Kamis, 16 Agustus 2012

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh : SULURI NIM. 1004 S2 1258 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2012 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK Oleh : Suluri A. Latar Belakang Masalah Karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu, yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.1 Upaya pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan Nasional, di mana dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dikatakan sebagai berikut : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS tersebut bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk manusia Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Berdasarkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, maka pada setiap jenjang pendidikan di seluruh Indonesia, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam buku Desain Induk Pengembangan Karakter, dijelaskan sebagai berikut : Pendidikan sebagai suatu upaya sadar mengembangkan potensi peserta didik (siswa), tidak dapat dilepaskan dari lingkungan mereka berada, utamanya lingkungan budaya, karena pendidikan yang tidak dilandasi prinsip budaya menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya, dan ketika hal itu terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dan akan menjadi asing dalam lingkungan budaya (masyarakat)nya, kondisi demikian menjadikan siswa cepat terpangaruh oleh budaya luar. Kecenderungan itu terjadi karena ia tidak memiliki norma dan nilai budaya yang dapat digunakan untuk melakukan pertimbangan (valueing).3 Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sejalan dengan hal tersebut, Ellen G. White sebagaimana dikutip R.I. Sarumpaet, menjelaskan: Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas mereka.4 Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting, kesadaan tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui pencerahan masa lalu, masa kini dan akan datang tentang bangsanya.5 Pendidikan karakter merupakan bagian esensial tugas sekolah dalam hal ini sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Dalam konteks ini, Zubaedi menyatakan: Pendidikan karakter adalah upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis. Pendidikan memiliki beberapa tujuan utama yaitu; pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan perlaku peserta didik yang terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab, mengembangkan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, mengembangkan lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan.6 Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.7 Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.8 Sasaran pendidikan karakter adalah semua lembaga pendidikan di Indonesia negeri maupun swasta dalam berbagai jenjang pendidikan. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan sekolah memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia.9 Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah. Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMA, yang antara lain meliputi sebagai berikut: 1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja, 2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri, 3. Menunjukkan sikap percaya diri, 4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas, 5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional, 6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif, 7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, 8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya, 9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, 10. Mendeskripsikan gejala alam dan social, 11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab, 12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia, 13. Menghargai karya seni dan budaya nasional, 14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya, 15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik, 16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun, 17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; menghargai adanya perbedaan pendapat, 18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; 19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana, 20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah, 21. Memiliki jiwa kewirausahaan.10 Mengingat pentingnya karakter dalam mambangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembetukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan sekolah. Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah : (1) Melakukan berbagai aktivitas yang dapat menjadi contoh atau teladan orang lain, mahasiswa, peserta didik baik kegiatan akademiki maupun kegiatan non-akademik; (2) Turut secara aktif dan peduli melakukan upaya-upaya pembentukan karakter, baik di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran; dan (3) Dalam melakukan pembelajaran hendaknya dapat menginternalisasikan atau mengintegrasikan nilai-nilai karakter.11 Melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah menetapkan : “Setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik.” “Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/ SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan. Hal yang sama juga dilakukan untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.” 12 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak sejak tahun 2007 tercatat sebagai salah satu lembaga pendidikan telah menerapkan pembelajaran berbasis karakter, yaitu dengan menggunakan kurikulum berkarakter atau “Kurikulum Holistik Berbasis Karakter” (Character Based Integrated Curriculum).13 Kurikulum ini merupakan kurikulum terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang menarik dan kontekstual. Untuk itu, para guru dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik, mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh para guru SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dalam menerapkan pembelajaran berbasis karakter, yaitu : 1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif siswa, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi siswa karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang konkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya (student active learning, contextual learning, inquiry-based learning, integrated learning). 2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat. 3. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good, and acting the good. 4. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing siswa, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan manusia, yaitu : kecerdasan musical, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal (sosial), kecerdasan visual spasial, kecerdasasan natural (alamiah), kecerdasan kinestetik tubuh, kecerdasan verbal linguistik dan kecerdasan logika matematika.14 Namun demikian, berdasarkan studi pendahuluan, penulis menemukan beberapa kesenjangan yang menjadi indikasi bahwa penerapan pendidikan berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak tersebut belum memberikan dampak positif dalam pembetukan akhlak siswa. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut : 1. Adanya beberapa orang lulusan SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak melakukan tindakan asusila, 2. Adanya beberapa orang siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak yang kurang memiliki rasa hormat dan sopan santun kepada orang tua, 3. Timbulnya tindak kekerasan dan tindakan kriminalitas dari beberapa orang siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.15 Perilaku-perilaku tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dalam upaya membentuk akhlak siswa perlu dilakukan evaluasi. Bertitik tolak dari gejala-gejala di atas pada gilirannya mendorong penulis untuk melakukan satu studi berjudul : PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Melihat kepada permasalahan yang ada, penulis berpendapat bahwa studi ini merupakan kajian yang sangat menarik. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang di atas, paling tidak ada dua pokok permasalahan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ? 2. Bagaimana implementasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ? 3. Bagaimana evaluasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ? C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dan diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, 2. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, 3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. Adapun kegunaan yang ingin dicapai dan diharapkan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Memberi masukan bagi praktisi pendidikan tentang upaya yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, 2. Menjadi dasar bahan kajian bagi penelitian yang terkait pada masa yang akan datang, 3. Menambah dan memperkaya kuantitas hasil penelitian keilmuan di bidang pendidikan. D. Penelitian Terdahulu Winarno (2006), Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan Standarisasi dan Pembelajarannya. Pendidikan kewarganegaraan paradigma baru memiliki misi membentuk "warga negara yang baik" nampaknya misi ini sama pula dengan pendidikan kewarganegaraan sebelumnya. Dewasa ini misi pendidikan kewarganegaraan paradigma baru adalah menciptakan kompetensi siswa agar mampu berperan aktif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan pemerintahan demokratis yang diimplementasikan melalui pendidikan kewarganegaraan, pengembangan pengetahuan, karakter dan ketrampilan kewarganegaraan. Ratna Megawangi (2007) dalam bukunya Semua Berakar Pada Karakter, mencontohkan bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good (suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga berakhlak mulia). Djuherman (2007), Pendidikan Demokratis dalam Kurikulum KTSP. Pembelajaran KTSP merupakan perwujudan demikratisasi dalam bidang pendidikan, karena di sana ditanamkan penghargaan, menjunjung tinggi kreatifitas, dan menyenangkan peserta didik. Wuri Wuryandani (2010), Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Untuk Menanamkan Nasionalisme Di Sekolah Dasar. Salah satu cara yang dapat ditempuh guru di sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam pembelajaran diharapkan nasionalisme siswa akan tetap kukuh terjaga di tengah-tengah derasnya arus globalisasi. E. Tinjauan Teori Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Menurut Corey sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah, pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.16 Senada dengan pengertian di atas Gagne, Birggs, dan Wager sebagaimana dikutip Udin S. Winata Putra, berpendapat bahwa Instruction is a set of event that affect leaners is such a way that learning is facilitated.17 Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.18 Suprapto berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.19 Karakter secara harfiah berarti kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus, pendorong dan penggerak, serta pembeda satu individu dengan lainnya.20 Menurut Gunarto : Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, budaya dan nilai kebangsaan yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-sehari menjadi suatu pembiasaan yang melekat.21 Menurut Koesoema, Pendidikan Karakter merupakan struktur antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia secara terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang mempunyai keutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya.22 Hal ini karena Koesoema menganggap bahwa jiwa manusia bisa dirubah dengan pendidikan, dan ini bisa dilakukan di sekolah. Di sekolah tersebut dapat diterapkan lima macam metode pendidikan karakter, yaitu : (1) Mengajarkan pengetahuan tentang nilai, (2) Memberikan keteladanan, (3) Menentukan prioritas, (4) praksis prioritas dan (5) refleksi.23 Di samping itu dapat diterapkan lima macam pendekatan, yaitu : (1) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach); (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach); (3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach); (4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach); dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).24 Menurut Raka, Pendidikan Karakter di Indonesia pada saat ini diperlukan semua orang, untuk 250 juta rakyat Indonesia.25 Menurut Azzet, Pendidikan karakter di Indonesia saat ini adalah kebutuhan yang mendesak, sebab karakter adalah kekuatan yang membentengi diri kita dari segala macam godaan yang mendorong pada tingkah laku tidak terpuji.26 Karakter merupakan cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.27 Dalam rangkaiannya dengan identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar; kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responssibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance) dan persatuan (unity).28 Karakter religius teraplikasi dalam wujud kehidupan berprilaku yang baik; penuh dengan kebajikan; yakni berprilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri. Dalam dunia modern ini, manusia cenderung melupakan the virtuous life atau kehidupan yang penuh kebajikan, termasuk di dalamnya self-oriented virtuous atau kebajikan terhadap diri sendiri, seperti self control and moderation atau pengendalian diri dan kesabaran; dan other-oriented virtuous atau kebajikan terhadap orang lain, seperti generousity and compassion atau kesediaan berbagi dan merasakan kebaikan.29 Karakter moral dalam menurut Dewantara, adalah mendukung perkembangan hidup anak, lahir dan batin dari sifat kodratinya menuju kearah suatu peradaban.30 Di sini jelas pendidikan moral essensinya adalah mengembangkan kecerdasan moral (building moral intelligence) atau mengembangkan kemampuan moral anak, sehingga mampu menentukan benar dan salah, baik dan buruk, yang wajar dan tidak wajar, yang pantas atau tidak pantas, serta yang patut atau tidak patut untuk dikerjakan seseorang. Karakter kemandirian adalah suatu karakter yang menunjukan adanya rasa percaya diri dan bertanggungjawab dalam menentukan sikap; atau kemampu untuk mengambil keputusan dan menentukan tepat tidaknya tindakan yang diambilnya. Menurut Khan, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara, membantu mereka membuat keputusan dan yang dapat dipertanggungjawabkan.31 Karakter nasionalisme (kebangsaan) yaitu suatu bentuk kesadaran akan masyarakat dan bangsanya sendiri. Zubaedi, mengatakan Pendidikan karakter akan memastikan siswa merenungkan etika pribadi mereka dan bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang di sekitar mereka. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character develompment (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal).32 Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen sekolah baik dari aspek kurikulum (the content of the curriculum ), proses pembelajaran ( the procces of instruction ), kualitas hubungan ( the quality of relationship ), penanganan mata pelajaran ( the handling of discipline ), pelaksanaan aktifitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.33 Menurut Muslich, Pendidikan Karakter di sekolah dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang berkaitan dengan norma dan nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang dieksplisitkan melalui pengaitan antara mata pelajaran dengan nilai kehidupan sehari-hari dalam masyarakat sekitarnya, sehingga pembelajaran yang diisi dengan nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.34 Menurut Umi Kalsum, Pendidikan Karakter sangat cocok diterapkan dalam pendidikan formal (sekolah) karena tujuannya menanamkan karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran ataui kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.35 Dalam konteks implementasi pendidikan karakter di sekolah, maka agar guru harus memiliki karakter terlebih dahulu. Menurut Hidayatullah, Guru berkarakter, bukan hanya mampu mengajar tetapi ia juga mampu mendidik. Ia bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi ia juga mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi hidupnya. Ia (guru) bukan hanya memiliki kemampuan bersifat intelektual tetapi memiliki kemampuan spiritual sehingga mampu membuka hati peserta didik untuk belajar; yang selanjutnya adalah kemampuan interpersonal sehingga mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat.36 F. Konsep Operasional Berdasarkan tinjauan teori di atas, maka secara operasional “pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak” adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan, dengan indikator : guru menyusun silabus dan RPP berkarakter, guru memilih dan menyiapkan media pembelajaran dan sumber belajar karakter, 2. Implementasi, dengan indikator : guru menerapkan langkah-langkah penerapan pembelajaran berbasis karakter sebagai berikut : a. Pendahuluan : - Guru datang tepat waktu ( menanamkan disiplin), - Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (menanamkan nilai: santun, peduli), - Memabaca asmaul husna bersama siswa - Berdoa sebelum membuka pelajaran (menanamkan nilai religius), - Mengecek kehadiran siswa (menanamkan nilai disiplin, rajin), - Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (menanamkan nilai religius, peduli), - Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu ( menanamkan nilai disiplin), - Menegur siswa yang terlambat dengan sopan ( menanamkan nilai disiplin, santun, peduli), - Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD, b. Kegiatan Inti (Eksplorasi, Kolaborasi dan Konfirmasi): - Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam berkambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (menanamkan nilai mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama), - Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (menanamkan nilai kreatif, kerja keras), - Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (menanamkan nilai kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan), - Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (menanamkan nilai rasa percaya diri, mandiri), - Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan ( menanamkan nilai mandiri, kerjasama, kerja keras), - Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna ( menanamkan nilai cinta ilmu, kreatif, logis), - Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (menanamkan nilai kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun), - Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut ( menanamkan nilai kreatif, percaya diri, kritis), - Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (menanamkan nilai kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab), - Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (menanamkan nilai jujur, disiplin, kerja keras, menghargai), - Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (menanamkan nilai jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (menanamkan nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (menanamkan nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (menanamkan nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (menanamkan nilai saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis), - Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (menanamkan nilai percaya diri, logis, kritis), - Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (menanamkan nilai memahami kelebihan dan kekurangan), - Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, c. Penutup : - Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (menanamkan nilai mandiri, kerjasama, kritis, logis), - Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (menanamkan nilai jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan), - Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (menanamkan nilai saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis), - Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, - Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 3. Evaluasi, dengan indikator : guru menetapkan indikator ketercapaian..... G. Metode Penelitian 1. Bentuk dan Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan kajian lapangan (Field Reasecah) yang bersifat deskriptif analitik, yaitu salah satu bentuk penelitian yang bersifat melaporkan temuan dari subjek dan objek yang diteliti. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. 3. Responden/Informan Penelitian Responden dalam penelitian ini sebanyak 48 orang, yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, dan 47 orang Guru. 4. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dikumpulkan dan diperoleh dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kepada : a. Data Primer ; Data yang diperoleh langsung dari responden melalui informasi dari hasil wawancara tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. b. Data Sekunder ; Data yang diperoleh melalui dokumentasi atau sumber lainya untuk menunjang objek yang diteliti, terutama terkait dengan di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, termasuk data skunder dalam penelitian adalah profil sekolah. 5. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data yaitu: a. Observasi ; Dilakukan dengan cara mengamati langsung pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, b. Wawancara ; Melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. c. Studi Dokumentasi; Dilakukan penulis dengan cara dokumen yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. 6. Tehnik Analisis Data Setelah data-data diperoleh, kemudian data dikelompokkan berdasarkan jenis dan sumbernya, penganalisaan data menggunakan metode deskriptif, yaitu menguraikan dengan fakta yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan teori yang ada. H. Sistematika Penulisan Keseluruhan penulisan isi skripsi ini disusun dengan membagi ke dalam 5 (lima) bab, yang masing-masing berisikan hal-hal sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, di dalamnya berisi : latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berisi Tinjauan Teoretis tentang Pendidikan Karakter. Bab III Tinjauan Lokasi Penelitian, yang mencakup pembahasan tentang profil SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. Bab IV Penyajian Data dan Analisis Data tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab V Penutup; Kesimpulan dan Saran-saran. DAFTAR KEPUSTAKAAN Abrasyiy, Muhammad Athiyah al-. Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, (Saudi Arabiah : Dar al-Ihya’, tt). Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997). Arikunto, Ny. Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pengantar, Jakarta, Bina Aksara, 2009. Ashraf, Syed Sajjad Husain dan Syed Ali. Krisis Pendidikan Islam, Terj. Rahmani Astuti, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1986). Attas, Syed Muhammad al-Naquib al-. Konsep Pendidikan Dalam Islam, Terj. Haidar Baqir, (Bandung : Mizan, 1994). Azzet, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, (Jakarta: Arruz Media, 2011). Bastani dkk, Karim al-. al-Munjid fi al-Lughat wa al-‘Alam, (Beirut : Dar al-Masyriqi, 1975). Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995). ----------, ---------. Pengantar Psikologi Remaja, (Jakarta : Bulan Bintang, 1990). Dewantara, Ki Hajar. Karja Ki Hadjar Dewatara Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta: Pertjetakan Taman Siswa 1962). Diknas RI, Tim Penyusun. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang (SISDIKNAS), (Bandung : Penerbit Citra Umbara, 2007). Gunawan, Ary H. Kebijakan-kebijakan Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2005). Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2005). John, Alfred. Membangun Karakter Tangguh: Mempersiapkan Generasi Anti Kecurangan, Terjemahan oleh Sandiantoro dan Ari Kristanti, (Surabaya : Portico Publishing, 2011). Kemendiknas RI, Tim Penyusun. Desain Induk Pengembangan Karakter, (Jakarta: Dikti, 2010). Khan, Yahya, M.Pd., DR., Pendidikan Karakter Potensi Diri; Mendongkrak Kualitas Pendidikan, (Yokyakarta : Pelangi Publishing, 2010). Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2011). Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan ; Suatu Analisa Antara Psikologi Dan Pendidikan, ( Jakarta : pustaka al-Husna, 1986). Marimba, Ahamad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Maktabah al-Ma’rif, 1980). Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999). Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000). Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001). Mujib, Muhaimin dan Abdul. Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993). Raka, dkk., Gede. Pendidikan Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan, (Jakarta : PT. Alex Media Komputindo, Kompas Gramedia, 2011). S. Nasution, Pedoman Penulisan Disertasi, Tesis, Skripsi dan Makalah Ilmiah, Jakarta, Bina Aksara, 1994. Saat, (Ed.), Ibrahim. Isu Pendidikan di Malaysia, (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1982). Samani, Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya 2011). Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja ; Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 75. Subarsono, Kebijakan Publik, (Jakarta : Pustaka Setia, 2003). Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy al-. Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979). Uhbiyati, Abu Ahmadi dan Nur. Ilmu Pendidikan; Suatu Pengantar, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2001). Usman, Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Pers, 2004). Wahab, Solichin Abdul. Evaluasi Kebijakan Publik, (Malang : Penerbit FIA. UNIBRAW dan IKIP Malang, 1997). Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). Furqon Hidayatullah,M. 2009. Guru sejati: Meembangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. Soemarno Soedarsono. 2008. Membangun Kembali Jati diri Bangsa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ratna Megawangi. 2007. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: FE-UI.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh : SULURI NIM. 1004 S2 1258 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2012 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK Oleh : Suluri A. Latar Belakang Masalah Karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu, yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.1 Upaya pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan Nasional, di mana dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dikatakan sebagai berikut : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS tersebut bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk manusia Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Berdasarkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, maka pada setiap jenjang pendidikan di seluruh Indonesia, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam buku Desain Induk Pengembangan Karakter, dijelaskan sebagai berikut : Pendidikan sebagai suatu upaya sadar mengembangkan potensi peserta didik (siswa), tidak dapat dilepaskan dari lingkungan mereka berada, utamanya lingkungan budaya, karena pendidikan yang tidak dilandasi prinsip budaya menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya, dan ketika hal itu terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dan akan menjadi asing dalam lingkungan budaya (masyarakat)nya, kondisi demikian menjadikan siswa cepat terpangaruh oleh budaya luar. Kecenderungan itu terjadi karena ia tidak memiliki norma dan nilai budaya yang dapat digunakan untuk melakukan pertimbangan (valueing).3 Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sejalan dengan hal tersebut, Ellen G. White sebagaimana dikutip R.I. Sarumpaet, menjelaskan: Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas mereka.4 Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting, kesadaan tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui pencerahan masa lalu, masa kini dan akan datang tentang bangsanya.5 Pendidikan karakter merupakan bagian esensial tugas sekolah dalam hal ini sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Dalam konteks ini, Zubaedi menyatakan: Pendidikan karakter adalah upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis. Pendidikan memiliki beberapa tujuan utama yaitu; pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan perlaku peserta didik yang terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab, mengembangkan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, mengembangkan lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan.6 Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.7 Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.8 Sasaran pendidikan karakter adalah semua lembaga pendidikan di Indonesia negeri maupun swasta dalam berbagai jenjang pendidikan. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan sekolah memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia.9 Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah. Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMA, yang antara lain meliputi sebagai berikut: 1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja, 2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri, 3. Menunjukkan sikap percaya diri, 4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas, 5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional, 6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif, 7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, 8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya, 9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, 10. Mendeskripsikan gejala alam dan social, 11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab, 12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia, 13. Menghargai karya seni dan budaya nasional, 14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya, 15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik, 16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun, 17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; menghargai adanya perbedaan pendapat, 18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; 19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana, 20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah, 21. Memiliki jiwa kewirausahaan.10 Mengingat pentingnya karakter dalam mambangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembetukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan sekolah. Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah : (1) Melakukan berbagai aktivitas yang dapat menjadi contoh atau teladan orang lain, mahasiswa, peserta didik baik kegiatan akademiki maupun kegiatan non-akademik; (2) Turut secara aktif dan peduli melakukan upaya-upaya pembentukan karakter, baik di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran; dan (3) Dalam melakukan pembelajaran hendaknya dapat menginternalisasikan atau mengintegrasikan nilai-nilai karakter.11 Melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah menetapkan : “Setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik.” “Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/ SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan. Hal yang sama juga dilakukan untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.” 12 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak sejak tahun 2007 tercatat sebagai salah satu lembaga pendidikan telah menerapkan pembelajaran berbasis karakter, yaitu dengan menggunakan kurikulum berkarakter atau “Kurikulum Holistik Berbasis Karakter” (Character Based Integrated Curriculum).13 Kurikulum ini merupakan kurikulum terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang menarik dan kontekstual. Untuk itu, para guru dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik, mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh para guru SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dalam menerapkan pembelajaran berbasis karakter, yaitu : 1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif siswa, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi siswa karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang konkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya (student active learning, contextual learning, inquiry-based learning, integrated learning). 2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat. 3. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good, and acting the good. 4. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing siswa, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan manusia, yaitu : kecerdasan musical, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal (sosial), kecerdasan visual spasial, kecerdasasan natural (alamiah), kecerdasan kinestetik tubuh, kecerdasan verbal linguistik dan kecerdasan logika matematika.14 Namun demikian, berdasarkan studi pendahuluan, penulis menemukan beberapa kesenjangan yang menjadi indikasi bahwa penerapan pendidikan berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak tersebut belum memberikan dampak positif dalam pembetukan akhlak siswa. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut : 1. Adanya beberapa orang lulusan SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak melakukan tindakan asusila, 2. Adanya beberapa orang siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak yang kurang memiliki rasa hormat dan sopan santun kepada orang tua, 3. Timbulnya tindak kekerasan dan tindakan kriminalitas dari beberapa orang siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.15 Perilaku-perilaku tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dalam upaya membentuk akhlak siswa perlu dilakukan evaluasi. Bertitik tolak dari gejala-gejala di atas pada gilirannya mendorong penulis untuk melakukan satu studi berjudul : PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Melihat kepada permasalahan yang ada, penulis berpendapat bahwa studi ini merupakan kajian yang sangat menarik. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang di atas, paling tidak ada dua pokok permasalahan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ? 2. Bagaimana implementasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ? 3. Bagaimana evaluasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ? C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dan diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, 2. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, 3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. Adapun kegunaan yang ingin dicapai dan diharapkan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Memberi masukan bagi praktisi pendidikan tentang upaya yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, 2. Menjadi dasar bahan kajian bagi penelitian yang terkait pada masa yang akan datang, 3. Menambah dan memperkaya kuantitas hasil penelitian keilmuan di bidang pendidikan. D. Penelitian Terdahulu Winarno (2006), Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan Standarisasi dan Pembelajarannya. Pendidikan kewarganegaraan paradigma baru memiliki misi membentuk "warga negara yang baik" nampaknya misi ini sama pula dengan pendidikan kewarganegaraan sebelumnya. Dewasa ini misi pendidikan kewarganegaraan paradigma baru adalah menciptakan kompetensi siswa agar mampu berperan aktif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan pemerintahan demokratis yang diimplementasikan melalui pendidikan kewarganegaraan, pengembangan pengetahuan, karakter dan ketrampilan kewarganegaraan. Ratna Megawangi (2007) dalam bukunya Semua Berakar Pada Karakter, mencontohkan bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good (suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga berakhlak mulia). Djuherman (2007), Pendidikan Demokratis dalam Kurikulum KTSP. Pembelajaran KTSP merupakan perwujudan demikratisasi dalam bidang pendidikan, karena di sana ditanamkan penghargaan, menjunjung tinggi kreatifitas, dan menyenangkan peserta didik. Wuri Wuryandani (2010), Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Untuk Menanamkan Nasionalisme Di Sekolah Dasar. Salah satu cara yang dapat ditempuh guru di sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam pembelajaran diharapkan nasionalisme siswa akan tetap kukuh terjaga di tengah-tengah derasnya arus globalisasi. E. Tinjauan Teori Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Menurut Corey sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah, pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.16 Senada dengan pengertian di atas Gagne, Birggs, dan Wager sebagaimana dikutip Udin S. Winata Putra, berpendapat bahwa Instruction is a set of event that affect leaners is such a way that learning is facilitated.17 Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.18 Suprapto berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.19 Karakter secara harfiah berarti kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus, pendorong dan penggerak, serta pembeda satu individu dengan lainnya.20 Menurut Gunarto : Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, budaya dan nilai kebangsaan yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-sehari menjadi suatu pembiasaan yang melekat.21 Menurut Koesoema, Pendidikan Karakter merupakan struktur antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia secara terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang mempunyai keutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya.22 Hal ini karena Koesoema menganggap bahwa jiwa manusia bisa dirubah dengan pendidikan, dan ini bisa dilakukan di sekolah. Di sekolah tersebut dapat diterapkan lima macam metode pendidikan karakter, yaitu : (1) Mengajarkan pengetahuan tentang nilai, (2) Memberikan keteladanan, (3) Menentukan prioritas, (4) praksis prioritas dan (5) refleksi.23 Di samping itu dapat diterapkan lima macam pendekatan, yaitu : (1) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach); (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach); (3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach); (4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach); dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).24 Menurut Raka, Pendidikan Karakter di Indonesia pada saat ini diperlukan semua orang, untuk 250 juta rakyat Indonesia.25 Menurut Azzet, Pendidikan karakter di Indonesia saat ini adalah kebutuhan yang mendesak, sebab karakter adalah kekuatan yang membentengi diri kita dari segala macam godaan yang mendorong pada tingkah laku tidak terpuji.26 Karakter merupakan cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.27 Dalam rangkaiannya dengan identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar; kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responssibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance) dan persatuan (unity).28 Karakter religius teraplikasi dalam wujud kehidupan berprilaku yang baik; penuh dengan kebajikan; yakni berprilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri. Dalam dunia modern ini, manusia cenderung melupakan the virtuous life atau kehidupan yang penuh kebajikan, termasuk di dalamnya self-oriented virtuous atau kebajikan terhadap diri sendiri, seperti self control and moderation atau pengendalian diri dan kesabaran; dan other-oriented virtuous atau kebajikan terhadap orang lain, seperti generousity and compassion atau kesediaan berbagi dan merasakan kebaikan.29 Karakter moral dalam menurut Dewantara, adalah mendukung perkembangan hidup anak, lahir dan batin dari sifat kodratinya menuju kearah suatu peradaban.30 Di sini jelas pendidikan moral essensinya adalah mengembangkan kecerdasan moral (building moral intelligence) atau mengembangkan kemampuan moral anak, sehingga mampu menentukan benar dan salah, baik dan buruk, yang wajar dan tidak wajar, yang pantas atau tidak pantas, serta yang patut atau tidak patut untuk dikerjakan seseorang. Karakter kemandirian adalah suatu karakter yang menunjukan adanya rasa percaya diri dan bertanggungjawab dalam menentukan sikap; atau kemampu untuk mengambil keputusan dan menentukan tepat tidaknya tindakan yang diambilnya. Menurut Khan, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara, membantu mereka membuat keputusan dan yang dapat dipertanggungjawabkan.31 Karakter nasionalisme (kebangsaan) yaitu suatu bentuk kesadaran akan masyarakat dan bangsanya sendiri. Zubaedi, mengatakan Pendidikan karakter akan memastikan siswa merenungkan etika pribadi mereka dan bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang di sekitar mereka. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character develompment (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal).32 Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen sekolah baik dari aspek kurikulum (the content of the curriculum ), proses pembelajaran ( the procces of instruction ), kualitas hubungan ( the quality of relationship ), penanganan mata pelajaran ( the handling of discipline ), pelaksanaan aktifitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.33 Menurut Muslich, Pendidikan Karakter di sekolah dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang berkaitan dengan norma dan nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang dieksplisitkan melalui pengaitan antara mata pelajaran dengan nilai kehidupan sehari-hari dalam masyarakat sekitarnya, sehingga pembelajaran yang diisi dengan nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.34 Menurut Umi Kalsum, Pendidikan Karakter sangat cocok diterapkan dalam pendidikan formal (sekolah) karena tujuannya menanamkan karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran ataui kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.35 Dalam konteks implementasi pendidikan karakter di sekolah, maka agar guru harus memiliki karakter terlebih dahulu. Menurut Hidayatullah, Guru berkarakter, bukan hanya mampu mengajar tetapi ia juga mampu mendidik. Ia bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi ia juga mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi hidupnya. Ia (guru) bukan hanya memiliki kemampuan bersifat intelektual tetapi memiliki kemampuan spiritual sehingga mampu membuka hati peserta didik untuk belajar; yang selanjutnya adalah kemampuan interpersonal sehingga mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat.36 F. Konsep Operasional Berdasarkan tinjauan teori di atas, maka secara operasional “pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak” adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan, dengan indikator : guru menyusun silabus dan RPP berkarakter, guru memilih dan menyiapkan media pembelajaran dan sumber belajar karakter, 2. Implementasi, dengan indikator : guru menerapkan langkah-langkah penerapan pembelajaran berbasis karakter sebagai berikut : a. Pendahuluan : - Guru datang tepat waktu ( menanamkan disiplin), - Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (menanamkan nilai: santun, peduli), - Memabaca asmaul husna bersama siswa - Berdoa sebelum membuka pelajaran (menanamkan nilai religius), - Mengecek kehadiran siswa (menanamkan nilai disiplin, rajin), - Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (menanamkan nilai religius, peduli), - Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu ( menanamkan nilai disiplin), - Menegur siswa yang terlambat dengan sopan ( menanamkan nilai disiplin, santun, peduli), - Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD, b. Kegiatan Inti (Eksplorasi, Kolaborasi dan Konfirmasi): - Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam berkambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (menanamkan nilai mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama), - Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (menanamkan nilai kreatif, kerja keras), - Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (menanamkan nilai kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan), - Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (menanamkan nilai rasa percaya diri, mandiri), - Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan ( menanamkan nilai mandiri, kerjasama, kerja keras), - Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna ( menanamkan nilai cinta ilmu, kreatif, logis), - Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (menanamkan nilai kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun), - Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut ( menanamkan nilai kreatif, percaya diri, kritis), - Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (menanamkan nilai kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab), - Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (menanamkan nilai jujur, disiplin, kerja keras, menghargai), - Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (menanamkan nilai jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (menanamkan nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (menanamkan nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (menanamkan nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (menanamkan nilai saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis), - Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (menanamkan nilai percaya diri, logis, kritis), - Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (menanamkan nilai memahami kelebihan dan kekurangan), - Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, c. Penutup : - Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (menanamkan nilai mandiri, kerjasama, kritis, logis), - Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (menanamkan nilai jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan), - Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (menanamkan nilai saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis), - Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, - Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 3. Evaluasi, dengan indikator : guru menetapkan indikator ketercapaian..... G. Metode Penelitian 1. Bentuk dan Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan kajian lapangan (Field Reasecah) yang bersifat deskriptif analitik, yaitu salah satu bentuk penelitian yang bersifat melaporkan temuan dari subjek dan objek yang diteliti. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. 3. Responden/Informan Penelitian Responden dalam penelitian ini sebanyak 48 orang, yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, dan 47 orang Guru. 4. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dikumpulkan dan diperoleh dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kepada : a. Data Primer ; Data yang diperoleh langsung dari responden melalui informasi dari hasil wawancara tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. b. Data Sekunder ; Data yang diperoleh melalui dokumentasi atau sumber lainya untuk menunjang objek yang diteliti, terutama terkait dengan di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, termasuk data skunder dalam penelitian adalah profil sekolah. 5. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data yaitu: a. Observasi ; Dilakukan dengan cara mengamati langsung pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, b. Wawancara ; Melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. c. Studi Dokumentasi; Dilakukan penulis dengan cara dokumen yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. 6. Tehnik Analisis Data Setelah data-data diperoleh, kemudian data dikelompokkan berdasarkan jenis dan sumbernya, penganalisaan data menggunakan metode deskriptif, yaitu menguraikan dengan fakta yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan teori yang ada. H. Sistematika Penulisan Keseluruhan penulisan isi skripsi ini disusun dengan membagi ke dalam 5 (lima) bab, yang masing-masing berisikan hal-hal sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, di dalamnya berisi : latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berisi Tinjauan Teoretis tentang Pendidikan Karakter. Bab III Tinjauan Lokasi Penelitian, yang mencakup pembahasan tentang profil SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. Bab IV Penyajian Data dan Analisis Data tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab V Penutup; Kesimpulan dan Saran-saran. DAFTAR KEPUSTAKAAN Abrasyiy, Muhammad Athiyah al-. Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, (Saudi Arabiah : Dar al-Ihya’, tt). Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997). Arikunto, Ny. Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pengantar, Jakarta, Bina Aksara, 2009. Ashraf, Syed Sajjad Husain dan Syed Ali. Krisis Pendidikan Islam, Terj. Rahmani Astuti, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1986). Attas, Syed Muhammad al-Naquib al-. Konsep Pendidikan Dalam Islam, Terj. Haidar Baqir, (Bandung : Mizan, 1994). Azzet, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, (Jakarta: Arruz Media, 2011). Bastani dkk, Karim al-. al-Munjid fi al-Lughat wa al-‘Alam, (Beirut : Dar al-Masyriqi, 1975). Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995). ----------, ---------. Pengantar Psikologi Remaja, (Jakarta : Bulan Bintang, 1990). Dewantara, Ki Hajar. Karja Ki Hadjar Dewatara Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta: Pertjetakan Taman Siswa 1962). Diknas RI, Tim Penyusun. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang (SISDIKNAS), (Bandung : Penerbit Citra Umbara, 2007). Gunawan, Ary H. Kebijakan-kebijakan Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2005). Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2005). John, Alfred. Membangun Karakter Tangguh: Mempersiapkan Generasi Anti Kecurangan, Terjemahan oleh Sandiantoro dan Ari Kristanti, (Surabaya : Portico Publishing, 2011). Kemendiknas RI, Tim Penyusun. Desain Induk Pengembangan Karakter, (Jakarta: Dikti, 2010). Khan, Yahya, M.Pd., DR., Pendidikan Karakter Potensi Diri; Mendongkrak Kualitas Pendidikan, (Yokyakarta : Pelangi Publishing, 2010). Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2011). Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan ; Suatu Analisa Antara Psikologi Dan Pendidikan, ( Jakarta : pustaka al-Husna, 1986). Marimba, Ahamad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Maktabah al-Ma’rif, 1980). Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999). Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000). Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001). Mujib, Muhaimin dan Abdul. Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993). Raka, dkk., Gede. Pendidikan Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan, (Jakarta : PT. Alex Media Komputindo, Kompas Gramedia, 2011). S. Nasution, Pedoman Penulisan Disertasi, Tesis, Skripsi dan Makalah Ilmiah, Jakarta, Bina Aksara, 1994. Saat, (Ed.), Ibrahim. Isu Pendidikan di Malaysia, (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1982). Samani, Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya 2011). Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja ; Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 75. Subarsono, Kebijakan Publik, (Jakarta : Pustaka Setia, 2003). Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy al-. Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979). Uhbiyati, Abu Ahmadi dan Nur. Ilmu Pendidikan; Suatu Pengantar, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2001). Usman, Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Pers, 2004). Wahab, Solichin Abdul. Evaluasi Kebijakan Publik, (Malang : Penerbit FIA. UNIBRAW dan IKIP Malang, 1997). Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). Furqon Hidayatullah,M. 2009. Guru sejati: Meembangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. Soemarno Soedarsono. 2008. Membangun Kembali Jati diri Bangsa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ratna Megawangi. 2007. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: FE-UI.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh : SULURI NIM. 1004 S2 1258 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2012 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK Oleh : Suluri A. Latar Belakang Masalah Karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu, yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.1 Upaya pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan Nasional, di mana dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dikatakan sebagai berikut : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS tersebut bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk manusia Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Berdasarkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, maka pada setiap jenjang pendidikan di seluruh Indonesia, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam buku Desain Induk Pengembangan Karakter, dijelaskan sebagai berikut : Pendidikan sebagai suatu upaya sadar mengembangkan potensi peserta didik (siswa), tidak dapat dilepaskan dari lingkungan mereka berada, utamanya lingkungan budaya, karena pendidikan yang tidak dilandasi prinsip budaya menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya, dan ketika hal itu terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dan akan menjadi asing dalam lingkungan budaya (masyarakat)nya, kondisi demikian menjadikan siswa cepat terpangaruh oleh budaya luar. Kecenderungan itu terjadi karena ia tidak memiliki norma dan nilai budaya yang dapat digunakan untuk melakukan pertimbangan (valueing).3 Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sejalan dengan hal tersebut, Ellen G. White sebagaimana dikutip R.I. Sarumpaet, menjelaskan: Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas mereka.4 Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting, kesadaan tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui pencerahan masa lalu, masa kini dan akan datang tentang bangsanya.5 Pendidikan karakter merupakan bagian esensial tugas sekolah dalam hal ini sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Dalam konteks ini, Zubaedi menyatakan: Pendidikan karakter adalah upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis. Pendidikan memiliki beberapa tujuan utama yaitu; pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan perlaku peserta didik yang terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab, mengembangkan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, mengembangkan lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan.6 Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.7 Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.8 Sasaran pendidikan karakter adalah semua lembaga pendidikan di Indonesia negeri maupun swasta dalam berbagai jenjang pendidikan. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan sekolah memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia.9 Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah. Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMA, yang antara lain meliputi sebagai berikut: 1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja, 2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri, 3. Menunjukkan sikap percaya diri, 4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas, 5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional, 6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif, 7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, 8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya, 9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, 10. Mendeskripsikan gejala alam dan social, 11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab, 12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia, 13. Menghargai karya seni dan budaya nasional, 14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya, 15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik, 16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun, 17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; menghargai adanya perbedaan pendapat, 18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; 19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana, 20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah, 21. Memiliki jiwa kewirausahaan.10 Mengingat pentingnya karakter dalam mambangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembetukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan sekolah. Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah : (1) Melakukan berbagai aktivitas yang dapat menjadi contoh atau teladan orang lain, mahasiswa, peserta didik baik kegiatan akademiki maupun kegiatan non-akademik; (2) Turut secara aktif dan peduli melakukan upaya-upaya pembentukan karakter, baik di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran; dan (3) Dalam melakukan pembelajaran hendaknya dapat menginternalisasikan atau mengintegrasikan nilai-nilai karakter.11 Melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah menetapkan : “Setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik.” “Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/ SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan. Hal yang sama juga dilakukan untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.” 12 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak sejak tahun 2007 tercatat sebagai salah satu lembaga pendidikan telah menerapkan pembelajaran berbasis karakter, yaitu dengan menggunakan kurikulum berkarakter atau “Kurikulum Holistik Berbasis Karakter” (Character Based Integrated Curriculum).13 Kurikulum ini merupakan kurikulum terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang menarik dan kontekstual. Untuk itu, para guru dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik, mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh para guru SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dalam menerapkan pembelajaran berbasis karakter, yaitu : 1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif siswa, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi siswa karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang konkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya (student active learning, contextual learning, inquiry-based learning, integrated learning). 2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat. 3. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good, and acting the good. 4. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing siswa, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan manusia, yaitu : kecerdasan musical, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal (sosial), kecerdasan visual spasial, kecerdasasan natural (alamiah), kecerdasan kinestetik tubuh, kecerdasan verbal linguistik dan kecerdasan logika matematika.14 Namun demikian, berdasarkan studi pendahuluan, penulis menemukan beberapa kesenjangan yang menjadi indikasi bahwa penerapan pendidikan berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak tersebut belum memberikan dampak positif dalam pembetukan akhlak siswa. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut : 1. Adanya beberapa orang lulusan SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak melakukan tindakan asusila, 2. Adanya beberapa orang siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak yang kurang memiliki rasa hormat dan sopan santun kepada orang tua, 3. Timbulnya tindak kekerasan dan tindakan kriminalitas dari beberapa orang siswa SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak.15 Perilaku-perilaku tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak dalam upaya membentuk akhlak siswa perlu dilakukan evaluasi. Bertitik tolak dari gejala-gejala di atas pada gilirannya mendorong penulis untuk melakukan satu studi berjudul : PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA SMAN I SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Melihat kepada permasalahan yang ada, penulis berpendapat bahwa studi ini merupakan kajian yang sangat menarik. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang di atas, paling tidak ada dua pokok permasalahan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ? 2. Bagaimana implementasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ? 3. Bagaimana evaluasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak ? C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dan diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, 2. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, 3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. Adapun kegunaan yang ingin dicapai dan diharapkan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Memberi masukan bagi praktisi pendidikan tentang upaya yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, 2. Menjadi dasar bahan kajian bagi penelitian yang terkait pada masa yang akan datang, 3. Menambah dan memperkaya kuantitas hasil penelitian keilmuan di bidang pendidikan. D. Penelitian Terdahulu Winarno (2006), Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan Standarisasi dan Pembelajarannya. Pendidikan kewarganegaraan paradigma baru memiliki misi membentuk "warga negara yang baik" nampaknya misi ini sama pula dengan pendidikan kewarganegaraan sebelumnya. Dewasa ini misi pendidikan kewarganegaraan paradigma baru adalah menciptakan kompetensi siswa agar mampu berperan aktif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan pemerintahan demokratis yang diimplementasikan melalui pendidikan kewarganegaraan, pengembangan pengetahuan, karakter dan ketrampilan kewarganegaraan. Ratna Megawangi (2007) dalam bukunya Semua Berakar Pada Karakter, mencontohkan bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good (suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga berakhlak mulia). Djuherman (2007), Pendidikan Demokratis dalam Kurikulum KTSP. Pembelajaran KTSP merupakan perwujudan demikratisasi dalam bidang pendidikan, karena di sana ditanamkan penghargaan, menjunjung tinggi kreatifitas, dan menyenangkan peserta didik. Wuri Wuryandani (2010), Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Untuk Menanamkan Nasionalisme Di Sekolah Dasar. Salah satu cara yang dapat ditempuh guru di sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam pembelajaran diharapkan nasionalisme siswa akan tetap kukuh terjaga di tengah-tengah derasnya arus globalisasi. E. Tinjauan Teori Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Menurut Corey sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah, pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.16 Senada dengan pengertian di atas Gagne, Birggs, dan Wager sebagaimana dikutip Udin S. Winata Putra, berpendapat bahwa Instruction is a set of event that affect leaners is such a way that learning is facilitated.17 Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.18 Suprapto berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.19 Karakter secara harfiah berarti kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus, pendorong dan penggerak, serta pembeda satu individu dengan lainnya.20 Menurut Gunarto : Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, budaya dan nilai kebangsaan yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-sehari menjadi suatu pembiasaan yang melekat.21 Menurut Koesoema, Pendidikan Karakter merupakan struktur antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia secara terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang mempunyai keutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya.22 Hal ini karena Koesoema menganggap bahwa jiwa manusia bisa dirubah dengan pendidikan, dan ini bisa dilakukan di sekolah. Di sekolah tersebut dapat diterapkan lima macam metode pendidikan karakter, yaitu : (1) Mengajarkan pengetahuan tentang nilai, (2) Memberikan keteladanan, (3) Menentukan prioritas, (4) praksis prioritas dan (5) refleksi.23 Di samping itu dapat diterapkan lima macam pendekatan, yaitu : (1) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach); (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach); (3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach); (4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach); dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).24 Menurut Raka, Pendidikan Karakter di Indonesia pada saat ini diperlukan semua orang, untuk 250 juta rakyat Indonesia.25 Menurut Azzet, Pendidikan karakter di Indonesia saat ini adalah kebutuhan yang mendesak, sebab karakter adalah kekuatan yang membentengi diri kita dari segala macam godaan yang mendorong pada tingkah laku tidak terpuji.26 Karakter merupakan cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.27 Dalam rangkaiannya dengan identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar; kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responssibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance) dan persatuan (unity).28 Karakter religius teraplikasi dalam wujud kehidupan berprilaku yang baik; penuh dengan kebajikan; yakni berprilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri. Dalam dunia modern ini, manusia cenderung melupakan the virtuous life atau kehidupan yang penuh kebajikan, termasuk di dalamnya self-oriented virtuous atau kebajikan terhadap diri sendiri, seperti self control and moderation atau pengendalian diri dan kesabaran; dan other-oriented virtuous atau kebajikan terhadap orang lain, seperti generousity and compassion atau kesediaan berbagi dan merasakan kebaikan.29 Karakter moral dalam menurut Dewantara, adalah mendukung perkembangan hidup anak, lahir dan batin dari sifat kodratinya menuju kearah suatu peradaban.30 Di sini jelas pendidikan moral essensinya adalah mengembangkan kecerdasan moral (building moral intelligence) atau mengembangkan kemampuan moral anak, sehingga mampu menentukan benar dan salah, baik dan buruk, yang wajar dan tidak wajar, yang pantas atau tidak pantas, serta yang patut atau tidak patut untuk dikerjakan seseorang. Karakter kemandirian adalah suatu karakter yang menunjukan adanya rasa percaya diri dan bertanggungjawab dalam menentukan sikap; atau kemampu untuk mengambil keputusan dan menentukan tepat tidaknya tindakan yang diambilnya. Menurut Khan, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara, membantu mereka membuat keputusan dan yang dapat dipertanggungjawabkan.31 Karakter nasionalisme (kebangsaan) yaitu suatu bentuk kesadaran akan masyarakat dan bangsanya sendiri. Zubaedi, mengatakan Pendidikan karakter akan memastikan siswa merenungkan etika pribadi mereka dan bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang di sekitar mereka. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character develompment (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal).32 Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen sekolah baik dari aspek kurikulum (the content of the curriculum ), proses pembelajaran ( the procces of instruction ), kualitas hubungan ( the quality of relationship ), penanganan mata pelajaran ( the handling of discipline ), pelaksanaan aktifitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.33 Menurut Muslich, Pendidikan Karakter di sekolah dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang berkaitan dengan norma dan nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang dieksplisitkan melalui pengaitan antara mata pelajaran dengan nilai kehidupan sehari-hari dalam masyarakat sekitarnya, sehingga pembelajaran yang diisi dengan nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.34 Menurut Umi Kalsum, Pendidikan Karakter sangat cocok diterapkan dalam pendidikan formal (sekolah) karena tujuannya menanamkan karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran ataui kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.35 Dalam konteks implementasi pendidikan karakter di sekolah, maka agar guru harus memiliki karakter terlebih dahulu. Menurut Hidayatullah, Guru berkarakter, bukan hanya mampu mengajar tetapi ia juga mampu mendidik. Ia bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi ia juga mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi hidupnya. Ia (guru) bukan hanya memiliki kemampuan bersifat intelektual tetapi memiliki kemampuan spiritual sehingga mampu membuka hati peserta didik untuk belajar; yang selanjutnya adalah kemampuan interpersonal sehingga mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat.36 F. Konsep Operasional Berdasarkan tinjauan teori di atas, maka secara operasional “pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa SMA 1 Sungai Apit Kabupaten Siak” adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan, dengan indikator : guru menyusun silabus dan RPP berkarakter, guru memilih dan menyiapkan media pembelajaran dan sumber belajar karakter, 2. Implementasi, dengan indikator : guru menerapkan langkah-langkah penerapan pembelajaran berbasis karakter sebagai berikut : a. Pendahuluan : - Guru datang tepat waktu ( menanamkan disiplin), - Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (menanamkan nilai: santun, peduli), - Memabaca asmaul husna bersama siswa - Berdoa sebelum membuka pelajaran (menanamkan nilai religius), - Mengecek kehadiran siswa (menanamkan nilai disiplin, rajin), - Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (menanamkan nilai religius, peduli), - Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu ( menanamkan nilai disiplin), - Menegur siswa yang terlambat dengan sopan ( menanamkan nilai disiplin, santun, peduli), - Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD, b. Kegiatan Inti (Eksplorasi, Kolaborasi dan Konfirmasi): - Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam berkambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (menanamkan nilai mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama), - Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (menanamkan nilai kreatif, kerja keras), - Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (menanamkan nilai kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan), - Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (menanamkan nilai rasa percaya diri, mandiri), - Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan ( menanamkan nilai mandiri, kerjasama, kerja keras), - Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna ( menanamkan nilai cinta ilmu, kreatif, logis), - Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (menanamkan nilai kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun), - Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut ( menanamkan nilai kreatif, percaya diri, kritis), - Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (menanamkan nilai kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab), - Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (menanamkan nilai jujur, disiplin, kerja keras, menghargai), - Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (menanamkan nilai jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (menanamkan nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (menanamkan nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (menanamkan nilai percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama), - Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (menanamkan nilai saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis), - Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (menanamkan nilai percaya diri, logis, kritis), - Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (menanamkan nilai memahami kelebihan dan kekurangan), - Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, c. Penutup : - Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (menanamkan nilai mandiri, kerjasama, kritis, logis), - Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (menanamkan nilai jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan), - Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (menanamkan nilai saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis), - Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, - Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 3. Evaluasi, dengan indikator : guru menetapkan indikator ketercapaian..... G. Metode Penelitian 1. Bentuk dan Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan kajian lapangan (Field Reasecah) yang bersifat deskriptif analitik, yaitu salah satu bentuk penelitian yang bersifat melaporkan temuan dari subjek dan objek yang diteliti. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. 3. Responden/Informan Penelitian Responden dalam penelitian ini sebanyak 48 orang, yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, dan 47 orang Guru. 4. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dikumpulkan dan diperoleh dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kepada : a. Data Primer ; Data yang diperoleh langsung dari responden melalui informasi dari hasil wawancara tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. b. Data Sekunder ; Data yang diperoleh melalui dokumentasi atau sumber lainya untuk menunjang objek yang diteliti, terutama terkait dengan di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, termasuk data skunder dalam penelitian adalah profil sekolah. 5. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data yaitu: a. Observasi ; Dilakukan dengan cara mengamati langsung pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, b. Wawancara ; Melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. c. Studi Dokumentasi; Dilakukan penulis dengan cara dokumen yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. 6. Tehnik Analisis Data Setelah data-data diperoleh, kemudian data dikelompokkan berdasarkan jenis dan sumbernya, penganalisaan data menggunakan metode deskriptif, yaitu menguraikan dengan fakta yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan teori yang ada. H. Sistematika Penulisan Keseluruhan penulisan isi skripsi ini disusun dengan membagi ke dalam 5 (lima) bab, yang masing-masing berisikan hal-hal sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, di dalamnya berisi : latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berisi Tinjauan Teoretis tentang Pendidikan Karakter. Bab III Tinjauan Lokasi Penelitian, yang mencakup pembahasan tentang profil SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak. Bab IV Penyajian Data dan Analisis Data tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis karakter dalam upaya pembentukan akhlak mulia siswa di SMA Negeri 1 Sungai Apit Kabupaten Siak, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab V Penutup; Kesimpulan dan Saran-saran. DAFTAR KEPUSTAKAAN Abrasyiy, Muhammad Athiyah al-. Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, (Saudi Arabiah : Dar al-Ihya’, tt). Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997). Arikunto, Ny. Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pengantar, Jakarta, Bina Aksara, 2009. Ashraf, Syed Sajjad Husain dan Syed Ali. Krisis Pendidikan Islam, Terj. Rahmani Astuti, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1986). Attas, Syed Muhammad al-Naquib al-. Konsep Pendidikan Dalam Islam, Terj. Haidar Baqir, (Bandung : Mizan, 1994). Azzet, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, (Jakarta: Arruz Media, 2011). Bastani dkk, Karim al-. al-Munjid fi al-Lughat wa al-‘Alam, (Beirut : Dar al-Masyriqi, 1975). Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995). ----------, ---------. Pengantar Psikologi Remaja, (Jakarta : Bulan Bintang, 1990). Dewantara, Ki Hajar. Karja Ki Hadjar Dewatara Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta: Pertjetakan Taman Siswa 1962). Diknas RI, Tim Penyusun. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang (SISDIKNAS), (Bandung : Penerbit Citra Umbara, 2007). Gunawan, Ary H. Kebijakan-kebijakan Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2005). Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2005). John, Alfred. Membangun Karakter Tangguh: Mempersiapkan Generasi Anti Kecurangan, Terjemahan oleh Sandiantoro dan Ari Kristanti, (Surabaya : Portico Publishing, 2011). Kemendiknas RI, Tim Penyusun. Desain Induk Pengembangan Karakter, (Jakarta: Dikti, 2010). Khan, Yahya, M.Pd., DR., Pendidikan Karakter Potensi Diri; Mendongkrak Kualitas Pendidikan, (Yokyakarta : Pelangi Publishing, 2010). Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2011). Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan ; Suatu Analisa Antara Psikologi Dan Pendidikan, ( Jakarta : pustaka al-Husna, 1986). Marimba, Ahamad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Maktabah al-Ma’rif, 1980). Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999). Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000). Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001). Mujib, Muhaimin dan Abdul. Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993). Raka, dkk., Gede. Pendidikan Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan, (Jakarta : PT. Alex Media Komputindo, Kompas Gramedia, 2011). S. Nasution, Pedoman Penulisan Disertasi, Tesis, Skripsi dan Makalah Ilmiah, Jakarta, Bina Aksara, 1994. Saat, (Ed.), Ibrahim. Isu Pendidikan di Malaysia, (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1982). Samani, Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya 2011). Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja ; Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 75. Subarsono, Kebijakan Publik, (Jakarta : Pustaka Setia, 2003). Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy al-. Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979). Uhbiyati, Abu Ahmadi dan Nur. Ilmu Pendidikan; Suatu Pengantar, (Jakarta : Rinneka Cipta, 2001). Usman, Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Pers, 2004). Wahab, Solichin Abdul. Evaluasi Kebijakan Publik, (Malang : Penerbit FIA. UNIBRAW dan IKIP Malang, 1997). Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). Furqon Hidayatullah,M. 2009. Guru sejati: Meembangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. Soemarno Soedarsono. 2008. Membangun Kembali Jati diri Bangsa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ratna Megawangi. 2007. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: FE-UI.