Pendidikan sebagai suatu upaya sadar mengembangkan potensi peserta didik (siswa), tidak dapat dilepaskan dari lingkungan mereka berada, utamanya lingkungan budaya, karena pendidikan yang tidak dilandasi  prinsip budaya menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya, dan ketika hal itu terjadi maka mereka tidak akan mengenal  budayanya dan akan menjadi asing dalam lingkungan budaya (masyarakat)nya, kondisi demikian menjadikan siswa cepat terpangaruh oleh  budaya luar. Kecenderungan  itu terjadi karena ia tidak memiliki norma dan nilai budaya yang dapat digunakan untuk melakukan pertimbangan (valueing).8
Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sejalan dengan hal tersebut, Ellen G. White sebagaimana dikutip R.I. Sarumpaet, menjelaskan:
Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas mereka.9
Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting, kesadaan tersebut  hanya dapat terbangun dengan baik melalui pencerahan masa lalu, masa kini dan akan datang tentang bangsanya.10 Pendidikan karakter merupakan bagian esensial tugas sekolah dalam hal ini sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Dalam konteks ini, Zubaedi menyatakan: 
Pendidikan karakter adalah upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis. Pendidikan memiliki beberapa tujuan utama yaitu; pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan perlaku peserta didik yang terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab, mengembangkan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, mengembangkan lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan.11
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.12 Pendidikan  karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.13
Sasaran pendidikan karakter adalah semua lembaga pendidikan di Indonesia negeri maupun swasta dalam berbagai jenjang pendidikan.  Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan sekolah memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia.14 Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah. Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMA, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
1.      Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja,
2.      Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri,
3.      Menunjukkan sikap percaya diri,
4.      Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas,
5.      Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional,
6.      Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif,
7.      Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
8.      Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya,
9.      Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
10.  Mendeskripsikan gejala alam dan social,
11.  Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab,
12.  Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia,
13.  Menghargai karya seni dan budaya nasional,
14.  Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya,
15.  Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik,
16.  Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun,
17.  Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat,
18.  Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
19.  Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana,
20.  Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah,
21.  Memiliki jiwa kewirausahaan.15
Mengingat pentingnya karakter dalam mambangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat sehingga dapat dikatakan bahwa pembetukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan sekolah. Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah :
(1) Melakukan berbagai aktivitas yang dapat menjadi contoh atau teladan orang lain, mahasiswa, peserta didik baik kegiatan akademiki maupun kegiatan non-akademik; (2) Turut secara aktif dan peduli melakukan upaya-upaya pembentukan karakter, baik di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran; dan (3) Dalam melakukan pembelajaran hendaknya dapat menginternalisasikan atau mengintegrasikan nilai-nilai karakter.16
Melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor  19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah menetapkan :
“Setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik.” “Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/ SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan. Hal yang sama juga dilakukan untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.” 17
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak sejak tahun 2007 tercatat sebagai salah satu lembaga pendidikan telah menerapkan pembelajaran berbasis karakter, yaitu dengan menggunakan kurikulum berkarakter atau “Kurikulum Holistik Berbasis Karakter” (Character Based Integrated Curriculum).18 Kurikulum ini merupakan kurikulum terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang menarik dan kontekstual. Untuk itu, para guru dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik, mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh para guru SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dalam menerapkan pembelajaran berbasis karakter, yaitu :
1.      Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif siswa, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi siswa karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya, (student active learning, contextual learning, inquiry-based learning, integrated learning).
2.      Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat.
3.      Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good, and acting the good.
4.      Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing siswa, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan manusia, yang mencakup: kecerdasan musical, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal (sosial), kecerdasan visual spasial, kecerdasasan natural (alamiah), kecerdasan kinestetik tubuh, kecerdasan verbal linguistik dan kecerdasan logika matematika.19
Pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak telah dilakukan secara terpadu dengan cara : integrasi melalui mata pelajaran, integrasi melalui muatan lokal, dan pengembangan diri.20 Namun demikian, berdasarkan studi pendahuluan, penulis menemukan adanya kesenjangan yang menjadi indikasi bahwa pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak tersebut belum dapat diterapkan secara maksimal. Hal ini antara lain dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut :
1.       Masih adanya guru SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak yang kurang memahami makna pendidikan karakter di sekolah sehingga antara guru yang satu dengan lainnya belum sependapat dalam menerapkan model pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan. Akibatnya, penerapan pendidikan karakter pada siswa belum dapat dilakukan secara maksimal.
2.       Belum adanya acuan penilaian yang baku dari pihak SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak terhadap internalisasi nilai karakter dalam pembelajaran sehingga tingkat keberhasilan dan upaya tindak lanjut dalam penerapan pendidikan karakter.
3.       Alokasi angraran/dana dalam penerapan nilai-nilai pendidikan karakter SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak masih dinilai kurang sehingga beberapa kegiatan tidak dapat terlaksana, di samping itu beberapa sarana dan prasarana pendukung seperti tempat wudhu, WC dan mushalla dinilai masih kurang layak, akibatnya pelaksanaan kegiatan belum sesuai dengan rencana kegiatan sekolah.21
Bertitik fenomena di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dalam upaya membentuk akhlak siswa perlu dilakukan evaluasi. Bertitik tolak dari gejala-gejala di atas pada gilirannya mendorong penulis untuk melakukan satu studi berjudul : PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Melihat kepada permasalahan yang ada, penulis berpendapat bahwa studi ini merupakan kajian yang sangat menarik.
B.     Permasalahan     
1.    Identifikasi Masalah
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a.    Bagaimana perencanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
b.    Bagaimana pengorganisasian pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
c.    Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
d.   Bagaimana evaluasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
e.    Apa saja faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
f.     Apa saja faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak?
2.    Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang mengitari kajian ini sebagaimana yang dikemukakan dalam identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan penelitian ini tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
3.     Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, paling tidak ada dua pokok permasalahan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
  1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ?
  2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ?
C.     Tujuan Penelitian
Adapun  tujuan yang ingin dicapai dan diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.     Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak,
2.     Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
D.     Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang ingin dicapai dan diharapkan dari penelitian ini adalah untuk :
1.       Memberi masukan bagi praktisi pendidikan tentang upaya yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan,
2.       Menjadi dasar bahan kajian bagi penelitian yang terkait pada masa yang akan datang,
3.       Menambah dan memperkaya kuantitas hasil penelitian keilmuan di bidang pendidikan.
E.     Penelitian Terdahulu
Winarno (2006), Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan Standarisasi dan Pembelajarannya. Pendidikan kewarganegaraan paradigma baru memiliki misi membentuk "warga negara yang baik" nampaknya misi ini sama pula dengan pendidikan kewarganegaraan sebelumnya. Dewasa ini misi pendidikan kewarganegaraan paradigma baru adalahmenciptakan kompetensi siswa agar mampu berperan aktif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan pemerintahan demokratis yang diimplementasikan melalui pendidikan kewarganegaraan, pengembangan pengetahuan, karakter dan ketrampilan kewarganegaraan.
Ratna Megawangi (2007) dalam bukunya Semua Berakar Pada Karakter, mencontohkan bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good (suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga berakhlak mulia).
Djuherman (2007), Pendidikan Demokratis dalam Kurikulum KTSP. Pembelajaran KTSP merupakan perwujudan demikratisasi dalam bidang pendidikan, karena di sana ditanamkan  penghargaan,  menjunjung tinggi kreatifitas, dan menyenangkan peserta didik.
Wuri Wuryandani (2010), Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Untuk Menanamkan Nasionalisme Di Sekolah Dasar.  Salah satu cara yang dapat ditempuh guru di sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam pembelajaran diharapkan nasionalisme siswa akan tetap kukuh terjaga di tengah-tengah derasnya arus globalisasi.
F.      Tinjauan Teori
1.       Pendidikan Berbasis Karakter
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Menurut Corey sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah, pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.22 Senada dengan pengertian di atas Gagne, Birggs, dan Wager sebagaimana dikutip Udin S. Winata Putra, berpendapat bahwa Instruction is a set of event that affect leaners is such a way that learning is facilitated.23 Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.24 Suprapto berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.25
Karakter secara harfiah berarti kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus, pendorong dan penggerak, serta pembeda satu individu dengan lainnya. Menurut Gunarto :
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, budaya dan nilai kebangsaan yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-sehari menjadi suatu pembiasaan yang melekat.26
Menurut Koesoema, Pendidikan Karakter merupakan struktur antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia secara terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang mempunyai keutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya.27 Hal ini karena Koesoema menganggap bahwa jiwa manusia bisa dirubah dengan  pendidikan, dan ini bisa dilakukan di sekolah. Di sekolah tersebut  dapat  diterapkan  lima macam metode pendidikan karakter, yaitu : (1) Mengajarkan  pengetahuan  tentang  nilai, (2)Memberikan keteladanan, (3) Menentukan prioritas, (4) praksis prioritas dan (5)refleksi.28 Di samping itu dapat  diterapkan  lima macam pendekatan, yaitu : (1)Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach); (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach); (3)Pendekatan analisis nilai (values analysis approach); (4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach); dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).29
Menurut Raka, Pendidikan Karakter di Indonesia pada saat ini diperlukan semua orang, untuk 250 juta rakyat Indonesia.30 Menurut Azzet, Pendidikan karakter di Indonesia saat ini adalah kebutuhan yang mendesak, sebab karakter adalah kekuatan yang membentengi diri kita dari segala macam godaan yang mendorong pada tingkah laku tidak terpuji.31 Karakter merupakan cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama,  baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.32
Dalam rangkaiannya dengan identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar; kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation),  kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness),  kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responssibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance) dan persatuan (unity).33
Karakter religius teraplikasi dalam wujud kehidupan berprilaku yang baik; penuh dengan kebajikan; yakni berprilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri. Dalam dunia modern ini, manusia cenderung melupakan the virtuous life atau kehidupan yang penuh kebajikan, termasuk di dalamnya self-oriented virtuous atau kebajikan terhadap diri sendiri, seperti self control and moderation atau pengendalian diri dan kesabaran; dan other-oriented virtuous atau kebajikan terhadap orang lain, seperti generousity and compassion atau kesediaan berbagi dan merasakan kebaikan.34
Karakter moral dalam menurut Dewantara, adalah mendukung perkembangan hidup anak, lahir dan batin dari sifat kodratinya menuju kearah suatu peradaban.35 Di sini jelas pendidikan moral essensinya adalah mengembangkan kecerdasan moral (building moral intelligence) atau mengembangkan kemampuan moral anak, sehingga mampu menentukan benar dan salah, baik dan buruk, yang wajar dan tidak wajar, yang pantas atau tidak pantas, serta yang patut atau tidak patut untuk dikerjakan seseorang.
Karakter kemandirian adalah suatu karakter yang menunjukan adanya rasa percaya diri dan bertanggungjawab dalam menentukan sikap; atau kemampu untuk mengambil keputusan dan menentukan tepat tidaknya tindakan yang diambilnya. Menurut Khan, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara, membantu mereka membuat keputusan dan yang dapat dipertanggungjawabkan.36
Karakter  nasionalisme (kebangsaan) yaitu suatu bentuk kesadaran akan masyarakat dan bangsanya sendiri. Zubaedi, mengatakan Pendidikan karakter akan memastikan siswa merenungkan etika pribadi mereka dan bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang di sekitar mereka. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character develompment (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal).37 Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen sekolah baik dari aspek kurikulum (the content of the curriculum), proses pembelajaran  the procces of instruction), kualitas  hubungan ( the quality of relationship), penanganan mata pelajaran ( the handling of discipline), pelaksanaan aktifitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.38
Menurut Muslich, Pendidikan Karakter di sekolah  dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang berkaitan dengan norma dan nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang dieksplisitkan melalui pengaitan antara mata pelajaran dengan nilai kehidupan sehari-hari dalam masyarakat sekitarnya, sehingga pembelajaran yang diisi dengan nilai-nilai karakter tidak  hanya pada tataran kognitif, tetapi pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.39  Menurut  Umi Kalsum, Pendidikan Karakter sangat cocok diterapkan dalam pendidikan formal  (sekolah) karena tujuannya menanamkan karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran ataui kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.40
   LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN KARAKTER

1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
dan
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Contoh alternatif :
a. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
b. Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
c. Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
d. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
f. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, santun, peduli)
h. Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
i. Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD

2. KEGIATAN INTI
Sesuai permen 41 tahun 2007 Pembelajatan melalui 3 tahapan yakni :
a. Eksplorasi (peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa)
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan:
kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
b. Elaborasi (peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam.)
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
c. Konfirmasi (peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau
keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa)
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
4) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
b) membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis);
d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).

2. PENUTUP
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);
b.melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan);
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang
ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
d.merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
e.menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar internalisasi nilai-nilai terjadi dengan lebih intensif selama tahap penutup.
a. Selain simpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, agar peserta didik difasilitasi membuat pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari pengetahuan/keterampilan dan/atau proses pembelajaran yang telah dilaluinya untuk memperoleh pengetahuan dan/atau keterampilan pada pelajaran tersebut.
b. Penilaian tidak hanya mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pada perkembangan karakter mereka.
c. Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut baik kompetensi maupun karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa.
d. Karya-karya siswa dipajang untuk mengembangkan sikap saling menghargai karya orang lain dan rasa percaya diri.
e. Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok diberikan dalam rangka tidak hanya terkait dengan pengembangan kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.
f. Berdoa pada akhir pelajaran.
Faktor lain yang perlu diperhatikan:
1. Guru harus merupakan seorang model dalam karakter. Dari awal hingga akhir pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru harus merupakan cerminan dari nilainilai karakter yang hendak ditanamkannya.
2. Guru harus memberikan reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang dikehendaki dan pemberian punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang tidak dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat yang baik bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.
3. Hindari mengolok-olok siswa yang datang terlambat atau menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat kurang tepat/relevan. Pada sejumlah sekolah ada kebiasaandiucapkan ungkapan Hoo … oleh siswa secara serempak saat ada teman mereka yang terlambat dan/atau menjawab pertanyaan atau bergagasan kurang berterima.
Kebiasaan tersebut harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.
4. Guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada siswa, guru harus mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang telah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau sikap siswa.
5. Guru menunjukkan kekurangan-kekurangannya dengan ‘hati’.Dengan cara ini
sikap-sikap saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri, santun, dan sebagainya akan tumbuh subur.
“Tentang Pendidikan”40

Dalam konteks implementasi pendidikan karakter di sekolah, maka agar guru harus memiliki karakter terlebih dahulu. Dalam konteks ini, Hidayatullah menulis:
Guru berkarakter, bukan hanya mampu mengajar tetapi ia juga mampu mendidik. Ia bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi ia juga mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi hidupnya. Ia (guru) bukan hanya memiliki kemampuan bersifat intelektual tetapi memiliki kemampuan spiritual sehingga mampu membuka hati peserta didik untuk belajar; yang selanjutnya adalah kemampuan interpersonal sehingga mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat.41
2.       Pembentukan Akhlak Mulia
Pembentukan berasal dari akar kata bentuk yang mempunyai makna proses, perbuatan, cara membentuk.42  Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "khuluqun" ( خلق ) yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalqun" ( خلق ) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan "khaliq" ( خالق ) yang berarti pencipta dan "makhluq" (مخلوق ) yang berarti yang diciptakan.43 Pengertian akhlak di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antara Khaliq (Pencipta) dengan makhluq (yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum min Allah. Dari produk hamlum min Allah yang verbal biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan hablum min annas (pola hubungan antar sesama makhluk).44 Dengan demikian dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.45
Secara terminologi, Imam al-Ghazali  dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin, menyatakan :
الْخُلُقَ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِي النَّفْسِ يَصْدُرُ عَنْهَا الْفِعْلُ بِسُهُولَةٍ مِنْ غَيْرِ رَوِيَّةٍ وَتَكَلُّفٍ
Khuluk yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa pertimbangan dan pemikiran yang mendalam.”46
Menurut Imam al-Ghazali, adanya perubahan-perubahan akhlak bagi seseorang adalah bersifat mungkin, misalnya dari sifat kasar kepada sifat kasihan. Di sini ia membenarkan adanya perubahan-perubahan keadaan terhadap beberapa ciptaan Allah, kecuali apa yang menjadi ketetapan Allah sepertai langit dan bintang-bintang. Sedangkan pada keadaan yang lain seperti pada diri sendiri dapat diadakan kesempurnaannya melalui jalan pendidikan. Menghilangkan nafsu dan kemarahan dari muka bumi sungguh tidaklah mungkin namun untuk meminimalisir keduanya sungguh menjadi hal yang mungkin dengan jalan menjinakkan nafsu melalui beberapa latihan rohani.47 Menurut Ibnu Maskawaih dalam Kitab Tahdzib al-Akhlak menyatakan bahwa :
Khuluk ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pemikiran”. Bahwa keadaan gerak jiwa dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, bersifat alamiah dan bertolak dari watak seperti marah dan tertawa karena hal yang sepele. Kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan.”48
Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW.49 Barnawie Umary menambahkan bahwa dasar akhlak adalah al-Qur'an dan al-Hadits serta hasil pemikiran para hukama dan filosof.50 Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam al-Qur'an diterangkan dasar akhlak pada QS. al-Qalam ayat 4 : وَاِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٌ(Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung), dan Hadis Nabi SAW: “Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (budi pekerti).51
Islam adalah agama rahmat bagi umat manusia. Ia datang dengan membawa kebenaran dari Allah SWT dan dengan tujuan ingin menyelamatkan dan memberikan kebahagiaan hidup kepada manusia di manapun mereka berada. Agama Islam mengajarkan kebaikan, kebaktian, mencegah manusia dari tindakan onar dan maksiat.52 Pembentukan Akhlak perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari kepada peserta didik karena tujuan pendidikan moral adalah agar peserta didik memiliki sensitivitas moral, sehingga dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk. Perbuatan yang buruk adalah perkelahian, pe­rusakan, perkosaan, minuman-minuman keras, dan bahkan pembunuhan. Keadaan seperti itu, terutama krisis akhlak terjadi karena kesalah­an dunia pendidikan atau kurang berhasilnya dunia pendidikan dalam menyiapkan generasi muda bangsanya.53


G.    Konsep Operasional
Berdasarkan tinjauan teori di atas, maka secara operasional “pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran pada siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak”  dapat dijelaskan sebagai berikut :
TABEL 1.1
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SECARA TERINTEGRASI KE DALAM SEMUA MATA PELAJARAN PADA SISWA SMA 1
SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK

VARIABEL
INDIKATOR
NILAI AKHLAK MULIA YANG DIBENTUK
Perencanaan pembelajaran berbasis karakter
-       Guru menyusun silabus pembelajaran berbasis karakter,
-       Guru menyusun RPP berbasis karakter,
-       Guru memilih dan menyiapkan media pembelajaran berbasis,
-       Guru memilih dan menyiapkan sumber belajar karakter,
-


-

-


-
Penerapan pembelajaran berbasis karakter
-       Guru datang tepat waktu,
-       Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas,
-       Berdoa sebelum membuka pelajaran,
-       Mengecek kehadiran siswa,
-       Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya,
-       Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu,
-       Menegur siswa yang terlambat dengan sopan,
-       Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber,
-       Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain,
-       Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya,
-       Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran,
-       Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan,
-       Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna,
-       Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis,
-       Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut,
-       Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,
-       Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar,
-       Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok,
-       Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok,
-       Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan,
-       Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik,
-       Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
-       Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
-       Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
-       Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
-       Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran,
-       Disiplin,
-       Santun, peduli,


-       Religius,

-       Disiplin, rajin,
-       Religius, peduli,


-       Disiplin,

-       Disiplin, santun, peduli,

-       Mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama,




-       Kreatif, kerja keras,



-       Kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan,


-       Rasa percaya diri, mandiri,
-       Mandiri, kerjasama, kerja keras,
-       Cinta ilmu, kreatif, logis,



-       Kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun,


-       Kreatif, percaya diri, kritis,




-       Kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab,

-       Jujur, disiplin, kerja keras, menghargai,

-       Nilai jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerja sama,
-       Percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama,

-       Percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama,
-       Percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama,

-       Memberikan umpan saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis,

-       Percaya diri, logis, kritis,



-       Memahami kelebihan dan kekurangan,



-       Keterampilan, dan sikap kritis,


-       Mandiri, kerjasama, kritis, logis,


-       Jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan,

Evaluasi Pembelajaran Berbasis Karakter
-       Menetapkan indikator ketercapaian
-       Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,
-       Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
-       Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/ atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,
-       Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya


-    Saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis,

H.     Metode Penelitian
  1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dalam jenis penelitian yang menggunakan  metode  kualitatif,  di mana dalam  pelaksanaan dilakukan  secara  alamiah,  apa  adanya,  dalam  situasi  yang  normal sesuai dengan keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara  alami.54 Dari objek data yang dianalisis, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan langkah-langkah : melakukan  reinterpretasi  objek  tentang  keadaan  fenomena  sosial  yang  terdapat  pada permasalahan yang diteliti kemudian dihubungkan dengan teori yang ada.
  1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
  1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah para pelaksana pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia Siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah dan 27 orang Guru, sedangkan objeknya adalah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Karakter Dalam Upaya Pembentukan Akhlak Mulia Siswa SMAN 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.


  1. Responden/Informan Penelitian
Responden dalam penelitian ini sebanyak 28 orang, yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, dan  27 orang Guru.
  1. Jenis dan Sumber Data
Data yang akan dikumpulkan dan diperoleh dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kepada :
a.       Data Primer ; Data yang diperoleh langsung dari responden melalui informasi dari hasil wawancara tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b.      Data Sekunder ; Data yang diperoleh melalui dokumentasi atau sumber lainya untuk menunjang objek yang diteliti, terutama terkait dengan di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, termasuk data skunder dalam penelitian adalah profil sekolah.
  1. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data yaitu:
a.       Pengamatan Terlibat (Partisipan Observation); Dilakukan dengan cara mengamati dan melibatkan diri secara langsung pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak,
b.      Wawancara Mendalam (Indept Intervew); Melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
c.       Studi Dokumentasi; Dilakukan penulis dengan cara dokumen yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, mencakup ; dokumentasi profil sekolah, keadaan siswa dan guru SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dan dokumentasi Sillabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
  1. Tehnik Analisis Data
Setelah data-data diperoleh, kemudian data dikelompokkan berdasarkan jenis dan sumbernya, penganalisaan data menggunakan metode deskriptif, yaitu menguraikan dengan fakta yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan teori yang ada. Data yang telah terkumpul dianalisis setiap waktu secara induktif selama penelitian berlangsung dengan mengolah bahan empirik, supaya dapat disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan. Data diinterpretasikan untuk memperoleh makna dan implikasi hubungan yang ada. Analisis induktif dimulai dengan terlebih dahulu merumuskan sejumlah permasalahan ke dalam beberapa pertanyaan yang dijadikan tujuan penelitian. Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan utama telah dikemukakan dalam perumusan masalah, akan tetapi pertanyaan-pertanyaan yang lain dapat digali melalui wawancara, atau observasi di lokasi penelitian sehingga dapat mengumpulkan ungkapan kognitif, emosional atau intuisi dari para pelaku yang terlibat.
Data yang ada dirangkum secara deskriptif untuk membantu menemukan konsep-konsep keaslian yang diungkapkan oleh subjek penlitian sendiri sesuai dengan kenyataannya. Dengan cara ini tetap akan dapat menyajikan realitas senyatanya (emik) sebagaimana yang diharapkan dalam penelitian kualitatif. Dalam melakukan analisis, diterapkan cara pentahapan, yaitu mereduksi data, memaparkan data empirik, menarik kesimpulan dan memverifikasikan. Mereduksi data dimaksudkan sebagai penyederhanaan, pengabstrakkan dan mentransformasikan data yang masih kasar dari beberapa catatan lapangan. Dengan tahap ini dimaksudkan dapat mengklasifikasikan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu hingga dapat mengorganisir data yang sangat diperlukan.
Pemaparan maksudnya menyajikan data yang telah direduksi dalam bentuk bahan yang diorganisir melalui ringkasan terstruktur, diagram, bagan maupun sinopsis dan beberapa teks. Cara ini dapat membantu menyusun analisis yang dikehendaki, serta diarahkan kepada upaya merumuskan temuan konsep. Tahap penarikan kesimpulan serta verifikasi, dimaksudkan membuat penafsiran makna dari data, kemudian memverifikasinya. Hasil verfikasi ini tentu saja perlu diperiksa ulang dengan melihat kembali ke lokasi penelitian.
  1. Triangulasi Data Penelitian
Dalam pengecekan keabsahan data penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi, yakni teknik pemeriksaan data memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data tersebut. Untuk pengecekan data melalui pembandingan terhadap data dari sumber lainnya.55 Pengecekan keabsahan data dengan triangulasi ini, paling tidak ada 3 bentuk triangulasi yaitu:
a.       Triangulasi Sumber ; Cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah dengan mencari data dari sumber data yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Seperti menguji kredibilitas data tentang perilaku kepemimpinan kepala Sekolah, maka pengumpulan data dan pengujiannya dilakukan ke Kepala Sekolah, wakil Kepala Sekolah, Guru, TU, dan Siswa.
b.       Triangulasi Teknik ; Triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya mengungkapkan data tentang aktifitas siswa di kelas dengan teknik wawancara, lalu dicek dengan observasi ke Kelas langsung melihat aktifitas siswa, kemudian dengan dokumentasi. Pengujian ini dilakukan melalui Informan, teknik, wawancara, observasi, dokumen.
c.       Triangulasi Waktu; Untuk menguji kredibilitas data dengan menggunakan triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda. Peneliti yang melakukan wawancara di sore hari, bisa mengulanginya di pagi hari dan mengeceknya kembali di sore hari. Pengujian ini dilakukan melalui Informan, pagi hari, siang hari, dan sore hari.56 Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data valid dan lebih kredibel.
H.     Sistematika Penulisan
Keseluruhan penulisan isi skripsi ini disusun dengan membagi ke dalam 5 (lima) bab, yang masing-masing berisikan hal-hal sebagai berikut:
Bab I   Pendahuluan, di dalamnya berisi : latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan  sistematika penulisan.
Bab II  berisi Tinjauan Teoretis tentang Pendidikan Karakter.
Bab III  Tinjauan Lokasi Penelitian, yang mencakup pembahasan tentang profil SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.
Bab  IV  Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab V  Penutup; Kesimpulan dan Saran-saran.



DAFTAR KEPUSTAKAAN



Abrasyiy, Muhammad Athiyah al-. Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, (Saudi Arabiah : Dar al-Ihya’, tt). 
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997).
Arikunto, Ny. Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pengantar, Jakarta, Bina Aksara, 2009.
Ashraf, Syed Sajjad Husain dan Syed Ali. Krisis Pendidikan Islam, Terj. Rahmani Astuti, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1986).
Attas, Syed Muhammad al-Naquib al-. Konsep Pendidikan Dalam Islam, Terj. Haidar Baqir, (Bandung : Mizan, 1994).
Azzet, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, (Jakarta: Arruz Media, 2011).
Bastani dkk, Karim al-. al-Munjid fi al-Lughat wa al-‘Alam, (Beirut : Dar al-Masyriqi, 1975). 
Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995).
----------, ---------. Pengantar Psikologi Remaja, (Jakarta : Bulan Bintang, 1990).
Dewantara, Ki Hajar. Karja Ki Hadjar Dewatara Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta: Pertjetakan Taman Siswa 1962).
Diknas RI, Tim Penyusun. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang (SISDIKNAS), (Bandung : Penerbit Citra Umbara, 2007).
Gunawan, Ary H. Kebijakan-kebijakan Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2005).
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2005).
John, Alfred. Membangun Karakter Tangguh: Mempersiapkan Generasi Anti Kecurangan, Terjemahan oleh Sandiantoro dan Ari Kristanti, (Surabaya : Portico Publishing, 2011).
Kemendiknas RI, Tim Penyusun. Desain Induk Pengembangan Karakter, (Jakarta: Dikti, 2010).

Khan, Yahya, M.Pd., DR., Pendidikan Karakter Potensi Diri; Mendongkrak Kualitas Pendidikan, (Yokyakarta : Pelangi Publishing, 2010).
Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2011).
Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan ; Suatu Analisa Antara Psikologi Dan Pendidikan, ( Jakarta : pustaka al-Husna, 1986).
Marimba, Ahamad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Maktabah al-Ma’rif, 1980).
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999).
Moleong,  Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000).
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001).
Mujib, Muhaimin dan Abdul. Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993).
Raka, dkk., Gede. Pendidikan Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan, (Jakarta : PT. Alex Media Komputindo, Kompas Gramedia, 2011).
S. Nasution, Pedoman Penulisan Disertasi, Tesis, Skripsi dan Makalah Ilmiah, Jakarta, Bina Aksara, 1994.
Saat, (Ed.), Ibrahim. Isu Pendidikan di Malaysia, (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1982).
Samani, Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya 2011). 
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja ; Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 75.
Subarsono, Kebijakan Publik, (Jakarta : Pustaka Setia, 2003).
Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy al-. Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).
Uhbiyati, Abu Ahmadi dan Nur. Ilmu Pendidikan; Suatu Pengantar, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2001).
Usman, Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Pers, 2004).
Wahab, Solichin Abdul. Evaluasi Kebijakan Publik, (Malang : Penerbit FIA. UNIBRAW dan IKIP Malang, 1997).
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011).
Furqon Hidayatullah,M. 2009. Guru sejati: Meembangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.
Soemarno Soedarsono. 2008. Membangun Kembali Jati diri Bangsa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.  Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ratna Megawangi. 2007. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: FE-UI.


1Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2011), hlm. 58.
2Ibid., hlm. 59.
3Tim Penyusun Diknas RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang (SISDIKNAS), (Bandung : Penerbit Citra Umbara, 2007), hlm. 3. Ary H.Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2005), hlm. 163.
4Secara harfiah karakter menurut Hornby dan Pornwell, sebagaimana dikutip Kartini Kartono dan Dali Gulo, diartikan sebagai “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.” Sementara menurut  Kartini Kartono dan Dali Gulo, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap. Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung : Pioner Jaya, 1987), hlm. 29.
5Abu Hamid, Ahmad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, (Beirut ; Dar al-Fikr, 1994), hlm. 46.
6Lihat Imam Mujiono dkk, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press Indonesia, 1998), hlm. 94.
7Lihat Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, (Yogyakarta:
Belukar, 2006), hlm. 54.
8Tim Penyusun Kemendiknas RI, Desain Induk Pengembangan Karakter, (Jakarta: Dikti 2010), hlm. 5.
9R.I. Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak, (Bandung: Indonesia Publishing House, 2001), hlm. 12.
10Tim Penyusun Kemendiknas RI, op. cit., hlm. 6.
11Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 11.
12Ibid., hlm. 12.
13Ibid.
14Ibid., hlm. 13.
15Tim Penyusun Kemendiknas RI, op. cit., hlm. 26-27.
16M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. (Surakarta: Yuma Press, 2010), hlm. 4.
17Lihat Peraturan Pemerintah Nomor  19 tahun 200, Pasal 6 Ayat 4, Pasal & Ayat 1 dan 2. Kebijakan ini juga terjadi untuk pembelajaran di Perguruan Tinggi. Dua mata kuliah (Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan) yang termasuk mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) diarahkan untuk pembentukan karakter para mahasiswa sehingga melahirkan para sarjana yang berakhlak mulia dan pada akhirnya akan menjadi para pemimpin bangsa yang juga berakhlak mulia.
18Wahidin, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum - SMA Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, Wawancara, Sungai Apit Kabupaten Siak,  Juni 2012.
19Ober Sitorus, Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, Wawancara, Sungai Apit Kabupaten Siak,  Juni 2012.
20Sumber Data, Dokumentasi, SMA Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, 2012. Ober Sitorus, Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri I Sungai Apit Kabupaten Siak, Wawancara, Siak, Juni 2012.
21Sumber Data, Pengamatan Langsung, SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, 2012.
22Nyimas Aisyah, Pengembangan Pembelajaran Matemática Sekolah Dasar, (Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Nasional, 2007), hlm. 3.
23Udin S. Winata Putra, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka 2007), hlm. 19.
24Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1999), hlm. 57.
25Suprapto, Pengembangan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: Angkasa, 2003), hlm. 9.
26Gunarto, Implementasi Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 22. Doni Koesoema, op. cit., hlm. 52.
27Ibid., hlm. 58.
28Ibid., hlm. 59.
29D.P, Ahrens, C., Hedstrom, J.E., Ford, L.J. & Johnson, P.L. Superka, Values Education Sourcebook, (Colorado : Social Science Education Consortium, Inc. University of California, Berkeley, 2006), hlm. 78. dalam www.eric.ed.gov/.../recordDetail?accno...diakses Tanggal 17 Desember 2012.
30Gede Raka, dkk., Pendidikan Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan, (Jakarta : PT. Alex Media Komputindo, Kompas Gramedia, 2011), hlm. 6.
31Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, (Jakarta: Arruz Media, 2011), hlm. 15, Alfred John, Membangun Karakter Tangguh: Mempersiapkan Generasi Anti Kecurangan, Terjemahan oleh Sandiantoro dan Ari Kristanti, (Surabaya : Portico Publishing, 2011), hlm. vii.
32Hariyanto Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya 2011), hlm. 41.  
33Ibid., hlm. 42.
34Tim Penyusun Kemendiknas RI, Desain Induk Pengembangan Karakter , loc. cit.
35Ki Hajar Dewantara, Karja Ki Hadjar Dewatara Bagian Pertama: Pendidikan, (Jogjakarta: Pertjetakan Taman Siswa 1962), hlm. 484.
36Yahya Khan, Pendidikan Karakter Potensi Diri; Mendongkrak Kualitas Pendidikan, (Yokyakarta : Pelangi Publishing, 2010), hlm. 1.
37Zubaedi, op. cit., hlm. 14.
38Ibid., hlm. 15.
39Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hlm. 86.
40Umi Kalsum, Implementasi Pendidikan Karakter Paikem, (Jakarta : Gema Pratama Pustaka, 2011), hlm. 6.
40http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
41Hidayatullah, Pendidikan Karakter : Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), hlm. 25.
42Tim Penyusun Diknas RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hlm. 751
43Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 1.
44Ibid., hlm. 2.
45Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm. 1.
46Abu Hamid al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, (Beirut ; Dar al-Fikr, 1994), hlm. 56.
47Ibid., hlm. 57. Lihat Husein Bahreisy, Ajaran-ajaran Akhlak, (Surabaya: al-Ikhlas, 1981), hlm. 41.
48Ibnu Maskawaih, Tahzib al-Akhlak, (Beirut ; Dar al-Fikr, 1995), hlm. 56. Mujiono dkk, op. cit., hlm. 86.
49Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), (Bandung: CV Diponegoro, 1993), hlm. 49.
50Barnawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1995), Cet. 12, hlm. 1.
 51Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad, (Dar al-Fikr, Beirut, tt), Juz VIII, hlm. 218. Imam al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi, ( Beirut; Dar al-Fikr, Beirut, tt), Juz II, hlm. 72.
52Hasan Basri, Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004), hlm. 145.
53M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003), hlm. vii.
54Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta : Bina Aksara, 2009), hlm. 11.
55Djma’an, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Kanisius, 1999), hlm. 170.
56Ibid., hlm. 170-171.